- Beranda
- Komunitas
- News
- Entrepreneur Corner
Pemerintah Singapura Berambisi Dorong Budaya Berani Ambil Risiko


TS
eCiputra
Pemerintah Singapura Berambisi Dorong Budaya Berani Ambil Risiko
Ciputraentrepreneurship News, Singapura - Di saat banyak orang asing menyerbu Indonesia untuk berwirausaha karena suburnya peluang di sini, warga Indonesia masih harus berkutat dengan kurang kondusifnya budaya dan ekosistem kewirausahaan di sekitarnya. Dan terlebih lagi jika dikaitkan dengan birokrasi. Indonesia dikenal oleh investor luar sebagai wilayah yang kurang bersahabat dalam hal regulasi dan budaya yang mendukung pertumbuhan entrepreneurship.
Yang miris adalah bagaimana Indonesia harus mengalami banyak ketertinggalan karena pemerintah dan budaya yang masih belum mendukung tersebut padahal potensi begitu melimpah dan tersebar.
Di negara-negara tetangga, pemerintah telah merangkul nilai-nilai entrepreneurship lebih awal dan menerapkannya dalam pengelolaan negara. Tak heran, mereka melesat di atas kita.
Sebut saja kiprah negeri jiran Singapura. Kita tahu bagaimana kebijakan-kebijakan yang dulu diambil Lee Kuan Yew dalam menggenjot entrepreneurship di negeri yang luasnya kurang lebih sama dengan Jakarta itu.
Baru-baru ini, pemerintah Singapura juga menujukkan gebrakan baru dalam mengembangkan kultur yang lebih pro entrepreneurship dalam kehidupan masyarakat mereka. Dikemukakan oleh Menteri Negara Perdagangan dan Industri Singapura, Teo Ser Luck, melalui laman Channelnewsasia.com (22/9/2012), bahwa pemerintah negeri Singa itu berniat mengembangkan budaya yang mendorong masyarakatnya untuk tidak gentar dalam mengambil risiko.
Seperti kita ketahui mentalitas dan budaya seperti inilah yang menjadi inti dari entrepreneurship. Sering kita jumpai banyak orang yang sebenarnya sangat ingin menjadi entrepreneur tetapi setelah terbentur kenyataan bahwa orang-orang di sekitar mereka kurang mendukung saat mereka memilih profesi tersebut dan mencemooh saat mereka mengalami kegagalan berbisnis, mereka akhirnya memutuskan untuk menjadi karyawan kembali. Ini juga bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan seperti pernikahan. Banyak generasi yang menjadi orang tua sekarang lebih menyukai menantunya adalah pegawai, bukan entrepreneur. Akibatnya bisa ditebak. Mereka yang sudah terjun dalam bisnis kadang harus rela kembali ke zona nyaman karyawan agar bisa menyunting pujaan hatinya.
Saat menghadiri konferensi Starting Up Ideas Inc., Menteri Teo Ser Luck mengatakan lebih lanjut bahwa gagasan itu akan segera dilaksanakan. Sekitar 400 siswa, entrepreneur, investor dan pakar berkumpul dalam event tersebut untuk berbagi pandangan dan berjejaring.
Saya pikir hanya dengan sudah berani memulai, Anda sudah sukses, ujar menteri yang usianya masih tergolong muda ini.
Meskipun bisnis Anda sukses atau gagal, budaya menerima kegagalan dan menilai kegagalan sebagai pelajaran berharga dan menjadi lebih sukses di masa datang sangat krusial. Itulah mengapa (hal tersebut) akan kita usahakan untuk dibangun, paparnya.
Lebih lanjut, Teo mengutarakan itikad pemerintah Singapura yang akan terus meningkatkan dukungan pendanaan, pembimbingan atau mentroship, dan memperluas peluang berjejaring bagi para pelaku entrepreneurship di Singapura.
Pemerintah Singapura sendiri saat ini telah mendirikan sebuah kolaborasi sektor publik dan swasta dalam skema Action Community for Entrepreneurs atau ACE. Dalam ACE, telah ada 12 mitra baru yang terdiri dari sekolah dan asosiasi industri di negeri tersebut.diharapkan nantinya kolborasi ini akan sanggup membantu 100 entrepreneur baru memulai bisnis mereka dalam 3 tahun mendatang. (*AP)
Sumber: eciputra.com
0
701
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan