- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bencana Kekeringan sampai Desember 2012, akibat Serbuan Kebun Sawit yg Berlebihan?
TS
kh4msin
Bencana Kekeringan sampai Desember 2012, akibat Serbuan Kebun Sawit yg Berlebihan?
BMKG: Kemarau Akan Terjadi Hingga Akhir Desember 2012
Tue, Sep 4th, 2012
Rakyat Indonesia yang tertimpa musibah kekeringan karena kemarau panjang nampaknya masih harus bersabar setidaknya 4 Bulan lagi untuk merasakan indah dan segarnya guyuran air hujan. Setidaknya itulah prediksi yang dikemukakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG memperkirakan kalau kemarau panjang berakhir Awal Januari 2013 atau akhir desember 2012. Prediksi secara umum atau nasional itu didasarkan oleh beberapa kriteria antara lain indikator El Nino Southern Oscillation (ENSO), anomali suhu permukaan air laut, serta Dipole Mode di Samudera Hindia, begitulah argumentas dari Juli Setiyanto, Seorang Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang.
Tidak pasrah dengan musibah ini, pemerintah juga sudah bergerak mengantisipasi dan melakukan beragam langkah untuk meminimalisir penderitaan akibat kemarau panjang ini, diantaranya pemerintah pusat yang diwakili oleh BNPB atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah menyelesaikan rencana aksi terpadu menghadapi kekeringan 2012, dengan total biaya Rp 60 miliar yang disediakan untuk penanggulangan bencana kekeringan. Dana tersebut berasal dari dana siap pakai milik BNPB.
Untuk membantu pemerintah dan diri sendiri dalam mengatasi kekeringan ini, kami berharap pembaca kabarnesia.com lebih cerdas dan tepat dalam menggunakan sumber daya air. Jangan sampai kita ketar-ketir dan hanya bisa protes nanti ketika persediaan air di negri ini makin menipis karena musibah kemarau panjang ini
http://kabarnesia.com/2574/bmkg-pred...ngga-desember/
10 Waduk di Indonesia Kekeringan
Jumat, 7 September 2012 14:18 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun BMKG memperkirakan kemarau pada periode ini tergolong kemarau normal. Namun di berbagai daerah mengalami kekeringan dan puso. Tercatat dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, ada sekitar 127.788 ha lahan sawah yang puso dan kekeringan. Kekeringan terjadi di antaranya di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagainya.
Kemarau juga menyusutkan cadangan air waduk. Berdasarkan pemantauan Kementerian PU terhadap 71 waduk yang tersebar di Indonesia, hingga akhir Agustus 2012 terdapat 19 waduk normal, 42 waspada, dan 10 kering.
"Kondisi muka air waduk normal jika elevasi aktual lebih besar dari normal. Waspada jika volume aktual kurang dari normal tetapi lebih besar daripada siaga kekeringan. Sedangkan kering jika elevasi aktual lebih rendah daripada elevasi siaga kekeringan,"ujar Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Jum'at (7/9/2012).
Untuk 3 waduk besar di Jawa Barat yang kondisinya waspada yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Terdapat selisih 187,66 juta meter kubik dari normalnya. Hal yang sama juga terjadi di Jawa Tengah, seperti waduk Wonogiri, Cacaban, Rawapening, Gembong, Sudirman. Di Jawa Tengah terdapat 9 waduk normal, 20 waspada, dan 8 kering.
Waduk Sermo di DIY juga waspada. Demikian pula waduk Lahor, Sutami dan Bening mengalami waspada. Total di Jawa Timur terdapat 7 normal, 13 waspada, 1 kering. 10 waduk yang kering adalah Krisak, Plumbon, kedungguling, Nawangan, Ngancar, Delingan, Gebyar, Botok, Prijelan, Gerogak. Sedangkan di Bali dari 5 waduk yang ada 4 waspada dan 1 kering
http://www.tribunnews.com/2012/09/07...sia-kekeringan
Belasan Ribu Hektare Sawah Alami Kekeringan
JUM''AT, 07 SEPTEMBER 2012 | 00:51 WIB
TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Achmad Nurfalakhi, mengatakan 13,9 ribu hektare sawah bertanaman padi di Jawa Timur mengalami kekeringan. "Dampak kekeringan sawah ini, tanaman padi mengalami puso (gagal panen)," kata Achmad pada Kamis, 6 September 2012.
Dinas Pertanian Jawa Timur mencatat, kekeringan paling luas terjadi di Kabupaten Bojonegoro seluas 5.410 hektare, Lamongan 2.102 hektare, Tulungagung seluas 2.102 hektare, Trenggalek 1.470 hektare dan Ngawi 948 hektare. Gagal panen yang dialami petani, menurut dia, terbagi dalam berbagai kriteria. Seluas 2.977,49 hektare padi mengalami gagal panen 100 persen dan 1.961 hektare gagal panen 75 persen. Selain itu, seluas 3.429 hektare mengalami kekeringan sedang (gagal panen 50 persen) dan seluas 5.588 hektare mengalami kekeringan ringan (gagal panen 25 persen).
Agar gagal panen tidak meluas, dia melanjutkan, Dinas Pertanian menyebarkan 50 unit pompa air untuk petani yang mengalami kekeringan itu. "Pompa ini kami pinjamkan untuk menyedot sawah-sawah yang masih ada airnya," ujar dia. Achmad memprediksi musim kemarau masih akan terjadi hingga akhir Oktober atau awal Nopember 2012. Musim kemarau ini diprediksi akan menambah luas sawah yang mengalami kekeringan bisa menjadi 20 ribu hektare. Namun, ia melanjutkan, kekeringan tidak akan menganggu target produksi padi karena hanya terjadi di 0,06 persen dari total lahan padi di Jawa Timur. "Luas lahan yang terkena kekeringan di Jatim juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan di propinsi lain."
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/07/179427953
Serbuan Kebun Sawit Perparah Kekeringan
Minggu, 18 September 2011 | 19:08 WIB
BANDA ACEH, KOMPAS.com Kekeringan dan kebakaran hutan yang kini kerap melanda kawasan hutan rawa di Aceh bagian barat bukan semata dampak pemanasan global. Alih fungsi lahan hutan rawa gambut menjadi perkebunan sawit dalam beberapa tahun terakhir menjadi penyebab utamanya.
Kebun sawit mematikan sumber-sumber air warga serta meningkatkan tingkat kekritisan lahan. Sawit adalah tanaman monokultur yang sangat rakus air. Ironisnya, tanaman-tanaman itu yang kini mengubah hampir seluruh lahan hutan rawa payau di kawasan Tripa dan Singkil. Kawasan rawa Tripa sekarang ini seperti bukan hutan lagi, tapi kebun sawit semua, ujar Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh TM Zulfikar, Minggu (18/9/2011) di Banda Aceh.
Alih fungsi lahan tersebut terjadi akibat terus dilakukannya pemberian hak guna usaha (HGU) kepada perusahaan-perusahaan perkebunan oleh pemerintah di kawasan hutan rawa itu. Di kawasan Rawa Tripa sendiri terdapat lima perusahaan sawit yang menguasai lebih dari 90 persen perkebunan sawit. Akibatnya, dari sekitar 60.800 hektar lahan hutan rawan itu, kini tinggal sekitar 20.000 hektar yang tersisa sebagai hutan. Selebihnya beralih menjadi perkebunan sawit dan lahan-lahan kritis.
Alih fungsi itu pun mematikan fungsi alami lahan gambut tersebut, khususnya sebagai penyimpan air. Pada musim hujan, kawasan sekitar Rawa Tripa, Kabupaten Nagan Raya, selalu dilanda banjir. Sebaliknya, pada musim kemarau seperti ini kekeringan selalu terjadi. Kami berulang kali sudah mendesak agar penerbitan HGU itu dihentikan dan dicabut. Namun, kenyataannya, sampai sekarang perusahaan-perusahaan itu tetap beroperasi dan meluaskan lahannya, tutur Zulfikar.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengatur persoalan penggunaan lahan hutan tersebut sampai sekarang belum terealisasi. RTRW tersebut diharapkan memasukkan kawasan rawa gambut di pesisir Aceh sebagai kawasan hutan lindung. Dengan demikian, ada dasar kuat untuk menghentikan alih fungsi lahan yang tak semestinya tersebut.
Secara terpisah, Camat Tripa Makmur Abdul Kadir mengemukakan, kekeringan di sekitar kawasan Tripa dari waktu ke waktu semakin mengancam warga. Air bersih adalah persoalan yang paling krusial akibat kekeringan itu. Di satu kecamatan ini hanya ada delapan sumur. Itu pun airnya kalau waktu musim kemarau sedikit. Warga hanya bisa mengandalkan air sungai untuk semua kebutuhan, kata Kadir. Ironisnya, debit air sungai-sungai di sekitar kawasan Tripa pada musim kemarau jauh menyusut dibandingkan pada musim kemarau tahun-tahun sebelumnya. Air sungai sebagian dialirkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan untuk mengaliri kebun sawit mereka yang kian meluas.
http://regional.kompas.com/read/2011...rah.Kekeringan
---------------------
Pemerintah Malaysia sudah agak lama mengetahui dan menyadari dampak negatif akibat pembukaan lahan sawit besar-besaran di negaranya beberapa waktu lalu. Selain bikin udara gerah, karena kelembaban udara tipis (bagi yang pernah singgah atau sedang tinggal di Kuala Lumpur, pasti merasakan suasana seperti itu). Ladang sawit yang luas mengakibatkan cadangan air tanah berkurang drastis sehingga mengancam kehidupan jenis flora lainnya dan makhluk hidup, termasuk manusia dan hewan. Makanya, kini Malaysia mulai melakukan moratorium lahan sawit di negerinya, tapi karena bisnis sawit itu menggiurkan, mereka memindahkan bisnisnya itu dengan cara manfaatkan pembukaan lahan sawit di bumi Indonesia. Saat ini, Malaysia adalah investor asing terbesar di perkebunan kelapa sawit, dan mereka terus minta ke Pemerintah RI untuk diberi lahan-lahan baru untuk menggantikan lahan sawit di negaranya yang akan mereka tutup secara bertahap. Mudah-mudahan para pejabat kita di Pusat dan Daerah, mulai menyadari akan kekeliruannya itu selama ini
0
13.4K
124
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan