- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Umat Islam masuup
TS
pnyx
Umat Islam masuup
cuma mau share artikel yg ditulis seorang prof Psikologi UI
boleh
Spoiler for "AMUK MASA YANG DESTRUKTIF by Sarlito Wirawan Sarwono":
Hari Minggu lalu, tulisan saya tidak muncul,karena saya sedang di Eropa Ketika kami (saya dan isteri saya) sedang mengunjungi kerabat di Leeuwarden (Belanda), terjadi huru-hara di kota tetangga, kota kecil Haren, dekat kota universitas Groningen. Pasalnya, seorang nona berumur 16 tahun memuat undangan pesta ulang tahun di FB (Face Book), supaya teman-temannya datang. Celakanya, dia lupa bilang bahwa undangan itu hanya untuk teman-temannya saja. Akibatnya, FB menyebar, dan 30.000 orang anak muda dari seluruh penjuru Belanda (hampir semuanya tak dikenal oleh si nona) datang ke Haren.
Mengantiipasi hal ini, Polisi sudah terlebih dulu mengevakuasi si nona dan keluarganya dan memasang garis polisi di sekitar rumahnya. Walikota menyediakan lapangan bola lokal untuk menampung massa. Tetapi makin malam kelakuan massa makin tidak terkontrol, banyak yang mabuk, baku hantam antar mereka sendiri, dan akhirnya massa mengamuk merusak fasilitas umum. 500 polisi didatangkan dari segala penjuru Belanda, maka baku pukullah massa dengan polisi, persis seperti demo di depan Kedutaan Amerika di Jakarta.
***
Sementara itu, beberapa hari sebelumnya, ketika kami masih di Paris, untuk kesekian kalinya umat Islam ngamuk lagi. Gara-garanya adalah film yang dinilai menghina Rasullulah, yang konon dibuat di Amerika. Sebagai ganjarannya, Duta Besar AS di Libya, Christopher Stevens dibunuh, walaupun sangat boleh jadi Dubes yang pernah membantu membebaskan rakyat Libya dari kediktatoran Kadafi itu, tidak tahu menahu tentang film yang melukai hati umat Islam itu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa film berdurasi 2 jam itu adalah hoax, yaitu pekerjaan orang iseng saja yang memuatnya dalam U-tube, dan saya menyaksikan di CNN, orang itupun sudah tertangkap. Namanya Sam Bacile, alias Nakoula Basseley Nakoula, seorang warga California, keturunan Mesir beragama Kristen Koptik, yang memang sudah tercatat sebagai kriminal (narkoba dll).
Belum reda masalah film berjudul The Innosence of the Muslims itu, di Paris beredar kartun-kartun tentang Nabi Muhammad. Dubes RI di Perancis, Bapak Rezlan Jenie, yang sempat ngobrol dengan saya, hanya bisa geleng-geleng kepala, Ada-ada saja, katanya.
Bahwa umat Islam tersinggung kalau ada yang melecehkan nabi Muhammad saw, sangat bisa dimengerti. Memang begitulah ajaran dalam Islam. Dilarang menyosokkan Rasulllah dalm bentuk apapun. Maksudnya agar umat tidak berbalik mengkultuskan Nabi. Jangankan wujud Nabi, bentuk-bentuk manusia atau hewan apapun diharamkan untuk dipajang di masjid-masjid, karena semua bentuk hewan dan manusia itu dikhawatirkan bisa mendorong umat untuk memberhalakan sosok-sosok itu.
Tetapi kali ini, penghinaan itu konon (saya sendiri belum pernah menyaksikan film itu) berlebihan, karena menyangkut hal-hal yang jelek dari Nabi, seperti katanya, pedophilia (seksualitas dengan anak-anak di bawah umur). Makin bisa dipahami bahwa umat Islam sedunia jadi marah besar.
Walaupun demikian,kalau kemarahan itu diwujudkan dalam bentuk amuk massa yang ditujukan kepada sasaran yang tidak jelas, tidak ada kaitannya dengan pokok masalah, bahkan merusak diri sendiri, apa bedanya dengan amuk massa versi para pemabok di Haren? Bedanya mungkin massa AFI (Anti Film Innocence) tidak mabok minuman keras, tetapi perilaku mereka tak terkendali melebihi orang mabok. Massa AFI meneriakkan takbir, sedangkan massa Haren jelas tidak bertakbir, tetapi mereka ramai-ramai menyanyikan lagu Happy birth day buat seorang nona yang tidak mereka kenal. Massa AFI bentrok dengan polisi, massa Haren juga. Di Mesir, massa baku hantam dengan polisi, bukan polisinya diktator Husni Mubarak melainkan polisinya Presiden Mohamad Morsi, pilihan rakyat sendiri, pasca kejatuhan Mubarak. Begitu demo-demo selesai, sedih sekali menyaksikan puing-puing yang ditinggalkan.
Semakin ditilik dan semakin dikaji, semakin nyatalah persamaannya (bukan perbedaannya) antara amuk massa AFI dan amuk massa Haren. Yang jelas, dua-duanya tidak Islami, bahkan sama sekali tidak agamawi. Tetapi yang lebih berbahaya buat umat Islam adalah kenyataan bahwa sebagian terbesar pelaku AFI belum pernah melihat film itu sendiri. Malah ada anak-anak ikut terlibat. Massa hanya dengar-dengar dari media massa, atau dengar-dengar dari tetangga, atau teman pengajian, dan ada yang mengajak demo, ya demolah jadinya,. Jadi sama saja dengan massa Haren yang belum tentu semuanya membaca FB sendiri. Karena dengar sana-sini dan ada yang mengajak, maka berangkatlah mereka ke Haren. Tanpa direncanakan terbentuklah massa yang lama-lama jadi liar dan merusak, maka anggota massa yang tadinya gak tahu apa-apa jadi ikut-ikutan merusak. Kalau para pemabuk mudah terpancing karena mengantisipasi ada hura-hura di Haren, itu urusan mereka. Tetapi kalau banyak umat Islam yang mudah terpancing oleh isyu tentang film, lalu bergabung dengan AFI dan berakhir dengan huru-hara, itu akan merugikan citra Islam itu sendiri (sudah terbukti dari komentar-komentar para pengamat yang saya saksikan di CNN dan BBC).
Gampang terpancing, menurut hemat saya, merupakan titik-titik terlemah dari umat Islam sedunia. Kalau Osama bin Laden, dan Imam Samudra mau menghantam Amerika, mereka mesti putar otak, keluar duit banyak dan berani bunuh diri untuk membom twin tower di New York City dan untuk membom Bali. Memang ada yang dikorbankan untuk bunuh diri, tetapi yang masih hidup akhirnya tertangkap juga dan dihukum mati atau masuk penjara. Sebaliknya kalau ada yang mau menghancurkan umat Islam, baik itu CIA (Dinas Intelijen Amerika), maupun orang setengah sinting yang iseng, gampang sekali. Bikin saja umat Islam marah, misalnya dengan membuat gambar atau film tentang Rasullulah, pasti dalam kemarahannya, umat akan menghancurkan diri sendiri. Sangat efektif, murah, dan meriah. Tidak perlu banyak korban di pihak provokator, tetapi kerugian di pihak umat Islam sangat besar.
***
Menurut psikolog sosial bangsa Perancis, Gustave Le Bon, ciri-ciri massa yang sudah marah ya memang seperti itu. Di dalam massa, kata Le Bon, orang-orang kehilangan akalnya, dan berganti dengan jiwa kolektif yang sifatnya sangat tidak rasional, emosional, impulsif, agresif dan bahkan destruktif. Apakah itu massa Haren atau massa AFI, sama saja. Tetapi mengapa umat Islam begitu rentan terhadap isyu? Menurut hasil penelitian yang pernah saya lakukan di tahun 1997 untuk Departemen Agama, dibandingkan dengan umat agama-agama lain, umat Islam Indonesia memang paling eksklusif dan tidak kritis kalau sudah menyangkut agama. Padahal yang menyatakan Hadist dan Ayat adalah kiyai, ustad atau ulama saja, yang diapun mendengar, belajar dan meniru dari ustad atau kiyai lain. Para kiyai atau ustadz itu bisa saja saling berbeda. Kalau dalam perbedaan itu semua saling ngotot karena semuanya mengklaim sudah mengacu pada Al Quran dan Hadist, maka akan terjadilah pertentangan, konflik, bahkan baku bunuh di kalangan yang mengaku sama-sama penganut Islam, seperti Sunni (termasuk garis kerasnya Wahabi, Salafi), dan Syiah, apalagi Ahmadiyah. Mereka baku bunuh untuk mempertahankan akidah masing-masing.
Jadi sudah saatnya mereka yang sering mengatas namakan Islam, untuk menghentikan kebiasaan demo, unjuk rasa, aksi massa, sweeping, yang tidak jelas. Umat Islam, terutama mereka yang mengklaim dirinya pemimpin umat, harus lebih cerdas, kritis dan tajam dalam menganalisis setiap persoalan. Kalau tidak apa bedanya umat Islam dengan pemabok-pemabok dari Haren?
Schiphol, 23 September 2012
Mengantiipasi hal ini, Polisi sudah terlebih dulu mengevakuasi si nona dan keluarganya dan memasang garis polisi di sekitar rumahnya. Walikota menyediakan lapangan bola lokal untuk menampung massa. Tetapi makin malam kelakuan massa makin tidak terkontrol, banyak yang mabuk, baku hantam antar mereka sendiri, dan akhirnya massa mengamuk merusak fasilitas umum. 500 polisi didatangkan dari segala penjuru Belanda, maka baku pukullah massa dengan polisi, persis seperti demo di depan Kedutaan Amerika di Jakarta.
***
Sementara itu, beberapa hari sebelumnya, ketika kami masih di Paris, untuk kesekian kalinya umat Islam ngamuk lagi. Gara-garanya adalah film yang dinilai menghina Rasullulah, yang konon dibuat di Amerika. Sebagai ganjarannya, Duta Besar AS di Libya, Christopher Stevens dibunuh, walaupun sangat boleh jadi Dubes yang pernah membantu membebaskan rakyat Libya dari kediktatoran Kadafi itu, tidak tahu menahu tentang film yang melukai hati umat Islam itu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa film berdurasi 2 jam itu adalah hoax, yaitu pekerjaan orang iseng saja yang memuatnya dalam U-tube, dan saya menyaksikan di CNN, orang itupun sudah tertangkap. Namanya Sam Bacile, alias Nakoula Basseley Nakoula, seorang warga California, keturunan Mesir beragama Kristen Koptik, yang memang sudah tercatat sebagai kriminal (narkoba dll).
Belum reda masalah film berjudul The Innosence of the Muslims itu, di Paris beredar kartun-kartun tentang Nabi Muhammad. Dubes RI di Perancis, Bapak Rezlan Jenie, yang sempat ngobrol dengan saya, hanya bisa geleng-geleng kepala, Ada-ada saja, katanya.
Bahwa umat Islam tersinggung kalau ada yang melecehkan nabi Muhammad saw, sangat bisa dimengerti. Memang begitulah ajaran dalam Islam. Dilarang menyosokkan Rasulllah dalm bentuk apapun. Maksudnya agar umat tidak berbalik mengkultuskan Nabi. Jangankan wujud Nabi, bentuk-bentuk manusia atau hewan apapun diharamkan untuk dipajang di masjid-masjid, karena semua bentuk hewan dan manusia itu dikhawatirkan bisa mendorong umat untuk memberhalakan sosok-sosok itu.
Tetapi kali ini, penghinaan itu konon (saya sendiri belum pernah menyaksikan film itu) berlebihan, karena menyangkut hal-hal yang jelek dari Nabi, seperti katanya, pedophilia (seksualitas dengan anak-anak di bawah umur). Makin bisa dipahami bahwa umat Islam sedunia jadi marah besar.
Walaupun demikian,kalau kemarahan itu diwujudkan dalam bentuk amuk massa yang ditujukan kepada sasaran yang tidak jelas, tidak ada kaitannya dengan pokok masalah, bahkan merusak diri sendiri, apa bedanya dengan amuk massa versi para pemabok di Haren? Bedanya mungkin massa AFI (Anti Film Innocence) tidak mabok minuman keras, tetapi perilaku mereka tak terkendali melebihi orang mabok. Massa AFI meneriakkan takbir, sedangkan massa Haren jelas tidak bertakbir, tetapi mereka ramai-ramai menyanyikan lagu Happy birth day buat seorang nona yang tidak mereka kenal. Massa AFI bentrok dengan polisi, massa Haren juga. Di Mesir, massa baku hantam dengan polisi, bukan polisinya diktator Husni Mubarak melainkan polisinya Presiden Mohamad Morsi, pilihan rakyat sendiri, pasca kejatuhan Mubarak. Begitu demo-demo selesai, sedih sekali menyaksikan puing-puing yang ditinggalkan.
Semakin ditilik dan semakin dikaji, semakin nyatalah persamaannya (bukan perbedaannya) antara amuk massa AFI dan amuk massa Haren. Yang jelas, dua-duanya tidak Islami, bahkan sama sekali tidak agamawi. Tetapi yang lebih berbahaya buat umat Islam adalah kenyataan bahwa sebagian terbesar pelaku AFI belum pernah melihat film itu sendiri. Malah ada anak-anak ikut terlibat. Massa hanya dengar-dengar dari media massa, atau dengar-dengar dari tetangga, atau teman pengajian, dan ada yang mengajak demo, ya demolah jadinya,. Jadi sama saja dengan massa Haren yang belum tentu semuanya membaca FB sendiri. Karena dengar sana-sini dan ada yang mengajak, maka berangkatlah mereka ke Haren. Tanpa direncanakan terbentuklah massa yang lama-lama jadi liar dan merusak, maka anggota massa yang tadinya gak tahu apa-apa jadi ikut-ikutan merusak. Kalau para pemabuk mudah terpancing karena mengantisipasi ada hura-hura di Haren, itu urusan mereka. Tetapi kalau banyak umat Islam yang mudah terpancing oleh isyu tentang film, lalu bergabung dengan AFI dan berakhir dengan huru-hara, itu akan merugikan citra Islam itu sendiri (sudah terbukti dari komentar-komentar para pengamat yang saya saksikan di CNN dan BBC).
Gampang terpancing, menurut hemat saya, merupakan titik-titik terlemah dari umat Islam sedunia. Kalau Osama bin Laden, dan Imam Samudra mau menghantam Amerika, mereka mesti putar otak, keluar duit banyak dan berani bunuh diri untuk membom twin tower di New York City dan untuk membom Bali. Memang ada yang dikorbankan untuk bunuh diri, tetapi yang masih hidup akhirnya tertangkap juga dan dihukum mati atau masuk penjara. Sebaliknya kalau ada yang mau menghancurkan umat Islam, baik itu CIA (Dinas Intelijen Amerika), maupun orang setengah sinting yang iseng, gampang sekali. Bikin saja umat Islam marah, misalnya dengan membuat gambar atau film tentang Rasullulah, pasti dalam kemarahannya, umat akan menghancurkan diri sendiri. Sangat efektif, murah, dan meriah. Tidak perlu banyak korban di pihak provokator, tetapi kerugian di pihak umat Islam sangat besar.
***
Menurut psikolog sosial bangsa Perancis, Gustave Le Bon, ciri-ciri massa yang sudah marah ya memang seperti itu. Di dalam massa, kata Le Bon, orang-orang kehilangan akalnya, dan berganti dengan jiwa kolektif yang sifatnya sangat tidak rasional, emosional, impulsif, agresif dan bahkan destruktif. Apakah itu massa Haren atau massa AFI, sama saja. Tetapi mengapa umat Islam begitu rentan terhadap isyu? Menurut hasil penelitian yang pernah saya lakukan di tahun 1997 untuk Departemen Agama, dibandingkan dengan umat agama-agama lain, umat Islam Indonesia memang paling eksklusif dan tidak kritis kalau sudah menyangkut agama. Padahal yang menyatakan Hadist dan Ayat adalah kiyai, ustad atau ulama saja, yang diapun mendengar, belajar dan meniru dari ustad atau kiyai lain. Para kiyai atau ustadz itu bisa saja saling berbeda. Kalau dalam perbedaan itu semua saling ngotot karena semuanya mengklaim sudah mengacu pada Al Quran dan Hadist, maka akan terjadilah pertentangan, konflik, bahkan baku bunuh di kalangan yang mengaku sama-sama penganut Islam, seperti Sunni (termasuk garis kerasnya Wahabi, Salafi), dan Syiah, apalagi Ahmadiyah. Mereka baku bunuh untuk mempertahankan akidah masing-masing.
Jadi sudah saatnya mereka yang sering mengatas namakan Islam, untuk menghentikan kebiasaan demo, unjuk rasa, aksi massa, sweeping, yang tidak jelas. Umat Islam, terutama mereka yang mengklaim dirinya pemimpin umat, harus lebih cerdas, kritis dan tajam dalam menganalisis setiap persoalan. Kalau tidak apa bedanya umat Islam dengan pemabok-pemabok dari Haren?
Schiphol, 23 September 2012
boleh
0
1.7K
Kutip
3
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan