- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pesawat Intai PUNA BPPT Milik indonesia


TS
gusgutian
Pesawat Intai PUNA BPPT Milik indonesia
Quote:
WELCOME TO MY THREAD
Quote:
Kaskuser Bijak, Budayakan Komen dan

Ingin melengkapi yang ini gan
Spoiler for ini:

Langsung aja gan ini Beritanya
Quote:
Quote:
Teknologi pesawat intai tanpa awak alias unmanned aerial vehicle (UAV), buatan Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) tidak bisa dideteksi radar pesawat. Kepala Program Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) BPPT Joko Puwono, mengatakan prototipe pesawat terbang produksinya dijamin tidak terdeteksi radar musuh.
Pasalnya seluruh bahan pesawat terbuat dari komposit murni tidak mengandung unsur metal. Meski begitu, pihaknya menyatakan pesawat intai Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-alap, hingga Slipi, tetap butuh pengembangan dan inovasi untuk menyiasati semakin canggihnya pendeteksian teknologi radar lawan. "Pesawat kami dijamin tidak terdeteksi radar, tapi kalau memuai sedikit karena panas mesin bisa jadi terdeteksi radar. Masih butuh pengembangan," beber Joko kepada Republika, Sabtu (4/2).
Karena pengembangan pesawat intai butuh modal, pihaknya menyarankan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) agar tidak perlu jauh-jauh membeli produk Israel Aerospace Industries (IAI). Selain bisa memperkuat industri pertahanan dalam negeri, lanjut Joko, anggaran pembelian pesawat dapat digunakan untuk inovasi dan pengembangan pesawat intai karya BPPT. Berdasarkan catatan Republika, harga pesawat intai IAI dengan teknologi terbaru rata-rata 6 juta dolar AS atau Rp 54 miliar. Adapun PUNA BPPT hanya menghabiskan anggaran Rp 1,3 miliar per unit.
Memang diakuinya produk Israel lebih canggih, namun kalau pesawat intai BPPT semakin sering diutak-atik maka butuh beberapa tahun untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Ini lantaran sumber daya manusia (SDM) BPPT hanya kurang mendapat kesempatan dan pembelajaran sebab Kemenhan maupun user lain tidak pernah mengajak pihaknya untuk mengembangkan pesawat intai terbaru. "Pesawat kami ada yang jenis patroli keamanan di lautan hingga untuk membuat hujan buatan, tinggal dimodernisasi saja," papar Joko.
Pasalnya seluruh bahan pesawat terbuat dari komposit murni tidak mengandung unsur metal. Meski begitu, pihaknya menyatakan pesawat intai Wulung, Gagak, Pelatuk, Alap-alap, hingga Slipi, tetap butuh pengembangan dan inovasi untuk menyiasati semakin canggihnya pendeteksian teknologi radar lawan. "Pesawat kami dijamin tidak terdeteksi radar, tapi kalau memuai sedikit karena panas mesin bisa jadi terdeteksi radar. Masih butuh pengembangan," beber Joko kepada Republika, Sabtu (4/2).
Karena pengembangan pesawat intai butuh modal, pihaknya menyarankan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) agar tidak perlu jauh-jauh membeli produk Israel Aerospace Industries (IAI). Selain bisa memperkuat industri pertahanan dalam negeri, lanjut Joko, anggaran pembelian pesawat dapat digunakan untuk inovasi dan pengembangan pesawat intai karya BPPT. Berdasarkan catatan Republika, harga pesawat intai IAI dengan teknologi terbaru rata-rata 6 juta dolar AS atau Rp 54 miliar. Adapun PUNA BPPT hanya menghabiskan anggaran Rp 1,3 miliar per unit.
Memang diakuinya produk Israel lebih canggih, namun kalau pesawat intai BPPT semakin sering diutak-atik maka butuh beberapa tahun untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Ini lantaran sumber daya manusia (SDM) BPPT hanya kurang mendapat kesempatan dan pembelajaran sebab Kemenhan maupun user lain tidak pernah mengajak pihaknya untuk mengembangkan pesawat intai terbaru. "Pesawat kami ada yang jenis patroli keamanan di lautan hingga untuk membuat hujan buatan, tinggal dimodernisasi saja," papar Joko.
Berikut spesifikasi PUNA yang dikembangkan BPPT
1. BPPT-01A 'Wulung'
Spoiler for PIC:

'Wulung' ini cocok untuk misi yang hanya bisa maksimal bila dipantau dari high altitude gan. Antara lain, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi.

Bentangan sayap: 6,36 meter
Panjang : 4,32 meter
Tinggi : 1,32 meter
Berat Take off : 120 kg
2. BPPT-01B 'Gagak'
Spoiler for PIC:

'Gagak' cocok untuk misi pemotretan dari udara pada jangkauan luas gan.

Bentangan sayap: 6,93 meter
Panjang : 4,38 meter
Tinggi : 1,12 meter
Berat Take off : 120 kg
3. BPPT-02A 'Pelatuk'
Spoiler for PIC:

'Pelatuk' cocok untuk misi pemotretan udara pada area kecil, pengintaian jarak dekat suatu sasaran, pemantauan hutan, pemantauan laut dan pantai.

Bentang Sayap : 6,92 meter
Panjang Badan : 4,38 meter
Tinggi : 1,21 meter
Berat Max : 120 kg
Mesin : 24 Hp (single engine)
Material : Komposit/fiberglass
Altitude : 7000 ft
Payload : 20 kg
Tambahan dari ane
Spoiler for Tambahan:
Pengembangan PUNA tak hanya berhenti pada BPPT-01A Wulung dan BPPT-01B Gagak, tetapi berlanjut pada desain dan pembuatan prototipe PUNA lainnya, yaitu BPPT-02A Pelatuk, BPPT-02B Laron, BPPT-04 Sriti, dan BPPT-05 Alap-alap.
jika disimak lebih jauh gan, teknologi pesawat tanpa awak ini memiliki banyak manfaat yang sangat strategis, di antaranya bisa digunakan untuk keperluan sipil, seperti pemantauan bencana alam, pemantauan pencurian ikan (biar ga banyak kecolongan sama tetangga sebelah
), pemantauan kebakaran hutan, pemantauan pembalakan liar a.k.a ilegalogging, pencarian korban kecelakaan, dan pemetaan wilayah. Pesawat tanpa awak juga bisa untuk keperluan militer, seperti pengintaian terhadap teroris, pengintaian di daerah rawan konflik, pemantauan tapal batas negara, dan pemantauan di medan pertempuran.
Pesawat tanpa awak memiliki keunggulan dibandingkan dengan pesawat terbang berawak. Pengoperasian pesawat tanpa awak ini bisa menghemat anggaran negara karena biaya pengoperasiannya yang lebih murah bila dibandingkan dengan pesawat terbang berawak. Selain itu, apabila pesawat jatuh, tidak ada risiko korban jiwa. Hal ini bisa terjadi karena pengoperasiannya dikendalikan dari jarak jauh.
seperti belom lama ini gan, pemerintah DI. Yogyakarta menggunakan pesawat PUNA ini untuk memantau kondisi kawah dari gunung merapi, pesawat ini dipilih karena praktis gan, ga perlu area landing yg luas, bahkan cara mengoperasikannya saja tinggal lempar (kayak mainan pesawat kertas
)
jika disimak lebih jauh gan, teknologi pesawat tanpa awak ini memiliki banyak manfaat yang sangat strategis, di antaranya bisa digunakan untuk keperluan sipil, seperti pemantauan bencana alam, pemantauan pencurian ikan (biar ga banyak kecolongan sama tetangga sebelah

Pesawat tanpa awak memiliki keunggulan dibandingkan dengan pesawat terbang berawak. Pengoperasian pesawat tanpa awak ini bisa menghemat anggaran negara karena biaya pengoperasiannya yang lebih murah bila dibandingkan dengan pesawat terbang berawak. Selain itu, apabila pesawat jatuh, tidak ada risiko korban jiwa. Hal ini bisa terjadi karena pengoperasiannya dikendalikan dari jarak jauh.
seperti belom lama ini gan, pemerintah DI. Yogyakarta menggunakan pesawat PUNA ini untuk memantau kondisi kawah dari gunung merapi, pesawat ini dipilih karena praktis gan, ga perlu area landing yg luas, bahkan cara mengoperasikannya saja tinggal lempar (kayak mainan pesawat kertas

Maju Terus Teknologi Anak Bangsa






Quote:
Sekian aja gan dari ane, TS dengan senang hati menerima 
akan sangat berat hati bila ditimpuk

akan sangat berat hati bila ditimpuk

0
3.7K
Kutip
33
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan