- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Teror Solo Aksi Penyambutan Untuk Hilary Clinton


TS
che_guebanget
Teror Solo Aksi Penyambutan Untuk Hilary Clinton
Quote:
Priambodo/seruu.com)
Jakarta, Seruu.com - Sebuah analisa menarik terkait teror penembakan di Solo yang berakhir dramatis dengan baku tembak di jalan-jalan kota yang menyebabkan gugurnya seorang anggota Densus 88 dan kematian 2 orang remaja yang disebut kepolisian sebagai terduga teroris pelaku penembakan dan pelemparan granat di Solo muncul hari ini, Senin (03/9/2012).
Penulis adalah Harits Abu Ulya, Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst) yang dimuat di VOA Islam. Menurut Harist, penyergapan Solo sangat bermuatan politis dan patut diduga sebagai sebuah penyambutan terhadap rencana kedatangan Hillary Clinton, Menlu AS ke Jakarta besok (Selasa, 4/9/12).
"Kenapa juga peristiwa kali ini berketepatan jelang kunjungan tamu penting Menlu AS Hillary Clinton? Mengingat setiap ada kunjungan tamu penting dari Amerika selalu disambut dengan penangkapan dan eksekusi orang-orang dengan lebel teroris. Termasuk ustad Abu Bakar Baasyir menjadi tumbal sebelum Obama mendarat di Jakarta," tulis Harist dalam artikel panjang bertajuk "Teror Solo : Antara Dendam dan Keadilan).
Menurutnya sekalipun aksi teror di Solo adalah sebuah fakta yang tidak direkayasa, tapi stimulant lahirnya tindakan adalah sesuatu yang sangat mudah direkayasa. "Yang jelas, peristiwa Solo telah menjelaskan invalidnya label terorisme yang digembor-gemborkan oleh BNPT. Demikian juga akan makin menjelaskan motif politik yang menjadi spirit para follower dari peristiwa teror Solo ini dari pihak aparat pemerintah," tegasnya.
"Karena tidak menutup kemungkinan dari kasus Solo akan melahirkan keputusan-keputusan politik; revisi UU Terorisme (UU No. 15 tahun 2003) segera gol, UU Kamnas, Revisi UU Ormas, atau ajuan anggaran baru untuk BNPT dengan Densusnya, atau anggaran untuk aparat kepolisian," imbuhnya.
Lebih lanjut menurut Harist teror Solo telah berkontribusi melegakan nafas institusi Polri yang sedang dihajar dan didera kasus korupsi di Korlantas. Begitu juga agar kasus-kasus mega korupsi lainya tidak lagi begitu santer jadi pembicaraan kalangan media.
"Bahkan peristiwa premanisme yang menggila juga tidak mendapat sorotan dan perhatian secara proporsional. Bahkan kematian 100 orang lebih selama mudik hari raya 2012 juga dianggap biasa dan tidak perlu menjadi tragedi nasional karena buruknya infrastruktur dan buruknya layanan pemerintah atas fasilitas publik," sambung Harist
Secara khusu Harist menambahkan bahwa penyergapan itu dan "terorisme Solo" juga membuat langkah renegosiasi PT.Freeport yang bernafsu mengeksploitasi hingga tahun 2041 ditanah Papua tidak dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan energi dan potensi disintegrasi NKRI.
"Malah tuan Hillary yang hendak datang disambut dengan drama terorisme dengan tumbal beberapa nyawa yang menghilang. Atau mungkin karena ada skenario lain dalam isu terorisme kali ini, karena sebulan sebelum masuk Ramadhan (puasa) saya sudah dapatkan informasi rencana bersih-bersih di kawasan Solo dan sekitarnya di bulan Agustus dan September," terangnya.
"Dan sekarang saya melihat sedikit demi sedikit bersih-bersih itu dilakukan. Dan saya yakin target politik dibalik kontra-terorisme pelan tapi pasti akan terbongkar juga. Dan kembali ke cerita review buku, saya sampaikan dihadapan profesor bahwa topik dendam dan keadilan menjadi kata kunci yang melahirkan tindakan teror yang datang silih berganti. Dan pemerintah dalam hal ini BNPT harus melakukan otokritik dengan jujur. Wallahu alam bisshowab," pungkas Harist mengakhiri pemaparan panjangnya yang dapat dilihat dalam tulisannya berikut. [musashi]
Jakarta, Seruu.com - Sebuah analisa menarik terkait teror penembakan di Solo yang berakhir dramatis dengan baku tembak di jalan-jalan kota yang menyebabkan gugurnya seorang anggota Densus 88 dan kematian 2 orang remaja yang disebut kepolisian sebagai terduga teroris pelaku penembakan dan pelemparan granat di Solo muncul hari ini, Senin (03/9/2012).
Penulis adalah Harits Abu Ulya, Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst) yang dimuat di VOA Islam. Menurut Harist, penyergapan Solo sangat bermuatan politis dan patut diduga sebagai sebuah penyambutan terhadap rencana kedatangan Hillary Clinton, Menlu AS ke Jakarta besok (Selasa, 4/9/12).
"Kenapa juga peristiwa kali ini berketepatan jelang kunjungan tamu penting Menlu AS Hillary Clinton? Mengingat setiap ada kunjungan tamu penting dari Amerika selalu disambut dengan penangkapan dan eksekusi orang-orang dengan lebel teroris. Termasuk ustad Abu Bakar Baasyir menjadi tumbal sebelum Obama mendarat di Jakarta," tulis Harist dalam artikel panjang bertajuk "Teror Solo : Antara Dendam dan Keadilan).
Menurutnya sekalipun aksi teror di Solo adalah sebuah fakta yang tidak direkayasa, tapi stimulant lahirnya tindakan adalah sesuatu yang sangat mudah direkayasa. "Yang jelas, peristiwa Solo telah menjelaskan invalidnya label terorisme yang digembor-gemborkan oleh BNPT. Demikian juga akan makin menjelaskan motif politik yang menjadi spirit para follower dari peristiwa teror Solo ini dari pihak aparat pemerintah," tegasnya.
"Karena tidak menutup kemungkinan dari kasus Solo akan melahirkan keputusan-keputusan politik; revisi UU Terorisme (UU No. 15 tahun 2003) segera gol, UU Kamnas, Revisi UU Ormas, atau ajuan anggaran baru untuk BNPT dengan Densusnya, atau anggaran untuk aparat kepolisian," imbuhnya.
Lebih lanjut menurut Harist teror Solo telah berkontribusi melegakan nafas institusi Polri yang sedang dihajar dan didera kasus korupsi di Korlantas. Begitu juga agar kasus-kasus mega korupsi lainya tidak lagi begitu santer jadi pembicaraan kalangan media.
"Bahkan peristiwa premanisme yang menggila juga tidak mendapat sorotan dan perhatian secara proporsional. Bahkan kematian 100 orang lebih selama mudik hari raya 2012 juga dianggap biasa dan tidak perlu menjadi tragedi nasional karena buruknya infrastruktur dan buruknya layanan pemerintah atas fasilitas publik," sambung Harist
Secara khusu Harist menambahkan bahwa penyergapan itu dan "terorisme Solo" juga membuat langkah renegosiasi PT.Freeport yang bernafsu mengeksploitasi hingga tahun 2041 ditanah Papua tidak dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan energi dan potensi disintegrasi NKRI.
"Malah tuan Hillary yang hendak datang disambut dengan drama terorisme dengan tumbal beberapa nyawa yang menghilang. Atau mungkin karena ada skenario lain dalam isu terorisme kali ini, karena sebulan sebelum masuk Ramadhan (puasa) saya sudah dapatkan informasi rencana bersih-bersih di kawasan Solo dan sekitarnya di bulan Agustus dan September," terangnya.
"Dan sekarang saya melihat sedikit demi sedikit bersih-bersih itu dilakukan. Dan saya yakin target politik dibalik kontra-terorisme pelan tapi pasti akan terbongkar juga. Dan kembali ke cerita review buku, saya sampaikan dihadapan profesor bahwa topik dendam dan keadilan menjadi kata kunci yang melahirkan tindakan teror yang datang silih berganti. Dan pemerintah dalam hal ini BNPT harus melakukan otokritik dengan jujur. Wallahu alam bisshowab," pungkas Harist mengakhiri pemaparan panjangnya yang dapat dilihat dalam tulisannya berikut. [musashi]
Quote:
Gileee bener kalau bener, berarti aksi terorisme itu bisa jadi orderan, ada dan tiadanya karena ada yang menggerakkan dong ???? pray for the victims.....
0
1.4K
Kutip
7
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan