- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Diet Makanan Cepat Saji Bantu Kurangi Agresivitas Remaja Untuk Tawuran


TS
pecks76
Diet Makanan Cepat Saji Bantu Kurangi Agresivitas Remaja Untuk Tawuran
Media baik cetak, on-line, elektronik dipenuhi oleh ragam pendapat dan opini para psikolog, kriminolog, pakar pendidikan, pengamat masalah sosial sebagai sumber referensi untuk menelaah permasalahan tawuran siswa SMA lebih obyektif. Tapi tak satupun yang mampu memupus mata rantai tawuran tersebut itu sendiri. Apalagi apabila tawuran tersebut disertai oleh korban jiwa di satu pihak, biasanya hanya menunggu waktu untuk memicu tawuran berikutnya. Begitu terus berulang bagai sebuah lingkaran tanpa bisa dihentikan. Permasalahan tawuran seharusnya menjadi kepedulian banyak pihak karena berkaitan dengan potensi siswa sebagai anak didik yang akan menjadi generasi penerus sebuah bangsa.

Salah satu unsur yang sering terlupakan dalam melihat permasalahan tawuran secara holistik adalah penelitian mengenai prilaku manusia terutama remaja dan hubungannya dengan makanan yang di konsumsinya. Para peneliti di Barat sudah lama mencoba mengambil kesimpulan bahwa ada kaitan yang sangat erat antara makanan dengan prilaku. Tawuran adalah sebuah prilaku agresif bahkan cenderung brutal. Terlepas dari stimulus yang terjadi di lapangan, setiap manusia seharusnya mempunyai rem atau batas psikologis normal untuk mengendalikan prioaku agresifnya. Penelitian di Norwegia yang dimuat dalam American Journal of Public Health. 2006 memaparkan bahwa ada hubungan dosis-respons antara konsumsi soft drinks dan asupan protein hewani berlebihan terhadap tekanan mental, masalah perilaku, dan total skor kesehatan mental.
Dalam bukunya yang berjudul Food and Behaviour, Barbara Reed Stitt mengungkapkan hubungan linier antara asupan makanan dan pola prilaku agresif remaja. Remaja yang terbiasa terlibat prilaku kekerasan, cenderung hiperaktif dan mudah marah terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung protein hewani tinggi. Barbara Reed Stitt yang bekerja selama 20 tahun di pengadilan remaja di Ohio Amerika Serikat secara hati hati melakukan penelitian terhadap remaja yang cenderung agresif dan bermasalah ini. Asupan protein hewani dalam makanan cepat saji yang cenderung berlebihan dan terlebih lagi apabila disajikan secara cepat saji secara klinis terbukti membuat tingkat hormon seretonin di otak menjadi rendah. Hormon seretonin di otak dipercaya memberi rasa senang, tenang dan bahagia. Semakin tinggi kadar seretonin di otak maka tingkat kebahagiaan atau perasaan tenang akan relatif lebih baik. Begitu pula kebalikannya.

Semakin menjamurnya pusat jajanan makanan siap saji ditambah dengan budaya makan remaja perkotaan yang lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji tersebut dicurigai menjadi salah satu variabel tidak langsung penyebab prilaku agresif remaja seperti tawuran. Hamburgers, kentang goreng, ayam goreng, minuman bersoda adalah contoh hidangan siap sajidengan kandungan protein hewani tinggi dan rendah karbohidrat. Semakin tinggi asupan protein hewani berkorelasi langsung terhadap rendahnya level seretonin pada otak manusia. Dan rendahnya level seretonin pada otak memicu prilaku agresif dan perasaan cepat marah. Budaya makanan cepat saji yang sudah menjadi gaya hidup remaja masa kini tanpa sadar menjadi modal bagi prilaku agresif seperti tawuran. Perbanyuk asupan makanan seperti sayuran dan buah-buahan dan menerapkan pola diet protein hewani yang seimbang akan membuat level seretonin di otak menjadi lebih tinggi dan memicu perasaan lebih tenang dan bahagia. Generasi muda yang bahagia otomatis bisa menjadi variabel bagi masa depan bangsa Indonesia lebih baik.
SUMBER WIRAWIRI.NET

Salah satu unsur yang sering terlupakan dalam melihat permasalahan tawuran secara holistik adalah penelitian mengenai prilaku manusia terutama remaja dan hubungannya dengan makanan yang di konsumsinya. Para peneliti di Barat sudah lama mencoba mengambil kesimpulan bahwa ada kaitan yang sangat erat antara makanan dengan prilaku. Tawuran adalah sebuah prilaku agresif bahkan cenderung brutal. Terlepas dari stimulus yang terjadi di lapangan, setiap manusia seharusnya mempunyai rem atau batas psikologis normal untuk mengendalikan prioaku agresifnya. Penelitian di Norwegia yang dimuat dalam American Journal of Public Health. 2006 memaparkan bahwa ada hubungan dosis-respons antara konsumsi soft drinks dan asupan protein hewani berlebihan terhadap tekanan mental, masalah perilaku, dan total skor kesehatan mental.
Dalam bukunya yang berjudul Food and Behaviour, Barbara Reed Stitt mengungkapkan hubungan linier antara asupan makanan dan pola prilaku agresif remaja. Remaja yang terbiasa terlibat prilaku kekerasan, cenderung hiperaktif dan mudah marah terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji yang banyak mengandung protein hewani tinggi. Barbara Reed Stitt yang bekerja selama 20 tahun di pengadilan remaja di Ohio Amerika Serikat secara hati hati melakukan penelitian terhadap remaja yang cenderung agresif dan bermasalah ini. Asupan protein hewani dalam makanan cepat saji yang cenderung berlebihan dan terlebih lagi apabila disajikan secara cepat saji secara klinis terbukti membuat tingkat hormon seretonin di otak menjadi rendah. Hormon seretonin di otak dipercaya memberi rasa senang, tenang dan bahagia. Semakin tinggi kadar seretonin di otak maka tingkat kebahagiaan atau perasaan tenang akan relatif lebih baik. Begitu pula kebalikannya.

Semakin menjamurnya pusat jajanan makanan siap saji ditambah dengan budaya makan remaja perkotaan yang lebih sering mengkonsumsi makanan siap saji tersebut dicurigai menjadi salah satu variabel tidak langsung penyebab prilaku agresif remaja seperti tawuran. Hamburgers, kentang goreng, ayam goreng, minuman bersoda adalah contoh hidangan siap sajidengan kandungan protein hewani tinggi dan rendah karbohidrat. Semakin tinggi asupan protein hewani berkorelasi langsung terhadap rendahnya level seretonin pada otak manusia. Dan rendahnya level seretonin pada otak memicu prilaku agresif dan perasaan cepat marah. Budaya makanan cepat saji yang sudah menjadi gaya hidup remaja masa kini tanpa sadar menjadi modal bagi prilaku agresif seperti tawuran. Perbanyuk asupan makanan seperti sayuran dan buah-buahan dan menerapkan pola diet protein hewani yang seimbang akan membuat level seretonin di otak menjadi lebih tinggi dan memicu perasaan lebih tenang dan bahagia. Generasi muda yang bahagia otomatis bisa menjadi variabel bagi masa depan bangsa Indonesia lebih baik.
SUMBER WIRAWIRI.NET
0
1.1K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan