- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ledakan Penduduk di Indonesia Sudah Jadi Kenyataan
TS
japek
Ledakan Penduduk di Indonesia Sudah Jadi Kenyataan
Quote:
Ledakan penduduk di Indonesia bukan sekadar ancaman, melainkan sudah menjadi kenyataan. Jika saat ini jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 237,6 juta jiwa, maka pada tahun 2050, jumlah penduduk Indonesia akan meledak menjadi 350,8 juta jiwa.
"Indonesia memiliki potensi ledakan penduduk cukup besar," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman ketika tampil sebagai pembicara kunci dalam seminar yang bertajuk "Antisipasi Ancaman Ledakan Penduduk Era Otonomi Daerah dengan Peran Klinik dalam Pelayanan Kontrasepsi" di Jakarta, Rabu.
Seminar yang digelar oleh Asosiasi Klinik Indonesia (Asklin) dalam rangka menyambut Hari Kontrasepsi Dunia itu juga menampilkan pembicara Kepala BKKBN Sugiri Syarief, Dirut PT Askes I Gede Subawa, Ketua Umum Asklin Eddi Junaidi, dan Ketua Umum PB IDI Priyo Sidipratomo.
Menurut Irman Gusman, jika dikendalikan laju pertumbuhannya, diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun itu "hanya" sebesar 300,7 juta jiwa.
Irman juga mengingatkan, Indonesia harus belajar dari pengalaman tahun 2010, di mana proyeksi jumlah penduduk Indonesia sebesar 234,2 juta jiwa. Namun, ternyata penduduk Indonesia mengalami "ledakan" sebesar 3,4 juta jiwa jika dibanding hasil Sensus Penduduk 2010 yang berjumlah 237,6 juta jiwa.
"Pertambahan ini ternyata disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akibat penyebaran penduduk yang tidak merata, masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya program KB, serta masih rendahnya kualitas pendidikan dan faktor penyebab lainnya," kata Irman.
Menurutnya, klinik-klinik yang tergabung dalam Asklin harus menjadi pelopor bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Selain itu, Asklin juga harus menjadi motor penggerak bagi pembudayaan kontrasepsi berbasis masyarakat.
"Upaya peningkatan kualitas penduduk Indonesia harus diimbangi dengan pengendalian kuantitas agar sasaran pembangunan nasional cepat tercapai," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asklin Eddi Junaidi mengemukakan, meski premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebesar Rp 22.000 yang dinilai masih rendah belum meng-cover pelayanan keluarga berencana (KB), Asklin siap memberikan pelayanan kontrasepsi dalam upaya pengendalian penduduk.
"Sudah saatnya klinik kini menjadi ujung tombak pelayanan keluarga berencana (KB), yaitu memberikan pelayanan pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas," kata Eddi Junaidi.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sendiri memiliki strategi dalam pengendalian jumlah penduduk. Di antaranya dengan menjalin kemitraan dengan 20.203 klinik KB pemerintah dan 3.297 klinik KB swasta.
"Sampai dengan tahun 2014, BKKBN menargetkan untuk melakukan pelatihan pemasangan IUD dan implant kepada 35.000 bidan," kata Sugiri Syarief yang juga tampil sebagai pembicara pada Peringatan Hari Kontrasepsi Dunia dan 25 Tahun KB Mandiri, di Jakarta, Rabu.
Menurut Sugiri, peran bidan menjadi sangat strategis dalam program KB. Paling tidak, 28 persen dari pelayanan kontrasepsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh bidan praktik swasta (BPS). "BKKBN juga akan melatih 10 ribu tenaga dokter untuk pelayanan medis operasi prioa dan medis operasi wanita," kata Sugiri.
Tantangan dan peluang saat ini, menurut Sugiri, adalah adanya disparitas kepesertaan KB mandiri yang tinggi antarwilayah. BKKBN akan mengupayakan pemerataan pelayanan KB mandiri dengan cara menyediakan pelayanan KB mandiri yang merata. "Di Indonesia, hampir 80 persen perempuan dengan lebih dari 5 anak masih belum menggunakan kontrasepsi, walaupun mereka sebenarnya sudah tidak berminat mempunyai anak lagi," katanya. (Singgih BS)
"Indonesia memiliki potensi ledakan penduduk cukup besar," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman ketika tampil sebagai pembicara kunci dalam seminar yang bertajuk "Antisipasi Ancaman Ledakan Penduduk Era Otonomi Daerah dengan Peran Klinik dalam Pelayanan Kontrasepsi" di Jakarta, Rabu.
Seminar yang digelar oleh Asosiasi Klinik Indonesia (Asklin) dalam rangka menyambut Hari Kontrasepsi Dunia itu juga menampilkan pembicara Kepala BKKBN Sugiri Syarief, Dirut PT Askes I Gede Subawa, Ketua Umum Asklin Eddi Junaidi, dan Ketua Umum PB IDI Priyo Sidipratomo.
Menurut Irman Gusman, jika dikendalikan laju pertumbuhannya, diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun itu "hanya" sebesar 300,7 juta jiwa.
Irman juga mengingatkan, Indonesia harus belajar dari pengalaman tahun 2010, di mana proyeksi jumlah penduduk Indonesia sebesar 234,2 juta jiwa. Namun, ternyata penduduk Indonesia mengalami "ledakan" sebesar 3,4 juta jiwa jika dibanding hasil Sensus Penduduk 2010 yang berjumlah 237,6 juta jiwa.
"Pertambahan ini ternyata disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akibat penyebaran penduduk yang tidak merata, masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya program KB, serta masih rendahnya kualitas pendidikan dan faktor penyebab lainnya," kata Irman.
Menurutnya, klinik-klinik yang tergabung dalam Asklin harus menjadi pelopor bagi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Selain itu, Asklin juga harus menjadi motor penggerak bagi pembudayaan kontrasepsi berbasis masyarakat.
"Upaya peningkatan kualitas penduduk Indonesia harus diimbangi dengan pengendalian kuantitas agar sasaran pembangunan nasional cepat tercapai," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asklin Eddi Junaidi mengemukakan, meski premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebesar Rp 22.000 yang dinilai masih rendah belum meng-cover pelayanan keluarga berencana (KB), Asklin siap memberikan pelayanan kontrasepsi dalam upaya pengendalian penduduk.
"Sudah saatnya klinik kini menjadi ujung tombak pelayanan keluarga berencana (KB), yaitu memberikan pelayanan pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas," kata Eddi Junaidi.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sendiri memiliki strategi dalam pengendalian jumlah penduduk. Di antaranya dengan menjalin kemitraan dengan 20.203 klinik KB pemerintah dan 3.297 klinik KB swasta.
"Sampai dengan tahun 2014, BKKBN menargetkan untuk melakukan pelatihan pemasangan IUD dan implant kepada 35.000 bidan," kata Sugiri Syarief yang juga tampil sebagai pembicara pada Peringatan Hari Kontrasepsi Dunia dan 25 Tahun KB Mandiri, di Jakarta, Rabu.
Menurut Sugiri, peran bidan menjadi sangat strategis dalam program KB. Paling tidak, 28 persen dari pelayanan kontrasepsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh bidan praktik swasta (BPS). "BKKBN juga akan melatih 10 ribu tenaga dokter untuk pelayanan medis operasi prioa dan medis operasi wanita," kata Sugiri.
Tantangan dan peluang saat ini, menurut Sugiri, adalah adanya disparitas kepesertaan KB mandiri yang tinggi antarwilayah. BKKBN akan mengupayakan pemerataan pelayanan KB mandiri dengan cara menyediakan pelayanan KB mandiri yang merata. "Di Indonesia, hampir 80 persen perempuan dengan lebih dari 5 anak masih belum menggunakan kontrasepsi, walaupun mereka sebenarnya sudah tidak berminat mempunyai anak lagi," katanya. (Singgih BS)
http://www.suarakarya-online.com/new...html?id=312184
Ledakan penduduk sudah terjadi, yang koar-koar mengharamkan KB sebaiknya menanggung kehidupan mereka deh, kan yang koar-koar KB haram selalu bilang rejeki sudah ada yang ngatur
komen paling manteb nih
Quote:
Original Posted By niptuck01►
Ente gagal paham, sorry bro, secara kepadatan penduduk, Indonesia sudah jauh lebih padat dibanding AS, dan Brazil, apalagi trennya pertumbuhan penduduknya masih tinggi 1,4%, dibanding Brazil, AS, dan Bangladesh. Bisa-bisa Tiongkok nanti kesalip kepadatannya, secara Tiongkok pertumbuhannya amat rendah akhir2 ini (0, sekian saja),
Tiongkok:144/km2
Indonesia:124.66/km2,
AS:34.2km2
Brazil:23,7km2
Ini juga harus dipikirkan gan, mengingat lahan yang makin sempit siring pertumbuhan penduduk/manusia yang tak terkendali. Ketahanan pangan dan energi menjadi terancam. Sekarang aja, hutan banyak yang dibabat/dibakar dan dijadikan sawah dan kebun. Apa nggak semakin habis hutan kita, jika pertumbuhan penduduk tidak kita pikirkan dan kendalikan secara impresif sejak sekarang.
Bahaya gan, selain merusak lingkungan, juga mengancam kelestarian satwa endemik kita, jika hutan menyusut. KIta juga rugi karena dampak polusi seperti asap, dan secara tak sadar mendukung pemanasan global dan anomali iklim di dunia. Belum lagi, bisa saja banyak terjadi bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dll di masa depan. Sekarang aja banjir di mana-mana, akibat alihfungsi jadi lahan prtanian(untuk pangan yang meningkat) Jadi, bukan soal jumlah penduduk saja gan, tetapi juga multiply effect apa yang akan terjadi seiring bertambahnya kebutuhan manusia lahan, pangan dll pada lingkungan kita. Daya dukung lingkungan jelas lebih rentan jika penduduknya sudah over.
Menurut saya, KB masih relaitis dan mestinya perlu digalakkan secara lebih masif lagi. Itu diiringi pula dengan perbaikan pelayanan sosial, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi pada masyakarat. Sehingga ke depan kita tak hanya sekadar memiliki SDM yang makin tambah secara kuantitas, tetapi lebih baik lagi bila kualitas yang terutama. Karena sdm yang cukup saja asal berkualitas itu lebih baik daripada sdm yang over jumlahnya, namun secara kualitas kurang/standar2 saja. Sehingga tidak menjadi beban ke depannya, baik itu kemiskinan, kriminalitas, dan kesehatan yang kurang baik. Tentu menghandle lebih sedikit orang lebih mudah untuk mengurus dan mengarahkanny daripada sekian banyak orang yang harus dihandle.
gitu gan,
Ente gagal paham, sorry bro, secara kepadatan penduduk, Indonesia sudah jauh lebih padat dibanding AS, dan Brazil, apalagi trennya pertumbuhan penduduknya masih tinggi 1,4%, dibanding Brazil, AS, dan Bangladesh. Bisa-bisa Tiongkok nanti kesalip kepadatannya, secara Tiongkok pertumbuhannya amat rendah akhir2 ini (0, sekian saja),
Tiongkok:144/km2
Indonesia:124.66/km2,
AS:34.2km2
Brazil:23,7km2
Ini juga harus dipikirkan gan, mengingat lahan yang makin sempit siring pertumbuhan penduduk/manusia yang tak terkendali. Ketahanan pangan dan energi menjadi terancam. Sekarang aja, hutan banyak yang dibabat/dibakar dan dijadikan sawah dan kebun. Apa nggak semakin habis hutan kita, jika pertumbuhan penduduk tidak kita pikirkan dan kendalikan secara impresif sejak sekarang.
Bahaya gan, selain merusak lingkungan, juga mengancam kelestarian satwa endemik kita, jika hutan menyusut. KIta juga rugi karena dampak polusi seperti asap, dan secara tak sadar mendukung pemanasan global dan anomali iklim di dunia. Belum lagi, bisa saja banyak terjadi bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dll di masa depan. Sekarang aja banjir di mana-mana, akibat alihfungsi jadi lahan prtanian(untuk pangan yang meningkat) Jadi, bukan soal jumlah penduduk saja gan, tetapi juga multiply effect apa yang akan terjadi seiring bertambahnya kebutuhan manusia lahan, pangan dll pada lingkungan kita. Daya dukung lingkungan jelas lebih rentan jika penduduknya sudah over.
Menurut saya, KB masih relaitis dan mestinya perlu digalakkan secara lebih masif lagi. Itu diiringi pula dengan perbaikan pelayanan sosial, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi pada masyakarat. Sehingga ke depan kita tak hanya sekadar memiliki SDM yang makin tambah secara kuantitas, tetapi lebih baik lagi bila kualitas yang terutama. Karena sdm yang cukup saja asal berkualitas itu lebih baik daripada sdm yang over jumlahnya, namun secara kualitas kurang/standar2 saja. Sehingga tidak menjadi beban ke depannya, baik itu kemiskinan, kriminalitas, dan kesehatan yang kurang baik. Tentu menghandle lebih sedikit orang lebih mudah untuk mengurus dan mengarahkanny daripada sekian banyak orang yang harus dihandle.
gitu gan,
0
6.7K
Kutip
98
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan