Mata uang rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah ke posisi Rp9.590, Senin pagi, didorong oleh aksi tunggu pelaku pasar uang terhadap pertemuan kebijakan the Fed pada pekan ini.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Senin pagi bergerak melemah sebesar 30 poin menjadi Rp9.590 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.560 per dolar AS.

"Rupiah kembali melemah, investor masih menunggu kebijakan the Fed pada pekan ini. Jika the Fed akan melakukan pelonggaran kuantitatif (QE) maka akan melemahkan dolar AS," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta.

Ia menambahkan, Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan fokus terhadap penanggulangan krisis utang di Eropa dengan memborong surat utang tanpa ada batasan demi menyelamatkan negara Eropa yang terkena krisis diharapkan dapat menahan pelemahan rupiah lebih dalam.

"Kondisi itu dapat menurunkan yield obligasi negara krisis sehingga berdampak pada penguatan euro terhadap dolar AS dan dampaknya juga akan menguatkan mata uang berisiko termasuk rupiah," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut Rully, indeks manufaktur Indonesia yang naik berada di level 51,6 pada bulan Agustus, atau meningkat dibandingkan level 51,4 pada Juli 2012 jug diharapkan masih menjadi sentimen positif bagi rupiah.

"Beberapa negara maju di dunia mengalami penurunan indeks manufaktur, sementara di Indonesia mengalami peningkatan, hal itu menunjukan adanya pertumbuhan ekonomi dalam negeri," kata dia.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, posisi cadangan devisa (cadev) mencatat kenaikan menjadi 108,99 miliar dolar AS pada posisi Agustus 2012 dari sebelumnya 106,6 miliar dolar AS pada Juli.

"Kenaikan posisi cadev itu melegakan dan akan membantu memberi peluang penguatan terhadap rupiah dan sentimen positif investor di pasar uang," kata dia.