- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[hot] Cina vs Pribumi
TS
baikmerah
[hot] Cina vs Pribumi
Quote:
Quote:
Quote:
Tulisan saya ini memang mengandung unsur SARA, tapi saya tidak bermaksud untuk memicu pertikaian atau mendiskreditkan pihak manapun. Hanya sebagai wacana saja. Persoalan ini bisa jadi sifatnya hanya kasuistis dan saya mengulas hanya dari sudut pandang saya.
Cinta pertama saya dulu adalah seorang anak dari etnis cina. Karena itu saya jadi lebih sering mengamati. Di kampung halaman saya, seperempat penduduknya adalah etnis cina. Dan mereka memang lebih memilih datang ke sekolah yang 90% siswanya juga berasal dari etnis cina. Tidak mengherankan, karena saya melihat etnis cina yang masuk sekolah saya (saat itu saya bersekolah di sekolah negeri), mereka mendapat perlakuan berbeda, baik dari guru maupun teman-teman sebaya. Sempat terpikir oleh saya, alangkah tidak enaknya menjadi kaum minoritas.
Selesai kuliah, ternyata persoalan lama ini lagi-lagi menghantui kepala saya. Waktu itu saya mengikuti walk in interview sebuah perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Sebuat saja perusahaan K Group. Yah..sudah jadi rahasia umum bahwa K group lebih mengunggulkan etnis tertentu, okelah langsung saya sebut etnis cina. Jikapun pribumi berhasil masuk, menurut isu jenjang kariernya tidak akan semulus teman yang memiliki darah cina. Dan jangan coba-coba mengenakan jilbab.
Tak hanya pada K Group, beberapa perusahaan farmasi swasta yang pemiliknya berasal dari etnis ini tidap menganjurkan pegawainya memakai jilbab. Saya pernah mengikuti rekriutment sebuah Healtcare yang juga satu group dengan perusahaan farmasi P**ros. Saya diterima tapi dengan syarat melepas jilbab. Tuing..tuing
Saya tidak menyalahkan atau mencaci maki orang cina. Bisa jadi kejanggalan-kejanggalan ini muncul karena diskriminasi yang mereka terima selama bertahun-tahun tinggal di Indonesia. Seumur hidup tinggal 24 tahun di Indonesia, saya belum pernah ketemu PNS dari etnis ini. Kalau pun ada posisinya adalah Menteri (menteri disebut PNS juga kan?). Barangkali karena diskriminasi PNS inilah yang membuat mereka mencari ceruk (orang marketing bilang niche). Karena diskriminasi pula, mereka memutar otak, mencari celah rezeki lain, berusaha lebih keras dan membangun kerajaan bisnis. Sehingga muncul seolah-olah memang ada pembagian rezeki. Kalau dalam kaitannya dengan bidang farmasi, yah pribumi dapat PNS, Rumah sakit, atau apotek, sedangkan industri lebih banyak di dominasi etnis cina.
Lagi-lagi saya tekankan saya tidak bermaksud memojokkan etnis tertentu. Saya sendiri sedari kecil cukup akrab dengan etnis Cina. Karena ayah saya adalah pedagang, dan kebanyakan rekan bisnis beliau adalah orang Cina. Ayah saya lebih senang berurusan bisnis dengan cina karena meskipun perhitungan minta ampun, tetapi mereka jarang sekali yang menipu dan sangat loyal. Menurut kepercayaan mereka, jika dalam berbisnis menipu, mereka tidak akan sukses. Beda sekali dengan etnis pribumi yang ramah, sopan, dan baik. Tapi seringkali tiba-tiba kabur membawa sekian banyak uang yang dibisniskan.
Akibat ulah ini pula, ayah dulu sering bilang, jika kita pribumi, lebih susah mendapat kepercayaan dari orang cina dalam hal bisnis. Padahal dalam bisnis, kepercayaan adalah modal utama
Belakangan, saya melihat entrepeneur atau wirausahawan banyak bermunculan, dan semoga tidak seperti jamur sesaat di musim hujan. Bertahan dalam sebuah bisnis bukan perkara mudah.
Halah...halah...tulisan saya ini semakin melenceng kemana-mana. Intinya saya berharap semoga ke depannya tidak ada lagi diskriminasi atau stereotipe tertentu terutama soal pekerjaan pada orang cina atau pribumi, di Indonesia.
Merdeka!!! ^.^
Cinta pertama saya dulu adalah seorang anak dari etnis cina. Karena itu saya jadi lebih sering mengamati. Di kampung halaman saya, seperempat penduduknya adalah etnis cina. Dan mereka memang lebih memilih datang ke sekolah yang 90% siswanya juga berasal dari etnis cina. Tidak mengherankan, karena saya melihat etnis cina yang masuk sekolah saya (saat itu saya bersekolah di sekolah negeri), mereka mendapat perlakuan berbeda, baik dari guru maupun teman-teman sebaya. Sempat terpikir oleh saya, alangkah tidak enaknya menjadi kaum minoritas.
Selesai kuliah, ternyata persoalan lama ini lagi-lagi menghantui kepala saya. Waktu itu saya mengikuti walk in interview sebuah perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Sebuat saja perusahaan K Group. Yah..sudah jadi rahasia umum bahwa K group lebih mengunggulkan etnis tertentu, okelah langsung saya sebut etnis cina. Jikapun pribumi berhasil masuk, menurut isu jenjang kariernya tidak akan semulus teman yang memiliki darah cina. Dan jangan coba-coba mengenakan jilbab.
Tak hanya pada K Group, beberapa perusahaan farmasi swasta yang pemiliknya berasal dari etnis ini tidap menganjurkan pegawainya memakai jilbab. Saya pernah mengikuti rekriutment sebuah Healtcare yang juga satu group dengan perusahaan farmasi P**ros. Saya diterima tapi dengan syarat melepas jilbab. Tuing..tuing
Saya tidak menyalahkan atau mencaci maki orang cina. Bisa jadi kejanggalan-kejanggalan ini muncul karena diskriminasi yang mereka terima selama bertahun-tahun tinggal di Indonesia. Seumur hidup tinggal 24 tahun di Indonesia, saya belum pernah ketemu PNS dari etnis ini. Kalau pun ada posisinya adalah Menteri (menteri disebut PNS juga kan?). Barangkali karena diskriminasi PNS inilah yang membuat mereka mencari ceruk (orang marketing bilang niche). Karena diskriminasi pula, mereka memutar otak, mencari celah rezeki lain, berusaha lebih keras dan membangun kerajaan bisnis. Sehingga muncul seolah-olah memang ada pembagian rezeki. Kalau dalam kaitannya dengan bidang farmasi, yah pribumi dapat PNS, Rumah sakit, atau apotek, sedangkan industri lebih banyak di dominasi etnis cina.
Lagi-lagi saya tekankan saya tidak bermaksud memojokkan etnis tertentu. Saya sendiri sedari kecil cukup akrab dengan etnis Cina. Karena ayah saya adalah pedagang, dan kebanyakan rekan bisnis beliau adalah orang Cina. Ayah saya lebih senang berurusan bisnis dengan cina karena meskipun perhitungan minta ampun, tetapi mereka jarang sekali yang menipu dan sangat loyal. Menurut kepercayaan mereka, jika dalam berbisnis menipu, mereka tidak akan sukses. Beda sekali dengan etnis pribumi yang ramah, sopan, dan baik. Tapi seringkali tiba-tiba kabur membawa sekian banyak uang yang dibisniskan.
Akibat ulah ini pula, ayah dulu sering bilang, jika kita pribumi, lebih susah mendapat kepercayaan dari orang cina dalam hal bisnis. Padahal dalam bisnis, kepercayaan adalah modal utama
Belakangan, saya melihat entrepeneur atau wirausahawan banyak bermunculan, dan semoga tidak seperti jamur sesaat di musim hujan. Bertahan dalam sebuah bisnis bukan perkara mudah.
Halah...halah...tulisan saya ini semakin melenceng kemana-mana. Intinya saya berharap semoga ke depannya tidak ada lagi diskriminasi atau stereotipe tertentu terutama soal pekerjaan pada orang cina atau pribumi, di Indonesia.
Merdeka!!! ^.^
Quote:
YANG ISO BAGI BATANYA UNTUK BANGUN RUMAH DONK
[CENTER]
SUMBERNYA NIH[/CENTER]
Polling
0 suara
CINA OR PRIBUMI?
0
6.7K
Kutip
49
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan