- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Spektakuler!!! Pagelaran Matah Ati Solo


TS
sakndulit
Spektakuler!!! Pagelaran Matah Ati Solo
Bener-bener spektakuler ini pagelaran
Bertempat di halaman depan Pura Mangkunegaran, acara ini dihelat dari tanggal 8 - 10 September 2012. Berarti hari ini hari terakhir gan.

Setelah sebelumnya tampil di Jakarta dan Singapura, akhirnya Matah Ati pentas di kampung halamannya sendiri, di Puro Mangkunegaran Solo.
Berbeda dengan panggung di Jakarta, kali ini Matah Ati digelar dengan konsep panggung terbuka. Pentas di depan simbol sejarah berdirinya kerajaan Mangkunegaran, panggung teater Matah Ati pun dibangun lebih luas. Tiga kali lipat lebih lebar ketimbang dua panggung yang ada di Teater Jakarta lalu. Begitu pun dengan jumlah penari yang juga tiga kali lebih banyak dilibatkan untuk pentas kali ini.
Pujian juga datang dari salah satu peserta Federation of Asian Culture Promotion (FACP) ke-30 yang saat itu turut menyaksikan Matah Ati. Sebanyak 200 delegasi dari sekitar 15 negara di dunia mengaku terpukau dengan penampilan para penari yang saat itu hadir.
Penampilannya sangat indah. Saya bisa ikut merasakan emosi dari para pemain, meski enggak begitu tahu artinya. Saya berharap negara saya bisa melakukan pertunjukkan serupa, ucap Chang Dan-Wei, delegasi asal Taiwan.
Ini beberapa foto yang ane dapat dari berbagai sumber:









Bertempat di halaman depan Pura Mangkunegaran, acara ini dihelat dari tanggal 8 - 10 September 2012. Berarti hari ini hari terakhir gan.

Setelah sebelumnya tampil di Jakarta dan Singapura, akhirnya Matah Ati pentas di kampung halamannya sendiri, di Puro Mangkunegaran Solo.
Spoiler for detikhot:
Quote:
Berbeda dengan panggung di Jakarta, kali ini Matah Ati digelar dengan konsep panggung terbuka. Pentas di depan simbol sejarah berdirinya kerajaan Mangkunegaran, panggung teater Matah Ati pun dibangun lebih luas. Tiga kali lipat lebih lebar ketimbang dua panggung yang ada di Teater Jakarta lalu. Begitu pun dengan jumlah penari yang juga tiga kali lebih banyak dilibatkan untuk pentas kali ini.
Quote:
Semua itu dilakukan Jay Subiakto sang penata artistik untuk menyesuaikan pentas Matah Ati kali ini dengan ukuran panggung yang lebih lebar. Tentunya, tanpa mengurangi atau menambah-nambahkan penampilan teater Jawa ini dari segi cerita.
Quote:
Sisi kolosalitas cerita sejarah yang berpusat dari kesetiaan serta pengabdian sosok Rubiyah terhadap Raden Mas Said yang bergelar Pangeran Sambernyowo dalam melawan VOC di abad ke 18 ini tetap membuat penonton yang menyaksikan berdecak kagum. Bahkan pementasan kali ini terasa lebih sakral sekaligus wingit dengan kehadiran 300 penari disertai beberapa penambahan dari segi artistik oleh Jay Subiakto.
Atraksi kobaran api mengiringi adegan perlawanan yang dilakukan Pangeran Sambernyowo yang dibantu oleh pasukan prajurit perempuan yang dipimpin oleh Rubiyah.
Drama tari yang mengisahkan tentang kepahlawanan perjuangan, dan percintaan di tempat asalnya ini memang bagai membangkitkan kembali situasi yang pernah terjadi dahulu di atas tanah kerajaan Mangkunegaran jaman dulu.
Penampilan yang 'beda' ini memang yang diinginkan oleh Atilah Soeryadjaya, sang sutradara. Tak menyangka teater yang digagasnya ini sukses menuai apresiasi setelah tampil di Esplanade, Singapura pada 2010 dan Jakarta pada Mei 2012. Atilah ingin mengungkapkan dirinya berterimakasih kepada masyarakat Solo.
"Pertunjukan di Solo merupakan wujud terimakasih saya kepada kota Solo. Karena di kota asalnya juga, saya ingin memberikan pertunjukan yang lebih spesial," ujar Atilah Soeryadjaya.
Diakhiri dengan cerita dimana Pangeran Sambernyowo mempersunting Rubiyah sang Raden Ayu Matah Ati, kembang api dilemparkan ke atas langit Mangkunegaran.
Kisah cinta dan kepahlawanan Raden Mas Said kembali dibangkitkan dan Matah Ati berhasil menghidupkan kisah sejarah tersebut di hadapan ribuan mata masyarakat Solo.
Atraksi kobaran api mengiringi adegan perlawanan yang dilakukan Pangeran Sambernyowo yang dibantu oleh pasukan prajurit perempuan yang dipimpin oleh Rubiyah.
Drama tari yang mengisahkan tentang kepahlawanan perjuangan, dan percintaan di tempat asalnya ini memang bagai membangkitkan kembali situasi yang pernah terjadi dahulu di atas tanah kerajaan Mangkunegaran jaman dulu.
Penampilan yang 'beda' ini memang yang diinginkan oleh Atilah Soeryadjaya, sang sutradara. Tak menyangka teater yang digagasnya ini sukses menuai apresiasi setelah tampil di Esplanade, Singapura pada 2010 dan Jakarta pada Mei 2012. Atilah ingin mengungkapkan dirinya berterimakasih kepada masyarakat Solo.
"Pertunjukan di Solo merupakan wujud terimakasih saya kepada kota Solo. Karena di kota asalnya juga, saya ingin memberikan pertunjukan yang lebih spesial," ujar Atilah Soeryadjaya.
Diakhiri dengan cerita dimana Pangeran Sambernyowo mempersunting Rubiyah sang Raden Ayu Matah Ati, kembang api dilemparkan ke atas langit Mangkunegaran.
Kisah cinta dan kepahlawanan Raden Mas Said kembali dibangkitkan dan Matah Ati berhasil menghidupkan kisah sejarah tersebut di hadapan ribuan mata masyarakat Solo.
Spoiler for SOLOPOS--RESPON PENONTON:
Quote:
Pertunjukkan Matah Ati yang digelar di Pamedan Pura Mangkunegaran sejak Sabtu (8/9) lalu berhasil menghipnotis para penonton yang hadir. Pergelaran yang spektakuler dengan kemiringan panggung 20 derajat dan didukung 250 penari itu berhasil menyedot berbagai kalangan mulai dari masyarakat biasa hingga artis ibu kota untuk datang. Tak heran, selain dibanjiri penonton, Matah Ati di Solo juga banjir pujian
Sejumlah penonton asal Solo yang mengaku baru kali pertama menyaksikan pertujukan tersebut tak henti memuji. Bagus banget Mbak, ini pentas terbagus yang saya lihat. Untuk ukuran Solo, ini spektakuler, ucap Yuli, penonton asal Solo saat ditemui Solopos.com, Sabtu (8/9/2012) malam.
Yuli menilai secara visual pergelaran Matah Ati sangat memukau. Menurutnya pergelaran tersebut bisa dikatakan sebagai pergelaran terakbar di Solo tahun ini. Pasalnya, semua unsur pementasan menyatu secara apik.
Seniman Solo sekaligus pengurus Dewan Kesenian Surakarta (DKS), Kastoyo Ramelan, yang malam itu datang bersama keluarga mengatakan hal senada. Menurutnya pertunjukkan Matah Ati berhasil membawa penonton akan keindahan seni. Penggarapan pentas tersebut ia nilai dilakukan dengan sangat matang. Terlihat dari tata panggung, pemenggalan cerita dan efek lampu yang sangat memukau. Ini sangat mengagumkan. Professional sekali, ucapnya saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (9/9/2012).
Ditambahkan Kastoyo, penggunaan kostum dan pengangkatan kisah RM Said dan Rubiyah diangkat secara dinamis dan ritmis. Saya sangat kagum pada mbk Atillah, trah Mangkunegaran yang bisa berkarya dan bis amenunjukkan kekayaan istana, pujinya kepada sang produser eksekutif Matah Ati, Atilah Soeryadjaya.
Sejumlah penonton asal Solo yang mengaku baru kali pertama menyaksikan pertujukan tersebut tak henti memuji. Bagus banget Mbak, ini pentas terbagus yang saya lihat. Untuk ukuran Solo, ini spektakuler, ucap Yuli, penonton asal Solo saat ditemui Solopos.com, Sabtu (8/9/2012) malam.
Yuli menilai secara visual pergelaran Matah Ati sangat memukau. Menurutnya pergelaran tersebut bisa dikatakan sebagai pergelaran terakbar di Solo tahun ini. Pasalnya, semua unsur pementasan menyatu secara apik.
Seniman Solo sekaligus pengurus Dewan Kesenian Surakarta (DKS), Kastoyo Ramelan, yang malam itu datang bersama keluarga mengatakan hal senada. Menurutnya pertunjukkan Matah Ati berhasil membawa penonton akan keindahan seni. Penggarapan pentas tersebut ia nilai dilakukan dengan sangat matang. Terlihat dari tata panggung, pemenggalan cerita dan efek lampu yang sangat memukau. Ini sangat mengagumkan. Professional sekali, ucapnya saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (9/9/2012).
Ditambahkan Kastoyo, penggunaan kostum dan pengangkatan kisah RM Said dan Rubiyah diangkat secara dinamis dan ritmis. Saya sangat kagum pada mbk Atillah, trah Mangkunegaran yang bisa berkarya dan bis amenunjukkan kekayaan istana, pujinya kepada sang produser eksekutif Matah Ati, Atilah Soeryadjaya.
Quote:
Pujian juga datang dari salah satu peserta Federation of Asian Culture Promotion (FACP) ke-30 yang saat itu turut menyaksikan Matah Ati. Sebanyak 200 delegasi dari sekitar 15 negara di dunia mengaku terpukau dengan penampilan para penari yang saat itu hadir.
Penampilannya sangat indah. Saya bisa ikut merasakan emosi dari para pemain, meski enggak begitu tahu artinya. Saya berharap negara saya bisa melakukan pertunjukkan serupa, ucap Chang Dan-Wei, delegasi asal Taiwan.
Spoiler for TEMPO-JOKOWI LESEHAN AJA--ANE GAK KAMPANYE YA GAN:
Quote:
Ada yang istimewa dalam pagelaran tari kolosal Matah Ati di Lapangan Pamedan, Solo, Sabtu malam, 8 September 2012. Wali Kota Surakarta Joko Widodo dan istrinya memilih duduk lesehan berbaur dengan warga Solo.
Seperti biasanya dia selalu bisa mengambil hati warganya. Padahal, di bagian belakang ada deretan kursi untuk Kelas 1, VIP, dan kursi untuk pejabat.
Masyarakat mulai memenuhi Lapangan Pamedan sejak pukul 18.30. Pada pukul 19.20, Joko Widodo hadir dari arah utara dan disambut tepuk tangan warga. Mereka mulai riuh ketika Jokowi mulai menyusuri dan duduk di barisan kelima dari depan panggung.
"Pak, sini saja Pak, sini saja," kata seorang pemuda. Dia pun kegirangan ketika sang Wali Kota lalu duduk di sampingnya. Begitu Jokowi duduk, beberapa orang langsung menyorongkan ponsel dan memotretnya. Ada pula yang berebut menyalami dan menyorongkan kacang kepada Wali Kotanya itu.
"Wes, apa maneh iki (sudah, ada apa lagi)," kata Jokowi yang mengenakan kemeja motif kotak-kotak kecil dan berjaket hitam.
Beberapa petugas keamanan sempat mengingatkan masyarakat agar tidak riuh dan memotret terlalu lama. Masyarakat pun menurut. Beberapa remaja tetap saja mendatangi Jokowi, bersalaman dan berfoto dengannya.
Usai pertunjukan, Jokowi tetap dikerubungi masyarakat. Sambil membalas salaman warga, ia mengatakan alasan pilihannya duduk lesehan. "Ya, seperti biasanya, saya tetep ingin dekat dengan rakyat," ujarnya kepada Tempo, yang kebetulan duduk tak jauh darinya.

Jokowi memuji penampilan pagelaran Matah Ati. Menurutnya penampilan mereka bagus. "Pagelaran ini bagus, well organized, well financed, ditunjang panggung dan lighting-nya," ujarnya. "Yang lain lewatlah."
Pujian juga datang dari warga yang menonton. Purnomo misalnya. Dia datang bersama anak dan istrinya. "Bagus, ini gebrakan bagi orang Solo. Menghibur sekali," ujar dia.
Seperti biasanya dia selalu bisa mengambil hati warganya. Padahal, di bagian belakang ada deretan kursi untuk Kelas 1, VIP, dan kursi untuk pejabat.
Masyarakat mulai memenuhi Lapangan Pamedan sejak pukul 18.30. Pada pukul 19.20, Joko Widodo hadir dari arah utara dan disambut tepuk tangan warga. Mereka mulai riuh ketika Jokowi mulai menyusuri dan duduk di barisan kelima dari depan panggung.
"Pak, sini saja Pak, sini saja," kata seorang pemuda. Dia pun kegirangan ketika sang Wali Kota lalu duduk di sampingnya. Begitu Jokowi duduk, beberapa orang langsung menyorongkan ponsel dan memotretnya. Ada pula yang berebut menyalami dan menyorongkan kacang kepada Wali Kotanya itu.
"Wes, apa maneh iki (sudah, ada apa lagi)," kata Jokowi yang mengenakan kemeja motif kotak-kotak kecil dan berjaket hitam.
Beberapa petugas keamanan sempat mengingatkan masyarakat agar tidak riuh dan memotret terlalu lama. Masyarakat pun menurut. Beberapa remaja tetap saja mendatangi Jokowi, bersalaman dan berfoto dengannya.
Usai pertunjukan, Jokowi tetap dikerubungi masyarakat. Sambil membalas salaman warga, ia mengatakan alasan pilihannya duduk lesehan. "Ya, seperti biasanya, saya tetep ingin dekat dengan rakyat," ujarnya kepada Tempo, yang kebetulan duduk tak jauh darinya.

Jokowi memuji penampilan pagelaran Matah Ati. Menurutnya penampilan mereka bagus. "Pagelaran ini bagus, well organized, well financed, ditunjang panggung dan lighting-nya," ujarnya. "Yang lain lewatlah."
Pujian juga datang dari warga yang menonton. Purnomo misalnya. Dia datang bersama anak dan istrinya. "Bagus, ini gebrakan bagi orang Solo. Menghibur sekali," ujar dia.
Spoiler for ceritanya:
Quote:
Menurut Sutradara Atilah Soeryadjaya, drama tari Matah Ati merupakan kisah cinta dan perjuangan RM Said bersama rakyat biasa bernama Rubiyah dari Desa Matah.
Menurut dia, cinta dan kekaguman serta gejolak dalam peperangan menjadikan Rubiyah, seorang gadis Desa Matah membulatkan tekad untuk menerima lamaran dari seorang kesatria RM Said. Kesatria tersebut sangat dikenal keberaniannya melawan penjajah yang semena-mena dan berlaku tidak adil terhadap rakyat pada zaman itu.
Pada pertengahan abad ke-18 di Tanah Jawa terjadi peperangan dan pemberontakan melawan tentara VOC. Kesatria Surakarta RM Said berani memimpin pemberontakan sekaligus menumbuhkan kekaguman Rubiyah terhadap beliau yang juga kini disebut Pangeran Sambernyawa.
RM Said kagum, terpesona, dan jatuh cinta kepada Rubiyah. Dia memutuskan menjadikannya sebagai gadis pendamping hidupnya. Gadis itu, juga sebagai penyemangat dalam perjuangannya menegakkan keadilan dan menolong rakyatnya.
Menurut dia, cinta dan kekaguman serta gejolak dalam peperangan menjadikan Rubiyah, seorang gadis Desa Matah membulatkan tekad untuk menerima lamaran dari seorang kesatria RM Said. Kesatria tersebut sangat dikenal keberaniannya melawan penjajah yang semena-mena dan berlaku tidak adil terhadap rakyat pada zaman itu.
Pada pertengahan abad ke-18 di Tanah Jawa terjadi peperangan dan pemberontakan melawan tentara VOC. Kesatria Surakarta RM Said berani memimpin pemberontakan sekaligus menumbuhkan kekaguman Rubiyah terhadap beliau yang juga kini disebut Pangeran Sambernyawa.
RM Said kagum, terpesona, dan jatuh cinta kepada Rubiyah. Dia memutuskan menjadikannya sebagai gadis pendamping hidupnya. Gadis itu, juga sebagai penyemangat dalam perjuangannya menegakkan keadilan dan menolong rakyatnya.
Ini beberapa foto yang ane dapat dari berbagai sumber:
Spoiler for Foto-Foto:









0
3.8K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan