- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Waspadalah! Ada 5 Pengantin Bom Masih Keliaran
TS
jioe
Waspadalah! Ada 5 Pengantin Bom Masih Keliaran
Palmerah, Wartakotalive.com
Selain Muhammad Thorik (32) yang sudah disiapkan untuk menjadi calon pengantin (pelaku bom bunuh diri atau bomberRed), ditengarai masih ada 5 calon pengantin lain yang kini masih berkeliaran.
Kelima pengantin itu, kata sebuah sumber di kepolisian, sudah siap menjalankan tugas meledakkan sasaran yang menjadi target pengeboman. Mereka disiapkan oleh Anwar, tersangka yang kini dirawat di RS Polri Kramatjati karena menderita luka bakar parah saat bom yang diduga hasil racikannya meledak di sebuah rumah di Beji, Depok.
Nama Anwar alias Iwan, kata sumber di kepolisian, didapat dari Muhammad Thorik (peracik bom Tambora) beberapa saat setelah menyerahkan diri, Minggu petang. Anwar pula, kata sumber itu, yang melatih peracikan bahan-bahan bom. Adapun pengetahuan Anwar tentang bom, kata sumber itu, karena dia mantan anggota polisi.
Masih kata Thorik, jelas sumber tersebut, saat kejadian di Depok, Anwar tengah menyiapkan strategi, termasuk menyiapkan bahan peledak. Di situ juga hadir Thorik dan tiga calon pengantin lain yakni Sofyan, Bram, dan Anton. Sedangkan dua calon pengantin lain, Yusuf dan Jodi, tidak berada di lokasi.
Keenam calon 'pengantin' itu, termasuk Thorik, sudah meninggalkan lokasi beberapa saat sebelum bom Depok meledak. Thorik sendiri kemudian menyerahkan diri sehari setelah kejadian di Depok. Polisi kini masih mencari nama-nama yang masih buron itu.
Masih mister X
Yang cukup mengejutkan adalah latar belakang Anwar. Menurut informasi dari sumber di kepolisian, Thorik memberi informasi bahwa pelaku yang menderita luka parah bahkan tangannya nyarus buntung ini adalah mantan anggota polisi karena desersi.
Namun Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menyatakan belum mendengar informasi tersebut. "Keterangan dari mana, kita belum dapatkan, jadi kita telusuri dulu lebih lanjut," ujarnya.
Tetapi sumber itu meyakini bahwa informasi itu benar. "Keterangan bahwa dia adalah mantan polisi disampaikan Thorik. Kata dia, Anwar itu adalah seorang polisi yang dipecat," jelas perwira yang enggan disebutkan namanya.
Sayangnya, lanjut perwira itu, Thorik belum memberi keterangan banyak soal di mana Anwar bertugas. "Hanya disebut Anwar sebagai pembuat bom," tuturnya.
Bahkan menurut Rikwanto, nama Anwar yang disebut-sebut sebagai nama tersangka yang kini dirawat di RS Polri Kramatjati saja belum dapat dipastikan. Polisi masih menyebut orang yang dirawat karena terluka parah itu adalah Mr X.
"Upaya mengidentifikasi Mr X yang mengalami luka berat masih dilakukan. Sudah mengerucut kepada dua nama dan petugas sedang melakukan proses DNA. Namun, belum bisa dipastikan kedua nama tersebut," kata Rikwanto.
Diakui Rikwanto, saat terjadi ledakan, Thorik memang salah seorang yang berada di Depok. "Dia memang ada di antara yang melarikan diri. Jadi, dipastikan memang Thorik ada di Beji saat itu dan mengetahui siapa-siapa saja yang ada di rumah tersebut," katanya.
4 Sasaran
Jika saja tak keburu sadar kemudian menyerahkan diri, Thorik, terduga teroris yang meracik bom di Tambora, Jakarta Barat, berencana meledakkan empat lokasi pada Selasa (11/9) akemarin. Namun, dengan penyerahan dirinya, Thorik batal melakukan aksi bom bunuh diri.
Keempat lokasi yang sedianya akan diledakkan Thorik adalah Pos Polisi Salemba, Jakarta Pusat; Markas Korps Brimob di Kelapadua, Depok; Markas Densus 88 Mabes Polri; dan Komunitas Masyarakat Buddha termasuk vihara. Khusus yang terakhir, belum jelas lokasi mana yang dimaksud.
"Menurut informasi, keempat tempat itu memang akan diledakkan tanggal 11 September ini," ungkap Rikwanto.
Namun, kata Rikwanto, proses pelaksanaan peledakan itu masih didalami, termasuk apakah Thorik berencana melakukan peledakan itu seorang diri atau bersama-sama dengan orang lain. "Masih akan didalami, apakah cuma menaruh bom, atau dikendalikan dari jarak jauh, atau dengan bom bunuh diri," bilangnya.
Hingga kemarin pemeriksaan terhadap Thorik masih dilakukan pihak berwenang secara intensif untuk mengetahui motif dibalik rencana penyerangan terhadap keempat titik itu. Namun, dari hasil pemeriksaan sementara, Thorik berencana melancarkan aksinya karena masalah perbedaan ideologi. "Motifnya masalah pandangan, tetapi ke depan masih akan ditelusuri lagi," ujar Rikwanto.
Di tempat terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Boy Rafly Amar mengatakan, alasan Thorik menjadikan Komunitas Masyarakat Buddha sebagai sasaran adalah karena terkait konflik agama di Rohingya, Myanmar, belum lama ini. "Dirinya merasa ada ketidakadilan warga muslim di sana, sehingga berencana menjadikan masyarakat Buddha di Jakarta sebagai sasaran," kata Boy kepada wartawan di Mabes Polri, Senin (10/9).
Teroris Bojonggede
Sementara itu, tim Densus 88 Antiteror Polri kemarin pagi melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Bojonggede, Bogor. Informasi yang dihimpun, penggerebekan dilakukan sekitar pukul 08.30. Belasan petugas Densus 88 dengan membawa senjata laras panjang dan helm serta rompi antipeluru menyerbu rumah bercat hijau yang dicurigai sebagai rumah kontrakan yang dihuni Anwar dan dua temannya.
Sebelum menggerebek rumah itu, petugas dengan senjata laras panjang sempat memerintahkan dua pekerja bangunan yang sedang merenovasi rumah di sebelah rumah terduga teroris untuk menyingkir. "Pas saya lagi kerja ada dua petugas pakai helm bawa senjata panjang minta saya untuk keluar dari rumah sebelah," ujar Mualimin, pekerja bangunan, saat ditemui di lokasi.
Beberapa kaca jendela rumah kontrakan dipecahkan oleh petugas. Sambil mengarahkan senjata laras panjang, petugas merangsek masuk dengan mendobrak pintu rumah. Beberapa warga sekitar diminta menjauh dari lokasi penggeberekan karena diduga dari dalam rumah terdapat sejumlah bahan peledak.
Didatangi polisi
M Ikbal (26), warga sekitar, mengatakan, sebelum tim Densus menggerebek rumah kontrakan tersebut, dia sempat sempat didatangi polisi berpakaian preman dan menanyakan identitas orang dalam foto.
"Saya dikasih liat foto korban bom di Depok. Pas saya lihat, bentuk tubuhnya mirip Anwar yang ngontrak di rumah Ibu Intan. Kalau wajahnya nggak saya kenalin, soalnya sudah luka parah. Tapi mirip Anwar karena ada jenggotnya," kata Ikbal.
Setelah ditemui oleh tiga polisi berpakaian preman, Ikbal mengaku melihat puluhan polisi lainnya yang bersenjata lengkap dan langsung mengepung kontrakan Anwar. "Tim Densus dateng ke saya sekitar jam 08.30. Habis itu langsung mengepung kontrakan Pak Anwar," katanya.
Menurut Ikbal, sempat terdengar dua kali suara tembakan ke udara dalam penggerebekan tersebut. Sementara itu, Ketua RT 03/08, Asrih (53), mengatakan, rumah tersebut dikontrak oleh sekitar tiga orang pria yang dia sendiri belum mengenalnya.
Menurutnya, ketiga pria tersebut belum pernah melaporkan keberadaannya kepada pihak RT selama tinggal di rumah rumah milik Intan tersebut. "Saya nggak kenal, mereka juga belum pernah lapor ke saya selama tinggal di sini. Jadi siapa mereka dan apa pekerjaannya, saya enggak tahu," kata Asrih saat ditemui di lokasi kejadian.
Ikbal menambahkan, rumah kontrakan bercat warna hijau itu adalah milik Intan, warga Bojonggede. "Awalnya semua kontrakan itu milik Pak Selamet, terus dijual ke Bu Intan," katanya.
Dari Intan, rumah itu dikontrakkan ke Anwar. Menurutnya, Anwar sudah menghuni rumah tersebut sejak sekitar 6 bulan yang lalu, bersama seorang pemuda berusia sekitar 18 tahun. "Pak Anwar ngontrak di situ atas perantara Bang Arif, dia warga sini, rumahnya di belakang kontrakan. Kalau hubungan Anwar dengan Arif, saya tidak tahu," ujarnya.
Pendiam
Di mata warga, Anwar merupakan sosok yang pendiam. Lelaki yang mengaku berasal dari Jawa Tengah tersebut bekerja sebagai pekerja bangunan. "Kalau orang yang tinggi dan berjenggot itu, ngakunya kerja di bangunan. Dia tukang pasang gypsum," kata Jaka, seorang kuli bangunan di kampung tersebut.
Sedangkan rekan Anwar, yaitu seorang pemuda yang usianya sekitar 18 tahun, sehari-hari bekerja sebagai penjual susu kacang hijau keliling. "Yang satu lagi masih muda, ngakunya baru lulus SMA. Sehari-harinya dia jualan susu kacang hijau keliling," kata Dodi (29), warga lainnya.
Pantauan Warta Kota, petugas Puslabfor dan Inafis melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) selama lima jam, dan berakhir pukul 15.00. Dari rumah itu, petugas membawa lima boks plastik besar berisi barang-barang yang diamankan dari rumah tersebut.
Selain itu, juga diamankan panci besar, helm, raket berikut shutle cock-nya. Hingga Senin petang, lokasi penggerebekan masih dipenuhi warga yang ingin melihat dari dekat rumah tersebut. Polisi memasang garis polisi di sekitar lokasi penggerebekan. "Itu raket yang dipakai main bulutangkis pas jumat malam," kata seorang warga.
Sementara itu, Wakapolsek Bojonggede AKP Paryono mengatakan, hingga kini pihaknya sudah menyiagakan sekitar 30 anggota Polsek Bojonggede untuk berjaga di sekitar lokasi kejadian. "Soal apa yang dibawa, kami belum bisa menjelaskan," ujar AKP Paryono.
12 Dokter
Sebanyak 12 dokter ahli dari RS Polri Sukanto, dikerahkan untuk menangani korban ledakan bahan peledak di Depok.
Kepala RS Polri Sukanto, Komisaris Besar Didi Agus Mintadi di RS Polri Kramatjati, Senin (10/9) mengatakan, ke 12 orang dokter ini dikerahkan lantaran luka bakar yang dialami oleh pria tersebut tergolong cukup parah.
Menurut Didi, kondisi pria tersebut masih kritis. "Ada 12 orang dokter spesialis untuk menangani terduga. Sampai saat ini kami lakukan yang terbaik," ujarnya. (bum/wid/m7)
http://www.wartakotalive.com/detil/b...Masih-Keliaran
Harap disebar luaskan kepada org2 yg kita sayangi, biar ga menjadi korban konyol dari teroris bermotif jihad
Selain Muhammad Thorik (32) yang sudah disiapkan untuk menjadi calon pengantin (pelaku bom bunuh diri atau bomberRed), ditengarai masih ada 5 calon pengantin lain yang kini masih berkeliaran.
Kelima pengantin itu, kata sebuah sumber di kepolisian, sudah siap menjalankan tugas meledakkan sasaran yang menjadi target pengeboman. Mereka disiapkan oleh Anwar, tersangka yang kini dirawat di RS Polri Kramatjati karena menderita luka bakar parah saat bom yang diduga hasil racikannya meledak di sebuah rumah di Beji, Depok.
Nama Anwar alias Iwan, kata sumber di kepolisian, didapat dari Muhammad Thorik (peracik bom Tambora) beberapa saat setelah menyerahkan diri, Minggu petang. Anwar pula, kata sumber itu, yang melatih peracikan bahan-bahan bom. Adapun pengetahuan Anwar tentang bom, kata sumber itu, karena dia mantan anggota polisi.
Masih kata Thorik, jelas sumber tersebut, saat kejadian di Depok, Anwar tengah menyiapkan strategi, termasuk menyiapkan bahan peledak. Di situ juga hadir Thorik dan tiga calon pengantin lain yakni Sofyan, Bram, dan Anton. Sedangkan dua calon pengantin lain, Yusuf dan Jodi, tidak berada di lokasi.
Keenam calon 'pengantin' itu, termasuk Thorik, sudah meninggalkan lokasi beberapa saat sebelum bom Depok meledak. Thorik sendiri kemudian menyerahkan diri sehari setelah kejadian di Depok. Polisi kini masih mencari nama-nama yang masih buron itu.
Masih mister X
Yang cukup mengejutkan adalah latar belakang Anwar. Menurut informasi dari sumber di kepolisian, Thorik memberi informasi bahwa pelaku yang menderita luka parah bahkan tangannya nyarus buntung ini adalah mantan anggota polisi karena desersi.
Namun Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menyatakan belum mendengar informasi tersebut. "Keterangan dari mana, kita belum dapatkan, jadi kita telusuri dulu lebih lanjut," ujarnya.
Tetapi sumber itu meyakini bahwa informasi itu benar. "Keterangan bahwa dia adalah mantan polisi disampaikan Thorik. Kata dia, Anwar itu adalah seorang polisi yang dipecat," jelas perwira yang enggan disebutkan namanya.
Sayangnya, lanjut perwira itu, Thorik belum memberi keterangan banyak soal di mana Anwar bertugas. "Hanya disebut Anwar sebagai pembuat bom," tuturnya.
Bahkan menurut Rikwanto, nama Anwar yang disebut-sebut sebagai nama tersangka yang kini dirawat di RS Polri Kramatjati saja belum dapat dipastikan. Polisi masih menyebut orang yang dirawat karena terluka parah itu adalah Mr X.
"Upaya mengidentifikasi Mr X yang mengalami luka berat masih dilakukan. Sudah mengerucut kepada dua nama dan petugas sedang melakukan proses DNA. Namun, belum bisa dipastikan kedua nama tersebut," kata Rikwanto.
Diakui Rikwanto, saat terjadi ledakan, Thorik memang salah seorang yang berada di Depok. "Dia memang ada di antara yang melarikan diri. Jadi, dipastikan memang Thorik ada di Beji saat itu dan mengetahui siapa-siapa saja yang ada di rumah tersebut," katanya.
4 Sasaran
Jika saja tak keburu sadar kemudian menyerahkan diri, Thorik, terduga teroris yang meracik bom di Tambora, Jakarta Barat, berencana meledakkan empat lokasi pada Selasa (11/9) akemarin. Namun, dengan penyerahan dirinya, Thorik batal melakukan aksi bom bunuh diri.
Keempat lokasi yang sedianya akan diledakkan Thorik adalah Pos Polisi Salemba, Jakarta Pusat; Markas Korps Brimob di Kelapadua, Depok; Markas Densus 88 Mabes Polri; dan Komunitas Masyarakat Buddha termasuk vihara. Khusus yang terakhir, belum jelas lokasi mana yang dimaksud.
"Menurut informasi, keempat tempat itu memang akan diledakkan tanggal 11 September ini," ungkap Rikwanto.
Namun, kata Rikwanto, proses pelaksanaan peledakan itu masih didalami, termasuk apakah Thorik berencana melakukan peledakan itu seorang diri atau bersama-sama dengan orang lain. "Masih akan didalami, apakah cuma menaruh bom, atau dikendalikan dari jarak jauh, atau dengan bom bunuh diri," bilangnya.
Hingga kemarin pemeriksaan terhadap Thorik masih dilakukan pihak berwenang secara intensif untuk mengetahui motif dibalik rencana penyerangan terhadap keempat titik itu. Namun, dari hasil pemeriksaan sementara, Thorik berencana melancarkan aksinya karena masalah perbedaan ideologi. "Motifnya masalah pandangan, tetapi ke depan masih akan ditelusuri lagi," ujar Rikwanto.
Di tempat terpisah, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Boy Rafly Amar mengatakan, alasan Thorik menjadikan Komunitas Masyarakat Buddha sebagai sasaran adalah karena terkait konflik agama di Rohingya, Myanmar, belum lama ini. "Dirinya merasa ada ketidakadilan warga muslim di sana, sehingga berencana menjadikan masyarakat Buddha di Jakarta sebagai sasaran," kata Boy kepada wartawan di Mabes Polri, Senin (10/9).
Teroris Bojonggede
Sementara itu, tim Densus 88 Antiteror Polri kemarin pagi melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Bojonggede, Bogor. Informasi yang dihimpun, penggerebekan dilakukan sekitar pukul 08.30. Belasan petugas Densus 88 dengan membawa senjata laras panjang dan helm serta rompi antipeluru menyerbu rumah bercat hijau yang dicurigai sebagai rumah kontrakan yang dihuni Anwar dan dua temannya.
Sebelum menggerebek rumah itu, petugas dengan senjata laras panjang sempat memerintahkan dua pekerja bangunan yang sedang merenovasi rumah di sebelah rumah terduga teroris untuk menyingkir. "Pas saya lagi kerja ada dua petugas pakai helm bawa senjata panjang minta saya untuk keluar dari rumah sebelah," ujar Mualimin, pekerja bangunan, saat ditemui di lokasi.
Beberapa kaca jendela rumah kontrakan dipecahkan oleh petugas. Sambil mengarahkan senjata laras panjang, petugas merangsek masuk dengan mendobrak pintu rumah. Beberapa warga sekitar diminta menjauh dari lokasi penggeberekan karena diduga dari dalam rumah terdapat sejumlah bahan peledak.
Didatangi polisi
M Ikbal (26), warga sekitar, mengatakan, sebelum tim Densus menggerebek rumah kontrakan tersebut, dia sempat sempat didatangi polisi berpakaian preman dan menanyakan identitas orang dalam foto.
"Saya dikasih liat foto korban bom di Depok. Pas saya lihat, bentuk tubuhnya mirip Anwar yang ngontrak di rumah Ibu Intan. Kalau wajahnya nggak saya kenalin, soalnya sudah luka parah. Tapi mirip Anwar karena ada jenggotnya," kata Ikbal.
Setelah ditemui oleh tiga polisi berpakaian preman, Ikbal mengaku melihat puluhan polisi lainnya yang bersenjata lengkap dan langsung mengepung kontrakan Anwar. "Tim Densus dateng ke saya sekitar jam 08.30. Habis itu langsung mengepung kontrakan Pak Anwar," katanya.
Menurut Ikbal, sempat terdengar dua kali suara tembakan ke udara dalam penggerebekan tersebut. Sementara itu, Ketua RT 03/08, Asrih (53), mengatakan, rumah tersebut dikontrak oleh sekitar tiga orang pria yang dia sendiri belum mengenalnya.
Menurutnya, ketiga pria tersebut belum pernah melaporkan keberadaannya kepada pihak RT selama tinggal di rumah rumah milik Intan tersebut. "Saya nggak kenal, mereka juga belum pernah lapor ke saya selama tinggal di sini. Jadi siapa mereka dan apa pekerjaannya, saya enggak tahu," kata Asrih saat ditemui di lokasi kejadian.
Ikbal menambahkan, rumah kontrakan bercat warna hijau itu adalah milik Intan, warga Bojonggede. "Awalnya semua kontrakan itu milik Pak Selamet, terus dijual ke Bu Intan," katanya.
Dari Intan, rumah itu dikontrakkan ke Anwar. Menurutnya, Anwar sudah menghuni rumah tersebut sejak sekitar 6 bulan yang lalu, bersama seorang pemuda berusia sekitar 18 tahun. "Pak Anwar ngontrak di situ atas perantara Bang Arif, dia warga sini, rumahnya di belakang kontrakan. Kalau hubungan Anwar dengan Arif, saya tidak tahu," ujarnya.
Pendiam
Di mata warga, Anwar merupakan sosok yang pendiam. Lelaki yang mengaku berasal dari Jawa Tengah tersebut bekerja sebagai pekerja bangunan. "Kalau orang yang tinggi dan berjenggot itu, ngakunya kerja di bangunan. Dia tukang pasang gypsum," kata Jaka, seorang kuli bangunan di kampung tersebut.
Sedangkan rekan Anwar, yaitu seorang pemuda yang usianya sekitar 18 tahun, sehari-hari bekerja sebagai penjual susu kacang hijau keliling. "Yang satu lagi masih muda, ngakunya baru lulus SMA. Sehari-harinya dia jualan susu kacang hijau keliling," kata Dodi (29), warga lainnya.
Pantauan Warta Kota, petugas Puslabfor dan Inafis melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) selama lima jam, dan berakhir pukul 15.00. Dari rumah itu, petugas membawa lima boks plastik besar berisi barang-barang yang diamankan dari rumah tersebut.
Selain itu, juga diamankan panci besar, helm, raket berikut shutle cock-nya. Hingga Senin petang, lokasi penggerebekan masih dipenuhi warga yang ingin melihat dari dekat rumah tersebut. Polisi memasang garis polisi di sekitar lokasi penggerebekan. "Itu raket yang dipakai main bulutangkis pas jumat malam," kata seorang warga.
Sementara itu, Wakapolsek Bojonggede AKP Paryono mengatakan, hingga kini pihaknya sudah menyiagakan sekitar 30 anggota Polsek Bojonggede untuk berjaga di sekitar lokasi kejadian. "Soal apa yang dibawa, kami belum bisa menjelaskan," ujar AKP Paryono.
12 Dokter
Sebanyak 12 dokter ahli dari RS Polri Sukanto, dikerahkan untuk menangani korban ledakan bahan peledak di Depok.
Kepala RS Polri Sukanto, Komisaris Besar Didi Agus Mintadi di RS Polri Kramatjati, Senin (10/9) mengatakan, ke 12 orang dokter ini dikerahkan lantaran luka bakar yang dialami oleh pria tersebut tergolong cukup parah.
Menurut Didi, kondisi pria tersebut masih kritis. "Ada 12 orang dokter spesialis untuk menangani terduga. Sampai saat ini kami lakukan yang terbaik," ujarnya. (bum/wid/m7)
http://www.wartakotalive.com/detil/b...Masih-Keliaran
Harap disebar luaskan kepada org2 yg kita sayangi, biar ga menjadi korban konyol dari teroris bermotif jihad
0
3K
18
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan