- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Indonesia adalah negara yang Sempurna


TS
botenbinojo
Indonesia adalah negara yang Sempurna
Indonesia adalah negara yg paling sempurna di antara negara manapun
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi Berikut Potensi2 besar yg ada di Indonesia

Potensi-potensi Indonesia antara Lain
Mungkin jika potensi ini bisa di kembangkan dengan baik!! indonesia bisa sejajar dengan negara maju lainnya
Moga-Moga bukan
Kalonya Bukan repost Bagi
dan 
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi Berikut Potensi2 besar yg ada di Indonesia



Potensi-potensi Indonesia antara Lain
Spoiler for Potensi Tambang batubara:
Indonesia patut berbangga dengan potensi sumber daya alamnya, khususnya batubara. Dari penyelidikan umum terakhir yang dilakukan Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi Departemen ESDM, terungkap cadangan batubara kita mencapai 93 miliar ton. Angka ini meningkat signifikan dari data yang telah dirilis tahun lalu.
Pada 2007, tercatat potensi batubara Indonesia mencapai 90,4 miliar ton. Tapi pada 2008 sudah meningkat menjadi 93 miliar ton. Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, Hadiyanto, mengatakan perubahan signifikan ini setelah pihaknya bekerjasama dengan J-COAL, untuk membuat The Joint Study on Evaluation of Coal Resources and Reserves in Indonesia.
Dengan menggunakan software baru yang dipunyai, kata Hadiyanto, pihaknya mengumpulkan data-data dari perusahaan yang bergerak di batubara. Dari sana didapatkan perubahan yang signifikan, dimana sumber daya batubara kita sudah 93 miliar ton, dengan cadangannya yang mencapai 19 miliar ton.
Padahal tahun yang lalu terdata cadangan batubara kita cuma 13,5 miliar ton, tambahnya. Tahun ini, Pusat Sumber Daya Geologi juga memulai penelitian dan penyelidikan umum potensi dan cadangan batubara di Kalimantan Timur. Dengan begitu, dia optimis tahun depan jumlahnya akan bertambah lagi.
Untuk mengumpulkan data-data yang ada tahun ini, lanjut Hadiyanto, pihaknya melakukan penelitian terhadap seluruh tambang batubara di Sumatera Selatan. Tiga tahun penelitian itu dikerjakan, sampai akhirnya menemukan resources yang baru.
Pada 2007, tercatat potensi batubara Indonesia mencapai 90,4 miliar ton. Tapi pada 2008 sudah meningkat menjadi 93 miliar ton. Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, Hadiyanto, mengatakan perubahan signifikan ini setelah pihaknya bekerjasama dengan J-COAL, untuk membuat The Joint Study on Evaluation of Coal Resources and Reserves in Indonesia.
Dengan menggunakan software baru yang dipunyai, kata Hadiyanto, pihaknya mengumpulkan data-data dari perusahaan yang bergerak di batubara. Dari sana didapatkan perubahan yang signifikan, dimana sumber daya batubara kita sudah 93 miliar ton, dengan cadangannya yang mencapai 19 miliar ton.
Padahal tahun yang lalu terdata cadangan batubara kita cuma 13,5 miliar ton, tambahnya. Tahun ini, Pusat Sumber Daya Geologi juga memulai penelitian dan penyelidikan umum potensi dan cadangan batubara di Kalimantan Timur. Dengan begitu, dia optimis tahun depan jumlahnya akan bertambah lagi.
Untuk mengumpulkan data-data yang ada tahun ini, lanjut Hadiyanto, pihaknya melakukan penelitian terhadap seluruh tambang batubara di Sumatera Selatan. Tiga tahun penelitian itu dikerjakan, sampai akhirnya menemukan resources yang baru.
Spoiler for Tambang Emas:
JAKARTA. Indonesia ternyata diyakini masih memiliki cadangan emas yang cukup banyak. Menurut Bambang Setiawan, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, potensi emas itu tersebar merata di seluruh Indonesia, terutama di area ring of fire seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Bengkulu.
Namun, potensi yang cukup banyak itu belum termanfaatkan dengan maksimal. Bambang menjelaskan untuk melakukan eksplorasi emas itu bukan perkara mudah, karena membutuhkan waktu lama untuk proses penelitian, analisis dampak lingkungan dan biaya yang harus dikeluarkan. "Jika cadangannya tidak terlalu strategis dan berpotensi merusak lingkungan, kita tidak eksplorasi," kata Bambang kepada KONTAN, Selasa (21/12).
Salah satu daerah penghasil emas yang sudah dilakukan eksplorasi adalah Martabe, Sumatera Utara. Bambang bilang cadangan emas Martabe memang sudah sekitar 25 tahun lalu diketahui keberadaannya. Ia sendiri mengaku tidak mengetahui detail cadangan emas yang terdapat di Martabe. Namun, selama ini cadangan emas di sana diperkirakan mencapai 6,5 juta ounce. Perusahaan tambang asal Hongkong, G-Resources, mengklaim telah menemukan zona emas baru di Martabe. G-Resources menargetkan akan memulai proses konstruksi pada tahun 2011 dengan target produksi sebesar 250 ribu ounce emas per tahun.
Sebelumnya, sempat tersiar kabar PT. Aneka Tambang (Antam) pernah berencana untuk membuka eksplorasi di Martabe. Namun, Alwinsyah Lubis, Direktur Utama Antam, menyangkal rencana itu. "Kita tidak berencana membuka eksplorasi di sana," katanya ketika dihubungi KONTAN, via telepon, Selasa (21/12).
Selama ini Antam telah melakukan eksplorasi emas di beberapa daerah seperti Dairi dan Karo, Sumut, Batangasai-Jambi, Pongkor dan Papandayan Jawa Barat, Cibaliung-Banten, Wawonii-Sulteng dan Oksibil-Papua. Menurut laporan yang dirilis di situs resminya, produksi emas dari Januari-September 2010 ini mencapai 623 kg, naik 6% dari produksi tahun 2009. Menurut Alwinsyah, Antam telah mematok target produksi emas tahun ini sebesar 3 ton. Ia optimistis target itu dapat tercapai meski produksi hingga September baru mencapai 623 kg.
Sementara itu, PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) di tahun depan berencana akan membuka eksplorasi emas baru di daerah Elang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut Kasan Mulyono, Manajer Public Relation PTNNT, pihaknya belum bisa menargetkan produksi emas yang bisa didulang di sana, karena masih dalam tahap penelitian. "Tapi, kami yakin cadangan emas di sana cukup strategis," kata Kasan.
Selama ini, PTNNT melakukan eksplorasi emas hanya di satu wilayah yaitu Batuhijau, Sumbawa, NTB. Pada tahun 2010 ini, PTNNT berhasil mendulang sekitar 744.000-810.000 ounce emas. "Kita belum bisa kasih detailnya, karena produksi tahun ini masih berjalan," tandas Kasan.
Namun, potensi yang cukup banyak itu belum termanfaatkan dengan maksimal. Bambang menjelaskan untuk melakukan eksplorasi emas itu bukan perkara mudah, karena membutuhkan waktu lama untuk proses penelitian, analisis dampak lingkungan dan biaya yang harus dikeluarkan. "Jika cadangannya tidak terlalu strategis dan berpotensi merusak lingkungan, kita tidak eksplorasi," kata Bambang kepada KONTAN, Selasa (21/12).
Salah satu daerah penghasil emas yang sudah dilakukan eksplorasi adalah Martabe, Sumatera Utara. Bambang bilang cadangan emas Martabe memang sudah sekitar 25 tahun lalu diketahui keberadaannya. Ia sendiri mengaku tidak mengetahui detail cadangan emas yang terdapat di Martabe. Namun, selama ini cadangan emas di sana diperkirakan mencapai 6,5 juta ounce. Perusahaan tambang asal Hongkong, G-Resources, mengklaim telah menemukan zona emas baru di Martabe. G-Resources menargetkan akan memulai proses konstruksi pada tahun 2011 dengan target produksi sebesar 250 ribu ounce emas per tahun.
Sebelumnya, sempat tersiar kabar PT. Aneka Tambang (Antam) pernah berencana untuk membuka eksplorasi di Martabe. Namun, Alwinsyah Lubis, Direktur Utama Antam, menyangkal rencana itu. "Kita tidak berencana membuka eksplorasi di sana," katanya ketika dihubungi KONTAN, via telepon, Selasa (21/12).
Selama ini Antam telah melakukan eksplorasi emas di beberapa daerah seperti Dairi dan Karo, Sumut, Batangasai-Jambi, Pongkor dan Papandayan Jawa Barat, Cibaliung-Banten, Wawonii-Sulteng dan Oksibil-Papua. Menurut laporan yang dirilis di situs resminya, produksi emas dari Januari-September 2010 ini mencapai 623 kg, naik 6% dari produksi tahun 2009. Menurut Alwinsyah, Antam telah mematok target produksi emas tahun ini sebesar 3 ton. Ia optimistis target itu dapat tercapai meski produksi hingga September baru mencapai 623 kg.
Sementara itu, PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) di tahun depan berencana akan membuka eksplorasi emas baru di daerah Elang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut Kasan Mulyono, Manajer Public Relation PTNNT, pihaknya belum bisa menargetkan produksi emas yang bisa didulang di sana, karena masih dalam tahap penelitian. "Tapi, kami yakin cadangan emas di sana cukup strategis," kata Kasan.
Selama ini, PTNNT melakukan eksplorasi emas hanya di satu wilayah yaitu Batuhijau, Sumbawa, NTB. Pada tahun 2010 ini, PTNNT berhasil mendulang sekitar 744.000-810.000 ounce emas. "Kita belum bisa kasih detailnya, karena produksi tahun ini masih berjalan," tandas Kasan.
Spoiler for Tambang Minyak:
Optimalisasi Potensi Indonesia sebagai Raja Bahan Bakar Nabati (BBN) Dunia
Pergeseran pengelolaan energi dunia saat ini dari sisi penawaran ke sisi permintaan dan adanya komitmen internasional untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) membuat peran Bahan Bakar Nabati (BBN) menjadi penting. Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar dari sumber hayati. Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) diprediksi bahwa pada tahun 2050 BBN dapat menurunkan kebutuhan bahan bakar minyak bumi sebanyak 20- 40% (Azahari, 2008).
Indonesia berpeluang menjadi Raja BBN Dunia. Indonesia adalah negara tropis, sehingga hampir keseluruhan jenis tanaman penghasil minyak nabati dapat tumbuh dengan cepat. Raja BBN Dunia adalah negara dengan kepemilikan kapasitas dan kualitas produksi BBN tertinggi dibandingkan negara- negara lain.
Namun, sayangnya potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan negara produsen terbesar biodiesel saat ini adalah Uni Eropa sebesar 4, 5 juta ton/ tahun dengan bahan baku utama rapeseed berbiaya produksi lebih tinggi dibandingkan Indonesia, sedangkan negara produsen bioetanol terbesar adalah Amerika Serikat dengan produksi 18, 5 miliar liter berbahan baku jagung dan kedelai (Azahari, 2008). Bahkan, pengembangan BBN di Indonesia, khususnya biodiesel dari kelapa sawit dinilai buruk akibat menghasilkan energi lebih rendah dan menyumbang emisi karbon secara tidak langsung melalui pembakaran hutan dan konversi hutan untuk lahan tanam (http://www.guardian.co.uk).
Berbagai kebijakan terkait pengembangan BBN serta keanekaragaman jenis BBN yang dikembangkan di Indonesia (biodiesel, bioetanol, biooil, dan biogas) mengindikasikan pengembangan BBN di Indonesia belum menjadi sesuatu yang utama, walaupun telah menjadi agenda penting untuk menciptakan keamanan energi di Indonesia.
Penentuan skala prioritas pengembangan adalah hal mutlak untuk berhasil menjadi Raja BBN Dunia. Keanekaragaman jenis BBN tentu membuat ketidakjelasan tujuan dalam fokus perhatian pemerintah. Potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia diprioritaskan pada pengembangan biodiesel (pengganti solar) dan bioetanol (pengganti bensin). Biodiesel dan bioetanol dipilih karena kebutuhan energi transportasi Indonesia didominasi oleh minyak solar dan premium, kekayaan alam Indonesia yang melimpah sebagai bahan baku, dan insentif pembiayaan yang terbatas.
Strategi adalah tindakan yang diambil untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Strategi dibutuhkan untuk tetap dapat bertahan. Untuk mengoptimalkan potensi Indonesia, maka cara pengembangan dan penggunaan BBN di negara- negara lain diperlukan. Konsistensi implementansi kebijakan hukum dan ekonomi terutama sisi fiskal ternyata lebih mendominasi pengembangan BBN di beberapa negara.
Strategi optimalisasi potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia meliputi aspek riset bioteknologi, infrastruktur, ekonomi, hukum, dan sosial. Strategi pertama adalah aspek riset bioteknologi. Indonesia perlu memberlakukan pengalihan subsidi bahan bakar fosil ke sektor pengembangan BBN terutama riset bioteknologi dan infrastruktur. Dalam struktur biaya produksi BBN, pengeluaran untuk bahan baku adalah terbesar, sehingga riset bioteknologi yang gencar dapat diketahui varietas unggul sebagai bahan baku BBN. Riset bioteknologi pertama adalah identifikasi cara pengembangan alga sebagai bahan baku biodiesel. Indonesia sebagai negara dengan garis pantai tropis terpanjang di dunia sepanjang > 81.000 km (Jakti, 2004) dan produktivitas alga yang jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya patut menjadi salah satu aspek riset utama. Jenis riset kedua adalah biobutanol sebagai generasi kedua BBN berbahan baku non pangan dan limbah untuk menjamin kesinambungan pengembangan dan produksi massal BBN di masa depan.
Strategi kedua adalah dukungan infrastruktur. Dukungan infrastruktur meliputi akses dari petani ke industri pengembangan BBN dan pasar. Dengan demikian, hal ini berdampak pada kegairahan pasar domestik dan mendorong berkurangnya kesenjangan pola pertumbuhan ekonomi antara sektor jasa (non-tradable) dan sektor penghasil barang (tradable) di Indonesia.
Pergeseran pengelolaan energi dunia saat ini dari sisi penawaran ke sisi permintaan dan adanya komitmen internasional untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) membuat peran Bahan Bakar Nabati (BBN) menjadi penting. Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar dari sumber hayati. Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) diprediksi bahwa pada tahun 2050 BBN dapat menurunkan kebutuhan bahan bakar minyak bumi sebanyak 20- 40% (Azahari, 2008).
Indonesia berpeluang menjadi Raja BBN Dunia. Indonesia adalah negara tropis, sehingga hampir keseluruhan jenis tanaman penghasil minyak nabati dapat tumbuh dengan cepat. Raja BBN Dunia adalah negara dengan kepemilikan kapasitas dan kualitas produksi BBN tertinggi dibandingkan negara- negara lain.
Namun, sayangnya potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan negara produsen terbesar biodiesel saat ini adalah Uni Eropa sebesar 4, 5 juta ton/ tahun dengan bahan baku utama rapeseed berbiaya produksi lebih tinggi dibandingkan Indonesia, sedangkan negara produsen bioetanol terbesar adalah Amerika Serikat dengan produksi 18, 5 miliar liter berbahan baku jagung dan kedelai (Azahari, 2008). Bahkan, pengembangan BBN di Indonesia, khususnya biodiesel dari kelapa sawit dinilai buruk akibat menghasilkan energi lebih rendah dan menyumbang emisi karbon secara tidak langsung melalui pembakaran hutan dan konversi hutan untuk lahan tanam (http://www.guardian.co.uk).
Berbagai kebijakan terkait pengembangan BBN serta keanekaragaman jenis BBN yang dikembangkan di Indonesia (biodiesel, bioetanol, biooil, dan biogas) mengindikasikan pengembangan BBN di Indonesia belum menjadi sesuatu yang utama, walaupun telah menjadi agenda penting untuk menciptakan keamanan energi di Indonesia.
Penentuan skala prioritas pengembangan adalah hal mutlak untuk berhasil menjadi Raja BBN Dunia. Keanekaragaman jenis BBN tentu membuat ketidakjelasan tujuan dalam fokus perhatian pemerintah. Potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia diprioritaskan pada pengembangan biodiesel (pengganti solar) dan bioetanol (pengganti bensin). Biodiesel dan bioetanol dipilih karena kebutuhan energi transportasi Indonesia didominasi oleh minyak solar dan premium, kekayaan alam Indonesia yang melimpah sebagai bahan baku, dan insentif pembiayaan yang terbatas.
Strategi adalah tindakan yang diambil untuk mencapai satu atau lebih tujuan. Strategi dibutuhkan untuk tetap dapat bertahan. Untuk mengoptimalkan potensi Indonesia, maka cara pengembangan dan penggunaan BBN di negara- negara lain diperlukan. Konsistensi implementansi kebijakan hukum dan ekonomi terutama sisi fiskal ternyata lebih mendominasi pengembangan BBN di beberapa negara.
Strategi optimalisasi potensi Indonesia sebagai Raja BBN Dunia meliputi aspek riset bioteknologi, infrastruktur, ekonomi, hukum, dan sosial. Strategi pertama adalah aspek riset bioteknologi. Indonesia perlu memberlakukan pengalihan subsidi bahan bakar fosil ke sektor pengembangan BBN terutama riset bioteknologi dan infrastruktur. Dalam struktur biaya produksi BBN, pengeluaran untuk bahan baku adalah terbesar, sehingga riset bioteknologi yang gencar dapat diketahui varietas unggul sebagai bahan baku BBN. Riset bioteknologi pertama adalah identifikasi cara pengembangan alga sebagai bahan baku biodiesel. Indonesia sebagai negara dengan garis pantai tropis terpanjang di dunia sepanjang > 81.000 km (Jakti, 2004) dan produktivitas alga yang jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya patut menjadi salah satu aspek riset utama. Jenis riset kedua adalah biobutanol sebagai generasi kedua BBN berbahan baku non pangan dan limbah untuk menjamin kesinambungan pengembangan dan produksi massal BBN di masa depan.
Strategi kedua adalah dukungan infrastruktur. Dukungan infrastruktur meliputi akses dari petani ke industri pengembangan BBN dan pasar. Dengan demikian, hal ini berdampak pada kegairahan pasar domestik dan mendorong berkurangnya kesenjangan pola pertumbuhan ekonomi antara sektor jasa (non-tradable) dan sektor penghasil barang (tradable) di Indonesia.
Mungkin jika potensi ini bisa di kembangkan dengan baik!! indonesia bisa sejajar dengan negara maju lainnya
Moga-Moga bukan

Kalonya Bukan repost Bagi


0
4K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan