Bekerja jauh dari keluarga dan sanak famili mungkin bukan pilihan terbaik yang harus dilakukan seseorang. Risiko yang mesti ditanggung relatif lebih tinggi. Apalagi jika belum banyak memiliki pengalaman bekerja di lingkungan baru. Meskipun demikian, sebagian orang harus melakukannya demi berbagai alasan. Keterbatasan lapangan pekerjaan di dalam negeri turut menjadi salah satu alasannya.





Itulah yang juga dialami oleh Santi Farida, seorang buruh migran Indonesia (BMI), yang mengadu untung hingga ke Hong Kong. Dalam sebuah wawancara melalui surat elektronik dengan CiputraEntrepreneurship.com, Santi yang tercatat sebagai salah satu siswa dalam kelas Entrepreneurship dan Distance Learning Universitas Ciputra Entrepreneurship Center ini mengungkapkan suka duka bekerja di negeri orang termasuk bagaimana ia bisa mulai merintis sebuah usaha online.



Bagaimana Santi bisa memilih untuk bekerja di luar negeri sebagai seorang asisten rumah tangga atau domestic helper?

Awalnya saya memilih bekerja keluar negeri karena saya ingin mencari pengalaman dan wawasan serta modal untuk membuka usaha dan yang kedua saya ingin membantu perekonomian keluarga saya yang sangat lemah dan bisa menyekolahkan adik saya hingga dibangku kuliah. Inilah yang membuat saya memilih bekerja keluar negeri.



Apa saja suka duka menjadi domestic helper di Hong Kong?

Pertama-tama, Alhamdulillah suka yang saya rasakan di Hong Kong adalah sekarang saya telah dipertemukan dengan bos yang sangat baik, serta digaji lebih dari gaji standar HK. Dan yang kedua Alhamdulillah di Hong Kong saya juga dipertemukan dengan para dosen dari UCEC yang mau melatih dan membimbing saya tanpa meminta imbalan apapun, hingga saya bisa berwirausaha seperti yang saya jalankan sekarang yaitu berjualan lewat toko online. Selain itu juga bimbingan mereka kini bisa menambah pengalaman dan wawasan saya.



Duka yang saya rasakan selama di di Hong Kong yang pasti saya jauh dari keluarga dan saudara, dan saya juga pernah merasakan bagaimana rasanya dihina, direndahkan, dan dipandang sebelah mata oleh majikan karena saya dianggap hanyalah seorang pembantu, selain itu saya juga pernah merasakan bagaimana rasanya hidup di negara orang dengan tidak mempunyai uang sepeserpun karena saya telah ditipu oleh sahabat karib sendiri. Yang akhirnya uang gaji saya setiap bulan harus saya setorkan pada bank kredit, dan untuk mencukupi kebutuhan saya, saya mencari koran bekas di sela- sela apartemen untuk dijual.



Apakah Santi pernah ingin berwirausaha dari dulu atau baru saja setelah mengikuti pelatihan Mandiri - UCEC?

Saya ingin berwirausaha sudah dari dulu sebelum mengikuti pelatihan dari UCEC.



Bagaimana hingga Santi sampai mengikuti pelatihan dan apa motivasi untuk ikut serta?

Awal saya mengikuti pelatihan kewirausahaan di Mandiri Sahabatku yaitu lewat pesan pendek (SMS) dari seorang teman yang mengajak saya untuk mengikuti training kewirausahaan yang dibimbing oleh UCEC, sedangkan untuk pembelajaran jarak jauh awalnya saya mengetahui dari pak Agung salah satu dosen Universitas Ciputra yang mengumumkan di depan saat saya mengikuti kelas lanjutan Mandiri Sahabatku. Motivasi saya yaitu saya benar –benar ingin menjadi seorang pengusaha sukses dan ingin menjadi wanita karir.



Menurut Santi apa yang kira-kira perlu dilakukan oleh pemerintah atas nasib para BMI?

Yang perlu dilakukan yang pertama yaitu pemerintah perlu memperhatikan dan melindungi para BMI di luar negeri agar mereka bekerja dengan nyaman di negara orang, dan jika ada masalah mereka dibantu dan didampingi hingga masalahnya tuntas, bukan malah dibiarkan atau pura-pura tidak tahu hingga mereka pulang ke tanah air hanya membawa nama.



Yang kedua yaitu BMI yang pulang ke tanah air dibekali ketrampilan dan dibimbing hingga mereka bisa membuka usaha sendiri, agar setelah mereka pulang ke tanah air tidak kembali lagi keluar negeri.



Di Filipina, buruh migran yang kembali akan dibekali dengan ketrampilan bisnis dan diberikan pinjaman modal dengan bunga 0%. Menurut Santi?

Menurut saya sangat luar biasa sekali, karena pemerintah Filipina sangat memperhatikan nasib para buruh migrannya, dan hal ini sangat perlu dicontoh oleh pemerintah Indonesia.



Ide bisnis pakaian online ini dari mana?

Ide bisnis online (safaavrillia.wordpress.com ) ini bermula dari dosen UCEC yang membimbing saya selama saya mengikuti pembelajaran jarak jauh, sedangkan bisnis online fashion ini idenya dari saya sendiri.



Dalam mulai merintis bisnis pakaian online, bagaimana Santi mengatur waktu?

Di sela-sela waktu senggang saya dan setelah selesai mengerjakan pekerjaan majikan , saya mengecek email, update barang – barang dagangan di Facebook serta promosi kepada teman –teman lewat telpon. Jadi saya tidak menunggu malam hari setelah semua kerjaan selesai, pagi, siang, sore dan malam pun saya selalu menyempatkan diri untuk mempromosikan barang yang saya jual.



Untuk modal bisnis, apa saja dan dari mana?

Untuk modal bisnis yang pertama adalah niat, tekad dan semangat yang berasal dari diri sendiri, sedangkan untuk modal usaha toko online saya tidak mengeluarkan modal sepeserpun karena jika ada orang pesen barang dan sudah membayar lunas kepada saya, baru saya akan mengambilkan barang yang diinginkan konsumen, sedangkan untuk biaya Internet saya menggunakan wi-fi rumah majikan, dan untuk biaya telepon perbulan juga ditanggung majikan, jadi saya tidak mengeluarkan modal sepeserpun. Selain bisnis online saya juga jualan kartu telpon untuk jualan ini modal saya dari gaji saya.



Adakah peralatan khusus yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis online ini?

Dalam menjalankan bisnis ini, saya hanya menggunakan komputer, Internet, telepon, pemasok barang, dan jasa pengiriman barang.



Apa yang dikerjakan oleh Santi mungkin masih belum sebesar pencapaian entrepreneur lain. Wajar saja karena ia baru saja memulai. Akan tetapi, tekadnya yang kuat dan disertai usaha yang nyata untuk mewujudkan impian tampaknya akan mengantarkannya menjadi salah satu wirausaha wanita sukses. Bukankah tidak seorang pun bisa mengetahui masa depan? (*AP)

Sumber: eciputra.com