- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tanah Jawa Dulu Lumbung Padi?


TS
maztrio
Tanah Jawa Dulu Lumbung Padi?
Lumbung Padi
Ada beberapa ahli (sejarah) yang mengatakan kata JAWA berasal dari kata jawawut semacam tanaman rerumputan yang berbiji putih. Dulu, katanya, jawawut adalah nama untuk sejenis padi. Entah benar entah tidak, dan barangkali lebih banyak tidaknya atau sekedar othak-athik mathuk tapi harus diakui bahwa tanah Jawa dulu merupakan lumbung padi di wilayah Nusantara.
Dalam budaya Jawa, beras dianggap sebagai anugerah terbesar yang diberikan oleh Ibu Pertiwi melalui Dewi Sri bagi manusia. Sehingga padi atau beras begitu dihormati dan tidak boleh ditaruh sembarangan. Ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Dewi Sri.
Proses panen dan penyimpanan padi dan beras sesuai budaya tradisional Jawa.
1. Setelah padi dianggap sudah matang dan bisa dipanen maka, penanam memilih hari baik untuk panen. Pemilihan hari baik biasanya melalui perhitungan yang dilakukan bersama seorang pinisepuh.
2. Padi ( yang masih ada batang atau jeraminya) lalu disimpan di sebuah bangunan di luar rumah, namanya lumbung.
3. Pada saat tertentu, sesuai kebutuhan, padi yang ada dilumbung diambil dan dipisahkan dari jeraminya ( Jawa=damen) dan menjadi gabah lalu disimpan pada peti kayu, namanya Gledheg
4. Gledheg di tempatkan di sebuah ruangan tersendiri dalam rumah namanya Sentong
5. Pada saat tertentu pula, sesuai kebutuhan gabah diambil lalu ditumbuk menjadi beras . Kemudian beras disimpan pada suatu tempat yang disebut pedaringan Pedaringan ini juga ditempatkan pada Sentong
Sentong bukanlah sekedar tempat menyimpan gabah di gledheg atau beras di pedaringan. Lebih dari itu, Sentong adalah tempat di mana Dewi Sri tinggal di dalam rumah atau keluarga tersebut. Bahkan, jika keluarga tersebut akan mengadakan suatu hajatan apalagi perkimpoian wajib mengadakan doa dan memberikan sesaji bagi Dewi Sri dalam sentong. Sehingga, di dalam sentong adalah tabu ( Jawa=ora ilok) untuk menyimpan barang lain di dalamnya. Sentong bukan gudang.
Seiring dengan perkembangan jaman di mana manusia selalu ingin yang mudah dan praktis serta mulai menyusutnya hasil padi akibat alih fungsi lahan maka lumbung yang dulu lambang status sosial kini mulai ditinggalkan. Sulit untuk menekukan lumbung padi di pedesaan ( Jawa ) sekalipun, kecuali di Suku Badui, Banten dan Kampung Naga, Jawa Barat, serta di Palasari, Bali yang tinggal menjadi sebuah bangunan monumen Boleh jadi, musnahnya lumbung dalam peradaban atau budaya tradisional Jawa salah satunya karena tanah Jawa kini bukan lagi menjadi penghasil padi. Bahkan malah harus mengimpor dari negara tetangga.
Akankah kejayaan tanah Jawa sebagai lumbung padi terulang?
Seorang menteri dan pengusaha (pengembang) ternama jaman Orde Baru pernah berkata : Jangan memaksakan sawah di kota.
Nah, kalau sekarang saya berseru pada Menteri Pertanian dan para pengembang: Jangan memaksakan membangun kota (perumahan) di tengah sawah.
Semoga mereka mendengar. Salam .
sumber
Ada beberapa ahli (sejarah) yang mengatakan kata JAWA berasal dari kata jawawut semacam tanaman rerumputan yang berbiji putih. Dulu, katanya, jawawut adalah nama untuk sejenis padi. Entah benar entah tidak, dan barangkali lebih banyak tidaknya atau sekedar othak-athik mathuk tapi harus diakui bahwa tanah Jawa dulu merupakan lumbung padi di wilayah Nusantara.
Dalam budaya Jawa, beras dianggap sebagai anugerah terbesar yang diberikan oleh Ibu Pertiwi melalui Dewi Sri bagi manusia. Sehingga padi atau beras begitu dihormati dan tidak boleh ditaruh sembarangan. Ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Dewi Sri.
Spoiler for padi:
Proses panen dan penyimpanan padi dan beras sesuai budaya tradisional Jawa.
1. Setelah padi dianggap sudah matang dan bisa dipanen maka, penanam memilih hari baik untuk panen. Pemilihan hari baik biasanya melalui perhitungan yang dilakukan bersama seorang pinisepuh.
2. Padi ( yang masih ada batang atau jeraminya) lalu disimpan di sebuah bangunan di luar rumah, namanya lumbung.
Spoiler for padi:
Spoiler for Nih:
Spoiler for nih:
3. Pada saat tertentu, sesuai kebutuhan, padi yang ada dilumbung diambil dan dipisahkan dari jeraminya ( Jawa=damen) dan menjadi gabah lalu disimpan pada peti kayu, namanya Gledheg
4. Gledheg di tempatkan di sebuah ruangan tersendiri dalam rumah namanya Sentong
5. Pada saat tertentu pula, sesuai kebutuhan gabah diambil lalu ditumbuk menjadi beras . Kemudian beras disimpan pada suatu tempat yang disebut pedaringan Pedaringan ini juga ditempatkan pada Sentong
Sentong bukanlah sekedar tempat menyimpan gabah di gledheg atau beras di pedaringan. Lebih dari itu, Sentong adalah tempat di mana Dewi Sri tinggal di dalam rumah atau keluarga tersebut. Bahkan, jika keluarga tersebut akan mengadakan suatu hajatan apalagi perkimpoian wajib mengadakan doa dan memberikan sesaji bagi Dewi Sri dalam sentong. Sehingga, di dalam sentong adalah tabu ( Jawa=ora ilok) untuk menyimpan barang lain di dalamnya. Sentong bukan gudang.
Spoiler for nih:
Spoiler for nih:
Seiring dengan perkembangan jaman di mana manusia selalu ingin yang mudah dan praktis serta mulai menyusutnya hasil padi akibat alih fungsi lahan maka lumbung yang dulu lambang status sosial kini mulai ditinggalkan. Sulit untuk menekukan lumbung padi di pedesaan ( Jawa ) sekalipun, kecuali di Suku Badui, Banten dan Kampung Naga, Jawa Barat, serta di Palasari, Bali yang tinggal menjadi sebuah bangunan monumen Boleh jadi, musnahnya lumbung dalam peradaban atau budaya tradisional Jawa salah satunya karena tanah Jawa kini bukan lagi menjadi penghasil padi. Bahkan malah harus mengimpor dari negara tetangga.
Akankah kejayaan tanah Jawa sebagai lumbung padi terulang?
Seorang menteri dan pengusaha (pengembang) ternama jaman Orde Baru pernah berkata : Jangan memaksakan sawah di kota.
Nah, kalau sekarang saya berseru pada Menteri Pertanian dan para pengembang: Jangan memaksakan membangun kota (perumahan) di tengah sawah.
Semoga mereka mendengar. Salam .
sumber
1
3.9K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan