- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[wani piro??] Wakapolda: Mana "Sense of Crisis" Warga?


TS
ag6966nh
[wani piro??] Wakapolda: Mana "Sense of Crisis" Warga?
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Polda Metro Jaya, Brigjen Pol Suhardi Alius mempertanyakan sensitivitas warga akan lingkungan sekitarnya. Hal ini berkaca pada kasus meledaknya bom rakitan di rumah kontrakan yang dijadikan Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Beji, Depok beberapa waktu lalu.
"Di Depok, asrama yatim piatu itu nggak ada yang tanya, kan itu nggak ada aktivitasnya. Berarti ke mana sense of crisis masyarakat?" ujar Suhardi, Selasa (11/9/2012), dalam acara koordinasi lintas sektoral kepolisian dengan wali kota dan bupati, di Mapolda Metro Jaya.
Suhardi mengatakan jika masyarakat tidak peduli akan lingkungan sekitarnya, maka kelompok teroris akan lebih mudah masuk. Oleh karena itu, Suhardi mengatakan ada dua upaya yang bisa dilakukan. Pertama, elemen Badan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas), kepolisian sektor dan aparat pemda harus berperan aktif mendata warganya.
"Kedua, kalau warga tidak mau melapor, maka terapkan sanksi. Bisa dengan peraturan wali kota atau pun peraturan bupati. Kalau tidak melapor, maka laporkan polisi, hanya untuk dibuat laporan saja," kata Suhardi.
Beberapa hari belakangan ini, warga Jakarta dan sekitarnya dikejutkan dengan terungkapnya sejumlah tempat persembunyian kelompok terduga teroris. Awalnya, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap Firman di Perumahan Anyelir 2, Kalimulya, Depok pada tanggal 28 Agustus 2012 pagi hari. Firman diduga terkait dengan aksi penembakan sejumlah pos polisi di Solo, Jawa Tengah.
Malam harinya, sebuah ledakan terjadi dari rumah yang ditinggali Muhammad Thorik di kawasan Tambora, Jakarta Barat. Di sana, polisi menemukan berbagai macam serbuk yang dipakai sebagai bahan peledak, detonator, paralon, dan paku.
Berselang beberapa hari kemudian tepatnya pada tanggal 8 September 2012, sebuah ledakan kembali terjadi di sebuah rumah petak Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Raya Nusantara, Beji, Depok. Seorang terluka berat diduga bernama Anwar. Pada tanggal 9 September 2012, seorang pria mengaku sebagai Thorik kemudian menyerahkan diri ke kepolisian. Saat menyerahkan diri, Thorik membawa sabuk berisi alat pemicu peledak.
Editor :I Made Asdhiana
"Di Depok, asrama yatim piatu itu nggak ada yang tanya, kan itu nggak ada aktivitasnya. Berarti ke mana sense of crisis masyarakat?" ujar Suhardi, Selasa (11/9/2012), dalam acara koordinasi lintas sektoral kepolisian dengan wali kota dan bupati, di Mapolda Metro Jaya.
Suhardi mengatakan jika masyarakat tidak peduli akan lingkungan sekitarnya, maka kelompok teroris akan lebih mudah masuk. Oleh karena itu, Suhardi mengatakan ada dua upaya yang bisa dilakukan. Pertama, elemen Badan Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas), kepolisian sektor dan aparat pemda harus berperan aktif mendata warganya.
"Kedua, kalau warga tidak mau melapor, maka terapkan sanksi. Bisa dengan peraturan wali kota atau pun peraturan bupati. Kalau tidak melapor, maka laporkan polisi, hanya untuk dibuat laporan saja," kata Suhardi.
Beberapa hari belakangan ini, warga Jakarta dan sekitarnya dikejutkan dengan terungkapnya sejumlah tempat persembunyian kelompok terduga teroris. Awalnya, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap Firman di Perumahan Anyelir 2, Kalimulya, Depok pada tanggal 28 Agustus 2012 pagi hari. Firman diduga terkait dengan aksi penembakan sejumlah pos polisi di Solo, Jawa Tengah.
Malam harinya, sebuah ledakan terjadi dari rumah yang ditinggali Muhammad Thorik di kawasan Tambora, Jakarta Barat. Di sana, polisi menemukan berbagai macam serbuk yang dipakai sebagai bahan peledak, detonator, paralon, dan paku.
Berselang beberapa hari kemudian tepatnya pada tanggal 8 September 2012, sebuah ledakan kembali terjadi di sebuah rumah petak Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Raya Nusantara, Beji, Depok. Seorang terluka berat diduga bernama Anwar. Pada tanggal 9 September 2012, seorang pria mengaku sebagai Thorik kemudian menyerahkan diri ke kepolisian. Saat menyerahkan diri, Thorik membawa sabuk berisi alat pemicu peledak.
Editor :I Made Asdhiana
sumber
Quote:
1. warga malas berurusan dengan polisi apalagi lapor hal yang aneh2, tar malah ruwet di tanyain kesana kemari dan di suruh kesana kemari
2. apa untungnya buat warga sebab kebanyakan polisi selalu ambil untung dari warga (prinsip ekonomi gak jalan)
3. kenapa harus warga??polisi sudah punya perangkat lengkap buat antisipasi hal beginian, buat apa ada babinkamtibmas di setiap wilayah, kan bisa koordinasi dengan RT ato RW...bayaran sampean kui gawe opo???
2. apa untungnya buat warga sebab kebanyakan polisi selalu ambil untung dari warga (prinsip ekonomi gak jalan)
3. kenapa harus warga??polisi sudah punya perangkat lengkap buat antisipasi hal beginian, buat apa ada babinkamtibmas di setiap wilayah, kan bisa koordinasi dengan RT ato RW...bayaran sampean kui gawe opo???
0
1.7K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan