- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Milanisti masuk] Milan Menatap Masa Depan


TS
poezza1008
[Milanisti masuk] Milan Menatap Masa Depan
Code:
[SIZE="2"][FONT="Book Antiqua"]http://www.supersoccer.co.id/berita/milan-menatap-masa-depan[/FONT][/SIZE]/
Quote:
AC Milan sedang dalam tahap membangun kembali kekuatan mereka pasca eksodus besar-besaran pemain-pemain bintangnya sebelum musim 2012-13 bergulir. Alasan petinggi klub untuk tidak memperpanjang kontrak Nesta, Seedorf, Zambrotta, Gattuso dan Inzaghi, serta melepas dua superstar, Thiago Silva dan Zlatan Ibrahimovic tidak bisa sepenuhnya patut disalahkan bila menimbang beberapa fakta bahwa musim kemarin tim ini memang sudah terlalu uzur dan kondisi keuangan klub sedang carut marut.
Musim lalu, Milan menjadi tim dengan rata-rata usia pemain tertua di Liga Champion, yakni dengan rataan usia 29.2 tahun. Sedangkan dari sisi keuangan, terakhir kali tim ini mendapatkan keuntungan adalah pada musim panas 2006. Setelahnya, Milan merugi dan utang klub menyentuh angka 300 juta euro di tahun 2011. Salah satu yang paling memberatkan adalah pembayaran gaji pemain. Sistem perpajakan di Italia dianggap begitu memberatkan klub sehingga 88% dari pemasukan tim tahun lalu harus dialokasikan untuk membayar gaji pemain. Alasan rasional bila kemudian Milan memutuskan melepas Ibra yang memiliki bayaran selangit (termahal di Seria A, 9 juta euro per tahun, belum termasuk pajak 75%).
Membangun sebuah dinasti baru tentu bukan pekerjaan mudah terlebih bagi klub yang bukan milik pengusaha minyak dari Rusia atau Timur Tengah. Kebijakan Financial Fair Play yang kini melarang pemilik atau presiden klub untuk menyumbangkan kekayaan pribadi-nya ke kas klub, makin mempersulit posisi Milan, mengingat Silvio Berlusconi kerap melakukan hal tersebut sebelumnya.
Menimbang itu semua, kebijakan tim musim ini bisa jadi ada benarnya. Mungkin memang sudah saatnya MIlan meremajakan tim dan mulai mempercaya potensi-potensi lokal untuk mengurangi pembayaran pajak pemain impor yang terlalu mahal.
Sejarah panjang Rossoneri memang tidak bisa lepas dari nuansa asing di dalam tim. Klub ini bahkan didirikan oleh dua imigran asal Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin. Milan juga tercatat pernah berjaya di era 1950-an bersama trio Gre-No-Li asal Swedia.
Kesuksesan terbesar Milan didapat di era 80 hingga 90-an saat diperkuat trio asal Belanda, Gullit-Van Basten-Rijkaard dimana mereka berhasil membawa klub memenangkan dua gelar Liga Champion (format lama) dan empat gelar Serie A.
Setelah era trio Belanda, Milan terus melanjutkan trend ketergantungannya terhadap legiun asing. Nama-nama seperti George Weah, Zvonimir Boban, Manuel Rui Costa, Andriy Shevchenko, Ricardo Kaka hingga Zlatan Ibrahimovic mejadi bukti seberapa besar tim ini bergantung pada pemain asing.
Tak banyak nama lokal yang menghiasi daftar pencetak gol terbanyak Rossoneri sepanjang sejarahnya. Usai Gianni Rivera yang membukukan 164 gol, satu-satunya potensi Italia yang mendekati catatan itu hanyalah Pippo Inzaghi dengan torehan 126 gol.
Kini AC Milan memulai cerita baru. Terlepas dari hasil buruk yang dialami di empat Giornata pertama, ada cerita menarik yang mungkin bisa jadi tonggak kebangkitan Milan di masa mendatang, yakni kepercayaan terhadap potensi lokal. Catatan menarik dan tentunya sangat langka itu terjadi di Giornata 2 musim ini , di mana pelatih Massimiliano Allegri menurunkan sepuluh pemain berkewarganegaraan Italia dan hanya menyisakan nama Kevin-Prince Boateng sebagai satu-satunya non-Italia di starting XI di laga tandang melawan Bologna yang berkesudahan 3-1 untuk Milan. Pada laga itu, penyerang baru, Giampaolo Pazzini langsung mencetak tiga gol.
Pazzini sendiri, sejak kedatangannya dari Internazionale pada transfer musim panas kemarin, memikul beban cukup berat yakni untuk menggantikan sosok legenda Milan, Filippo Inzaghi. Pazzo dinilai memiliki kesamaan tipikal permainan dengan Pippo dan merupakan satu-satunya penyerang dengan tipikal No.9 di skuad Milan musim ini. Harapan suporter Milan-pun makin tinggi kepadanya usai mencetak hattrick melawan Bologna dan fakta bahwa Alexandre Pato masih terus berkawan dengan cedera.
Inikah indikasi bahwa Il Diavolo Rosso siap mengubah tradisi klub dengan mulai memberi kepercayaan kepada potensi lokal? kenapa tidak!. Milan memiliki potensi-potensi muda yang menjanjikan pada diri Mattia De Sciglio, Stephan El-Shaarway, Francesco Acerbi dan Mattia Valoti. Tiga nama pertama bahkan sudah mendapatkan panggilan untuk melakoni debut bersama Gli Azzuri belum lama ini.
Mattia Di Sciglio mulai mendapat menit bermain lebih sejak akhir musim lalu. Fullback 19 tahun itu mulai disamakan dengan legenda Milan, Paolo Maldini, seiring pemanggilan pertamanya untuk tim nasional senior Italia dalam laga ujicoba melawan Inggris beberapa waktu lalu. Begitupun Stephan El-Shaarawy yang tampil gemilang bersama tim nasional Italia U-21 kala membantai Liechtenstein 7-0 pada babak kualifikasi Euro U-21, baru-baru ini. Sementara Francesco Acerbi terus menunjukkan peningkatan dalam usahanya menyamai level difensore terbaik Italia, Alessandro Nesta.
Masa depan Milan bukan tidak mungkin akan berada di pundak anak-anak muda tersebut nantinya. Dengan dukungan dan mentoring yang tepat dari para senior seperti Christian Abbiati, Daniele Bonera dan Massimo Ambrosini, serta pengalaman bermain lebih bersama kelompok umur emas ; Ignazio Abate, Riccardo Montolivo, Luca Antonini dan tentunya, Giampaolo Pazzini bisa jadi mereka akan menjadi aktor-aktor penentu sukses Rossoneri di musim musim berikutnya jika memang musim ini belumlah saatnya.
Milan mungkin bisa berkaca pada kesuksesan Barcelona dalam mengembangkan bakat pemain mudanya yang well, membuat iri banyak tim besar di Eropa. Kebijakan pengembangan pemain muda lokal bisa dibilang sebagai strategi paling tepat untuk Milan sekarang ini. Selain lebih efisien secara finansial, kebijakan ini juga lebih bersifat jangka panjang dan berkesinambungan. Hanya saja untuk bisa sukses dengan cara seperti itu memang membutuhkan satu hal yang tidak semua fans miliki, yakni : KESABARAN.
Musim lalu, Milan menjadi tim dengan rata-rata usia pemain tertua di Liga Champion, yakni dengan rataan usia 29.2 tahun. Sedangkan dari sisi keuangan, terakhir kali tim ini mendapatkan keuntungan adalah pada musim panas 2006. Setelahnya, Milan merugi dan utang klub menyentuh angka 300 juta euro di tahun 2011. Salah satu yang paling memberatkan adalah pembayaran gaji pemain. Sistem perpajakan di Italia dianggap begitu memberatkan klub sehingga 88% dari pemasukan tim tahun lalu harus dialokasikan untuk membayar gaji pemain. Alasan rasional bila kemudian Milan memutuskan melepas Ibra yang memiliki bayaran selangit (termahal di Seria A, 9 juta euro per tahun, belum termasuk pajak 75%).
Membangun sebuah dinasti baru tentu bukan pekerjaan mudah terlebih bagi klub yang bukan milik pengusaha minyak dari Rusia atau Timur Tengah. Kebijakan Financial Fair Play yang kini melarang pemilik atau presiden klub untuk menyumbangkan kekayaan pribadi-nya ke kas klub, makin mempersulit posisi Milan, mengingat Silvio Berlusconi kerap melakukan hal tersebut sebelumnya.
Menimbang itu semua, kebijakan tim musim ini bisa jadi ada benarnya. Mungkin memang sudah saatnya MIlan meremajakan tim dan mulai mempercaya potensi-potensi lokal untuk mengurangi pembayaran pajak pemain impor yang terlalu mahal.
Sejarah panjang Rossoneri memang tidak bisa lepas dari nuansa asing di dalam tim. Klub ini bahkan didirikan oleh dua imigran asal Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin. Milan juga tercatat pernah berjaya di era 1950-an bersama trio Gre-No-Li asal Swedia.
Kesuksesan terbesar Milan didapat di era 80 hingga 90-an saat diperkuat trio asal Belanda, Gullit-Van Basten-Rijkaard dimana mereka berhasil membawa klub memenangkan dua gelar Liga Champion (format lama) dan empat gelar Serie A.
Setelah era trio Belanda, Milan terus melanjutkan trend ketergantungannya terhadap legiun asing. Nama-nama seperti George Weah, Zvonimir Boban, Manuel Rui Costa, Andriy Shevchenko, Ricardo Kaka hingga Zlatan Ibrahimovic mejadi bukti seberapa besar tim ini bergantung pada pemain asing.
Tak banyak nama lokal yang menghiasi daftar pencetak gol terbanyak Rossoneri sepanjang sejarahnya. Usai Gianni Rivera yang membukukan 164 gol, satu-satunya potensi Italia yang mendekati catatan itu hanyalah Pippo Inzaghi dengan torehan 126 gol.
Kini AC Milan memulai cerita baru. Terlepas dari hasil buruk yang dialami di empat Giornata pertama, ada cerita menarik yang mungkin bisa jadi tonggak kebangkitan Milan di masa mendatang, yakni kepercayaan terhadap potensi lokal. Catatan menarik dan tentunya sangat langka itu terjadi di Giornata 2 musim ini , di mana pelatih Massimiliano Allegri menurunkan sepuluh pemain berkewarganegaraan Italia dan hanya menyisakan nama Kevin-Prince Boateng sebagai satu-satunya non-Italia di starting XI di laga tandang melawan Bologna yang berkesudahan 3-1 untuk Milan. Pada laga itu, penyerang baru, Giampaolo Pazzini langsung mencetak tiga gol.
Pazzini sendiri, sejak kedatangannya dari Internazionale pada transfer musim panas kemarin, memikul beban cukup berat yakni untuk menggantikan sosok legenda Milan, Filippo Inzaghi. Pazzo dinilai memiliki kesamaan tipikal permainan dengan Pippo dan merupakan satu-satunya penyerang dengan tipikal No.9 di skuad Milan musim ini. Harapan suporter Milan-pun makin tinggi kepadanya usai mencetak hattrick melawan Bologna dan fakta bahwa Alexandre Pato masih terus berkawan dengan cedera.
Inikah indikasi bahwa Il Diavolo Rosso siap mengubah tradisi klub dengan mulai memberi kepercayaan kepada potensi lokal? kenapa tidak!. Milan memiliki potensi-potensi muda yang menjanjikan pada diri Mattia De Sciglio, Stephan El-Shaarway, Francesco Acerbi dan Mattia Valoti. Tiga nama pertama bahkan sudah mendapatkan panggilan untuk melakoni debut bersama Gli Azzuri belum lama ini.
Mattia Di Sciglio mulai mendapat menit bermain lebih sejak akhir musim lalu. Fullback 19 tahun itu mulai disamakan dengan legenda Milan, Paolo Maldini, seiring pemanggilan pertamanya untuk tim nasional senior Italia dalam laga ujicoba melawan Inggris beberapa waktu lalu. Begitupun Stephan El-Shaarawy yang tampil gemilang bersama tim nasional Italia U-21 kala membantai Liechtenstein 7-0 pada babak kualifikasi Euro U-21, baru-baru ini. Sementara Francesco Acerbi terus menunjukkan peningkatan dalam usahanya menyamai level difensore terbaik Italia, Alessandro Nesta.
Masa depan Milan bukan tidak mungkin akan berada di pundak anak-anak muda tersebut nantinya. Dengan dukungan dan mentoring yang tepat dari para senior seperti Christian Abbiati, Daniele Bonera dan Massimo Ambrosini, serta pengalaman bermain lebih bersama kelompok umur emas ; Ignazio Abate, Riccardo Montolivo, Luca Antonini dan tentunya, Giampaolo Pazzini bisa jadi mereka akan menjadi aktor-aktor penentu sukses Rossoneri di musim musim berikutnya jika memang musim ini belumlah saatnya.
Milan mungkin bisa berkaca pada kesuksesan Barcelona dalam mengembangkan bakat pemain mudanya yang well, membuat iri banyak tim besar di Eropa. Kebijakan pengembangan pemain muda lokal bisa dibilang sebagai strategi paling tepat untuk Milan sekarang ini. Selain lebih efisien secara finansial, kebijakan ini juga lebih bersifat jangka panjang dan berkesinambungan. Hanya saja untuk bisa sukses dengan cara seperti itu memang membutuhkan satu hal yang tidak semua fans miliki, yakni : KESABARAN.
Gimana ni menurut agan milanisti pasca beberapa hasil buruk di pertandingan kemarin, masih bisa bersabar n yakin gak milan bisa bangkit??
Fans sejati pasti akan selalu mendukung tim nya walau dalam masa-masa terburuk sekalipunFORZA MILAN!!!
0
1.7K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan