Mojokerto - Briptu SP terpaksa harus menjalani sidang kode etik kepolisian. Dia diberi disanksi penudaan pangkat satu periode dan disel 21 hari kurungan. Pasalnya, Briptu SP telah membeli satu truk pohon jati hasil pembalakan liar di Desa Simo Ngagrok Kecamatan Dawar Blandong Mojokerto.

Sidang yang digelar di ruang eksekutif Mapolres Mojokerto ini dipimpin Wakapolres Kompol Yandri Irsan. Dalam sidang selama satu jam ini, menghadirkan Brigadir Imam sebagai saksi yang saat itu menhentikan truk yang mengangkut gelondongan kayu jati.

Briptu SP sendiri mengaku pasrah dan siap menerima sanksi tersebut. Dalam pengakuannya, dirinya tak mengetahui jika kayu tersebut hasil pembalakan. Saat dibelinya, kayu jati yang harus ada surat dari Perhutani, tak dikantongi para penjual.

Menurut Brigadir Imam, saat itu Briptu SP yang berdinas di Polsek Dawar Blandong, membeli gelondongan pohon jati di Desa Simo Ngagrok. Mendengar hal ini, Brigadir Imam yang menjadi anggota reskrim, menyergapnya. Saat ditanya, sopir truk beralasan jika kayu ini disita Polres sebagai barang bukti. Kala itu, Polres Mojokerto masih di bawah naungan Polwil Bojonegoro pada tahun 2008 lalu.

Setelah dicek ulang, ternyata tak ada perintah dari atasan. Brigadir Imam lantas menodongkan pistol ke sopirnya. Truk yang mengangkut kayu jati ini akhirnya berhenti dan berhasil diamakan. Setelah dilakukan penyidikan, kayu tersebut adalah milik warga yang dibeli Briptu SP tanpa surat-surat sah yang merugikan negara.

Wakapolres Mojokerto, Kompol Yandri Irsan menyatakan, sanksi kode etika ini dirasa sangat tepat agar anggota tak mengulangi perbuatannya lagi. Briptu SP yang saat ini berdinas di Polsek Ngoro, harus menerima sanksi penundaan pangkat dan disel 21 hari oleh Propam.

"Yang bersangkutan disanksi penundaan pangkat selama satu periode (6 bulan) dan dikurung 21 hari," kata Yandri.

Sumber :

http://surabaya.detik.com/read/2012/...iar?y991103465