Chef Arnold Poernomo, Sejak kecil dekat dengan dunia kuliner. Ibunya adalah seorang koki dan neneknya juga memiliki restoran. Tapi ternyata, dia tidak pernah bercita-cita menjadi chef. Karena belajar marketing, dulu ia ingin menjadi marketing director. Sejak usia 10, ia dan keluarganya pindah ke Sydney. Di kota inilah ia mulai menunjukkan ketertarikannya pada dunia kuliner. Saat berusia 14, demi iseng mendapatkan uang saku tambahan, ia bekerja di sebuah kafe didekat rumahnya, yang dimulai dengan membersihkan dapur. Lalu ia pindah bekerja ke sebuah restoran milik seorang celebrity chef di Australia. Selain itu, ibunya memiliki beberapa rekan yang berprofesi sebagai chef, terkadang ia suka 'bermain' di dapur mereka.



Saat ingin kembali ke Indonesia, ia memiilih Jakarta sebagai tempat memulai karier profesional di dunia kuliner. The Nest Grill adalah restoran pertama yang ia kelola sejak Juli tahun lalu.



Dalam waktu dekat, ini ia ingin membuat satu acara di bulan November. “Rencananya, saya akan mengundang beberapa tamu, salah satunya teman saya yang pernah hadir di MasterChef Australia. Saya juga sedang mempersiapkan pembukaan restoran kedua yang direncanakan akan selesai tahun depan.” Tutur chef Arnold.



Selain ibunya, ia juga terinspirasi dari seorang juru masak terkenal asal Amerika, yaitu Grant Achatz. Dulu ketika terserang kanker lidah, dia tidak bisa merasakan apa pun, tapi tak pernah putus asa. Kegigihan dan kesuksesannya telah menginspirasi chef Arnold.



Dalam memasak, ia sering menggunakan seafood sebagai bahan masakan. “Bermacam seafood menghasilkan rasa yang berbeda, sehingga saya bisa berkreasi lebih banyak. Saya juga suka coba menghasilkan menu dengan satu ingredient baru.” katanya.

Selama mengelola The Nest Grill, chef muda ini punya satu pengalaman tak terlupakan. “Malam itu ada dua orang tamu datang ke restoran ini. Saat salah satu dari mereka melihat daftar menu, ekspresi wajahnya tampak tidak senang dengan menu yang ditawarkan. Padahal saat itu saya baru saja menambahkan menu baru lho. Saya dan semua rekan di sini jadi bingung dan salah tingkah karena menduga tamu itu pasti seorang chef. Setelah bertanya langsung, ternyata tamu itu bukan chef dan dia pun tidak ada masalah apa pun dengan menu kami, hahaha… Saya jadi malu sendiri jika teringat kejadian itu”.



Selain itu, sewaktu pertama kali melakukan pembukaan restoran ini, Ia dan rekannya harus membuat makanan untuk 800 orang dan menata restoran yang saat itu masih kosong hanya dalam waktu singkat. Itulah pengalaman yang paling berkesan dan tak terlupakan oleh chef Arnold.