Pada suatu malam seorang raja yang bijaksana bernama Al-Arif Billah ber- mimpi. Semua giginya tanggal semua kecuali hanya satu yang tersisa.

Maka setelah ia bangun, dia merenung memikirkan apa tafsir mimpi-nya tadi. Cukup lama ia merenung hingga dirinya menjadi tidak tenang. Melihat perubahan itu Sang Permaisuri mendekatinya. Dan dengan lembut bertanya kepada Sang Raja, suaminya. “Kanda …, apa yang membuat Kanda termenung dan gelisah ?”

“Dinda, tadi malam aku mimpi, gigiku tanggal semuanya. Hanya tinggal satu yang tersisa. Apa maknanya Dinda ? Tahukah Dinda akan tafsir mimpi-ku ini ?” tanya Raja Al-Arif Billah selanjutnya.

“Dinda tidak tahu, Kanda …, coba tanya kepada para ulama’ ahli hikmah dan ahli tafsir mimpi kerajaan, saya yakin mereka tahu jawabannya” jawab Sang Permaisuri sambil memberi saran.

Maka dipangillah seorang ulama ahli hikmah dan ahli tafsir mimpi kerajaan. Raja Arif Billah kemudian menceritakan apa yang ia alami semalam. “Tolong, takwilkan makna mimpiku ini …., apa tafsir mimpi-ku ini ?” perintahnya kepada seorang ulama’ hikmahnya.

“Ampun Paduka Yang Mulia, sebelumnya saya mohon maaf” kata ulama itu dengan sedikit gugup dan gemetar karena tahu akan musibah yang bakal menimpa rajanya.

“Keluarga Paduka akan meninggal semua, sehingga Paduka tinggal sendirian tanpa keluarga dan saudara …” lanjutnya tambah gemetar.

“Apa kamu bilang !? keluargaku akan mati semua !? Aku hidup sendirian tanpa sanak tanpa keluarga !? tanya sang Raja mulai gusar dan marah.

“Ampun Yang Mulia, begitulah yang saya tahu …” jawab dia gemetaran karena sangat takutnya.







Akhirnya, karena tafsir mimpi yang dijelaskannya itu sangat menyakitkan hati Raja Al-Arif Billah, ulama itupun dipenjara.

Marah dan tidak puas dengan tafsir mimpi yang pertama, Sang Raja lalu memerintahkan kepada para mentrinya untuk mencari para ulama untuk menakwilkan mimpinya tersebut. Maka beberapa hari kemudian secara berangsur-angsur mulai dibawalah beberapa ulama kehadapan Al-Arif Billah. Setiap kali mereka ditanya tentang makna mimpinya itu mereka menjawab sebagaimana jawaban ulama yang dipenjara. Dan akhirnya para ulama itu bernasib sama, dijebloskan kedalam penjara.

Para Mentri sudah kehabisan akal, karena semua ulama yang mereka tahu masuk penjara karena takwilannya. Sementara itu Sang Raja mulai menjadi pemurung dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Sehingga urusan kerajaan dan kepemerintahan sudah banyak ia tinggalkan. Para pembesar kerajaan menjadi sangat kuatir atas keadaan Raja Al-Arif Billah, bukan hanya nasib Sang Raja, tapi yang lebih dikuatirkan adalah nasib kerajaannya, karena kalau masalah ini berlarut-larut pastilah kerajaannya akan segera mengalami kekacauan dan kelemahan.

Ditengah kebingungan semua keluarga dan pembesar kerajaan, datanglah seorang rakyat yang mengabarkan bahwa disuatu tempat dipelosok desa dilereng sebuah pegunungan ada seorang ulama yang sangat alim dan pintar bernama Al-Fikri. Dia adalah seorang ulama sufi sekaligus seorang filosof yang mengasingkan diri ditempat yang jauh dan sepi bersama beberapa muridnya. “Siapa tahu beliau tahu tentang tafsir mimpi raja Al-Arif Billah” kata salah satu mentri kerajaan.

Maka dijemputlah ulama itu. Setelah mengemukakan maksud kedatangannya dan menceritakan semua yang terjadi dikerajaan kepada Al-Fikri, maka dibawalah Sang Ulama. Al-Fikri lalu dihadapkan Sang Raja untuk mengartikan tafsir mimpi raja tersebut. Setelah Sang Raja menceritakan mimpinya tersebut, Al-Fikri lalu mulai menafsirkan arti mimpi Sang Raja :

“Al-hamdulillah …., bersyukurlah Paduka kepada Allah SWT, karena Allah akan memberikan nikmat kepada Paduka berupa kesehatan jiwa dan raga, serta umur yang panjang. Sehingga meskipun keluarga Paduka sudah meninggal semuanya, Paduka masih diberi karunia oleh Allah berupa kekuatan dan kesehatan badan”.

Mendengar jawaban dari tafsir mimpi Al-Fikri, Raja Al-Arif Billah tersenyum dan merasa sangat puas dan bahagia. Lalu dia menengadahkan tangannya keatas sambil mengucap “Al-Hamdulillah …”. Tapi yang lebih lega dan bahagia lagi adalah keluarga besar kerajaan dan para pembesarnya, melihat rajanya sudah tidak murung dan sedih lagi.

“Wahai Al-Fikri, sekarang apa yang engkau minta ? Aku akan mengabulkan semua permintaanmu”. Tanya Sang Raja.

“Tidak ada yang aku inginkan, kecuali aku hanya mohon Paduka mau membebaskan semua ulama yang telah Paduka penjarakan” jawab Al-Fikri dengan tenang.

Sambil tersenyum Raja Al-Arif Billah berkata : “Permohonanmu aku kabulkan” kata Sang Raja sambil memeluk Sang Ulama ahli hikmah dan ahli tafsir mimipi bernama Al-Fikri.

“Al-Hamdulillah, semoga Ridlo dan Rahmat Allah senantiasa dicurahkan kepada Paduka dan kerajaan ini, amin”.

Maka dibebaskanlah semua ulama yang dipenjarakan berkat tafsir mimpi yang sangat bijaksana dari Sang Ulama yang cerdik dan alim serta tajam pikiran dan hatinya bernama Al-Fikri. Kemudian Sang Raja Al-Arif Billah mengadakan tasyakuran bersama para ulama dan rakyat dikerajaannya.

Setelah kejadian itu maka Raja Al-arif Billah mengangkat Al-Fikri menjadi penasehatnya dan memintanya untuk tinggal dikerajaan. Tapi dengan halus dia menolaknya, dan tetap tinggal dipelosok desa dilereng gunung yang sepi bersama murid-muridnya demi memegang amanah dari Allah terhadap ilmu yang dia punya.

Itulah Al-Fikri, sang ulama wira’i yang sederhana dan tak silau dengan kenikmatan dan keindahan dunia, meskipun keduanya sudah didepan matanya dan sudah dalam genggamannya. Dialah seorang ulama sufi ahli hikmah dan ahli tafsir mimpi, yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran dengan cara dan strategi yang tepat dan akurat, dan dengan manajemen yang baik dan rapi.

" Jadilah seseorang dari seribu satu seseorang seperti Al-Fikri Kejujuran dan kebenaran selalu membawa kebahagiaan, Integritas penting untuk ditanamkan dalam diri kita "