
"Piye kabare? Uenak jamanku to..." kata Pak Harto.
Quote:
VIVAnews
Pemilu 2014 tinggal dua tahun lagi. Partai politik kini sibuk mempersiapkan diri mendulang suara rakyat,
tidak terkecuali Partai Republik Satu. Partai ini mencoba
memikat pemilih dengan "senyuman" mantan Presiden Soeharto. Spanduk dengan foto-foto Soeharto yang sedang tersenyum di pasang di sejumlah tempat.
Anda yang merasakan
hidup di masa Orde Baru, tidak mungkin lupa dengan
sosok Presiden Soeharto yang kerap mendapat julukan
The Smiling General atau Jenderal yang Selalu Tersenyum.
Senyum hangat Pak Harto itulah yang kini
menyapa warga Cibubur ketika mereka melintas ke luar dari Tol Cibubur ke arah Jalan Raya Alternatif Cibubur (Trans Yogi) dari arah Jakarta.
Senyum hangat disertai lambaian tangan Pak Harto itu terpampang jelas dalam spanduk berukuran besar dengan latar belakang warna biru.
Dalam spanduk itu,
Pak Harto menyapa warga dengan ucapan dalam bahasa Jawa, Piye kabare? Uenak jamanku to... Sementara di pojok atas kiri spanduk itu terpampang logo Partai Republik Satu..
Spanduk Pak Harto ini terlihat jelas di pintu masuk Bumi Perkemahan Cibubur. Namun spanduk ini tak hanya dipasang di Cibubur, melainkan juga di Jakarta Timur sampai kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Partai Republik Satu sendiri diketuai oleh Yusad Siregar. Partai yang dahulu bernama Partai Generasi ini telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM.
Sang Ketua Umum dalam situs partainya, republiksatu.wordpress.com, mengaku partai itu
sama sekali tak memiliki hubungan dengan keluarga Cendana, termasuk Tommy Soeharto, putra bungsu Soeharto.
Menurut Yusad,
Partai Republik Satu hanya merindukan program-program Soeharto semasa dia menjabat sebagai Presiden RI. Oleh karena itu, sosok Soeharto pula lah yang mereka jual kepada publik dalam memasarkan partai mereka.
Selama
32 tahun Soeharto memimpin negara ini dengan penuh kontroversi. Dari
kasus G30S PKI hingga sejumlah kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Sesudah jatuh dia
diadili karena KKN, tapi tak pernah hadir di pengadilan. Pemerintah kemudian "memendam" kasus-kasus itu dengan alasan
Soeharto sakit, hingga kemudian beliau wafat. (umi)
merindukan pak Harto atau mendompleng ketenaran pak Harto?
yang jelas hidup di jaman pak Harto memang serba murah,
gak kebayang dulu es Lilin cuman 25 perak

100 rupiah naik angkutan umum
terlepas dari kontroversial sang jenderal,
rindu ketegasan beliau? oh ya tentu
lalu bagaimana dengan Jenderal pencitraan anda? sudahkah tegas?


