memed.1981Avatar border
TS
memed.1981
Selamat Datang PON Riau


Gelanggang Remaja Pekanbaru, Riau, yang direnovasi tahun 2009 menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Riau untuk penyelenggaraan PON ke-18. Gekanngan ini akan menjadi venue pertandingan bulu tangkis.MI/ROMMY PUJIANTO


SETELAH menyaksikan pertandingan olahraga di arena Olimpiade London, kita akan disuguhkan pertarungan di arena Pekan Olahraga Nasional Pekanbaru, Riau. Yang satu pertandingan kelas dunia, yang satu kelas nasional, kelas Indonesia.

PON telah menjadi agenda nasional. Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1948 di Surakarta, event empat tahunan yang akan dimulai pada Sabtu 9 hingga 20 September mendatang akan menjadi penyelenggaraan yang ke-18.

Secara jujur harus kita akui, dari segi standar penyelenggaraan PON, infrastruktur olahraga terbaik memang masih terpusat di kota-kota di Jawa. Karena itu, wajar jika prestasi PON kali ini pun masih dipegang secara berturut-turut oleh kontingen DKI Jaya, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Setidaknya inilah peringkat perolehan medali pada PON kali ini.

Terlalu berlebihan juga mengharapkan prestasi kelas dunia lahir dari PON Pekanbaru. Terlebih, penyelenggaraan kali ini harus diwarnai dengan skandal suap. Konsep minimalis yang diusung Pengurus Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) pada perhelatan PON ke-18, merupakan cermin kegagalan pemerintah pusat dan PB PON. Kegagalan itu karena ulah koruptor yang cuma menganggap ajang olahraga, khususnya PON, sebagai proyek. Belum sepenuhnya venue yang selesai, membuat persiapan atlet terganggu dan PON ke-18 bakal terlaksana seadanya.

Kita sepakat bahwa PON sangat penting untuk mengukur prestasi olahraga nasional. Tetapi, di luar itu semua, yang tidak kalah penting dari event empat tahunan ini adalah sebagai ajang kerukunan nasional. Memang, berbicara soal PON pasti bicara persaingan, tetapi juga tidak boleh mengabaikan kebersamaan. Bingkainya sudah jelas: kebangsaan. Ada proses saling belajar antara satu provinsi dan provinsi lain. Di sini kita juga belajar bagaimana semangat multikultur dipraktikkan.

Kendati miskin prestasi untuk ukuran dunia, PON XVIII tetap saja membangkitkan sentimen kekitaan. Sebagai tontonan, dia telah menyedot sebuah kekuatan besar yang menggumpal. Para atlet yang bertanding atas nama provinsi membangkitkan semangat kekitaan daerah. Mereka bertanding dan saling mengalahkan untuk kemudian melambungkan tinggi-tinggi kebanggaannya sebagai atlet provinsi.

==========


Ayo dukung atlet-atlet dari provinsi kita



Spoiler for Foto dan grafik:



Spoiler for sumber:
0
21.2K
188
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan