- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Renungan Demi Terjaganya Kemajemukan Indonesia


TS
jesse2009
Renungan Demi Terjaganya Kemajemukan Indonesia
Jujur gan, ane sedih lihat kondisi kemajemukan bangsa ini mulai rusak karena ulah anak bangsa sendiri.
Seharusnya kebhinekaan berdiri tegak di atas bangsa ini. Bangsa ini bangsa majemuk, bahkan seharusnya sangat toleran karena di dalamnya terkandung banyak adat istiadat, suku, agama, kepercayaan yang mewarnai negeri ini.
Mungkin ada agan yang tidak setuju dengan tulisan yang saya COPAS dari blog rekan FB saya. Namun inilah keberagaman. Saya sangat menghargai bila agan ada yang tidak sepakat dan sependapat.
Kita boleh berbeda pendapat, namun kita tetap harus tetap menghargai manusianya. Pendapat bisa saja berubah seiring berjalannya waktu dan kematangan diri.
Semoga tulisan yang panjang ini bisa menjadikan kita lebih baik dan saling menghargai apa yang dipercayai oleh orang lain.
Tadi sore aku melihat berita di televisi, bentrokan terjadi (lagi) antara komunitas Syiah dengan komunitas Sunni di Madura. Aku tidak peduli dengan Syiah atau Sunni-nya itu bagaimana, kalau mau tahu tentangnya, tinggal googling saja, untuk mencari tahu bagaimana sebenarnya KEYAKINAN mereka masing-masing. Bagiku, tentang KEYAKINAN sepatutnya tidak perlu diperdebatkan/dipertentangkan. Jika ingin tahu KEYAKINAN orang lain, tanyakan saja, KEYAKINANnya bagaimana, dan mengapa sampai pada KEYAKINAN tersebut. Jika merasa COCOK dengan KEYAKINAN itu, ya ikuti saja (ikut YAKIN), jika merasa TIDAK COCOK, ya tidak usah diikuti.
Yang membuat REPOT dan sering menjadi MASALAH, adalah ketika orang TIDAK SADAR, bahwa KEYAKINAN itu telah membuatnya menjadi JAHAT pada orang lain yang berbeda KEYAKINAN. Tidak setuju dengan KEYAKINAN orang lain, itu bukan KEJAHATAN, tetapi melakukan tindakan yang merugikan pihak lain, itulah KEJAHATANnya. "Celakanya", tindakan JAHAT itu kadangkala dianggap sah dan benar bahkan dianggap sebagai tindakan SUCI, karena sesuatu yang diYAKINi.
Walau sudah diajari untuk "aja kagetan, aja gumunan" (jangan mudah kaget, jangan mudah heran), aku masih saja heran dengan orang-orang yang menjadikan KEYAKINANnya sebagai 'standar' untuk MENGHAKIMI orang lain. Untung aku pernah belajar pada ajaran Yeshua (Yesus), yang mengajarkan "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." (Matius 7:1). Aku baca ajaran Yeshua ini sudah sejak masih kanak-kanak, tetapi merasa 'agak paham' dengan ajaran itu baru beberapa tahun yang lalu.
Aku banyak melihat/mengetahui, bahwa PENGHAKIMAN seseorang terhadap orang lain, hampir semua berdasarkan pada KEYAKINAN orang itu. Aku kemudian belajar, bahwa KEYAKINAN itu bukan PENGETAHUAN. YAKIN itu berbeda dengan TAHU.
Contoh sederhana pernah aku diskusikan dengan salah satu temanku. Jika dalam sebuah ruangan, ada beberapa kursi dan meja, kemudian ada satu orang yang YAKIN bahwa salah satu kursi di ruangan itu diduduki oleh "JIN", dan orang lain YAKIN bahwa tidak ada "JIN" di ruangan itu, pertanyaannya KEYAKINAN siapa yang benar? Tidak ada yang bisa menyalahkan KEYAKINAN seseorang. Orang boleh saja YAKIN ada JIN yang duduk di salah satu kursi, tetapi orang lain juga boleh YAKIN bahwa tidak ada JIN di kursi itu. Tentang apakah SESUNGGUHNYA ada JIN atau tidak di kursi itu, yang diperlukan bukan KEYAKINAN, tetapi PENGETAHUAN. Perlu (orang yang) TAHU, apakah sesungguhnya di kursi itu ada JIN-nya atau tidak. Ingat, TAHU (pengeTAHUan) itu bukan MERASA TAHU atau SOK TAHU.
PengeTAHUan, bisa DIBUKTIKAN, karena BISA DIPELAJARI secara LOGIS (masuk akal) bagaimana untuk menjadi TAHU itu. Jika ada PENGETAHUAN yang dianggap TIDAK MASUK AKAL/TIDAK LOGIS, maka ada 2 kemungkinan, yaitu (1) itu sebenarnya BUKAN PENGETAHUAN, melainkan hanya KEYAKINAN. (keyakinan tidak perlu dibuktikan benar/salah-nya, semua keyakinan adalah "benar" menurut yang meyakininya). (2) Jika benar itu adalah PENGETAHUAN seseorang, namun tidak masuk akal bagi orang lain, itu karena akal/logika orang lain itu yang "tidak sampai" untuk memikirkan pengetahuan itu. Mungkin memang batas akal tiap-tiap orang berbeda.
Mau lebih jelas tentang beda KEYAKINAN dan PENGETAHUAN? Aku akan memberi contoh lain. Aku YAKIN bahwa besok jika mati, aku akan MASUK SURGA, ini adalah KEYAKINAN, bukan PENGETAHUAN. Sebab sesungguhnya aku TIDAK TAHU (BELUM TAHU) apakah besok masuk surga atau tidak. Mengapa aku TIDAK TAHU/BELUM TAHU? Pertama, bahkan tentang SURGA saja aku TIDAK TAHU, karena BELUM PERNAH ke sana (apakah sebuah tempat? apakah sebuah keadaan?). Kedua, aku masih ada di SAAT INI/SEKARANG, belum BESOK, maka sesungguhnya yang BESOK itu masih hanya berupa GAGASAN/IMAJINASI/KEYAKINAN.
Lantas, apa yang aku KETAHUI? Yang aku keTAHUi adalah yang SEKARANG aku alami, yang SEKARANG aku lihat, yang SEKARANG aku dengar, yang SEKARANG aku rasakan. Yang DULU pernah aku alami, yang DULU pernah aku lihat, yang DULU pernah aku dengar, yang DULU pernah aku rasakan, itu semua (sekarang) sudah menjadi CATATAN/PENGALAMAN.
Biasanya orang tidak teliti tentang yang DIKETAHUI dan yang PERNAH DIKETAHUI (catatan/pengalaman). Kalau aku diajak seorang teman, untuk makan di sebuah rumah makan yang KATANYA makanan di sana enak, aku bisa "iseng" memberi jawaban, "Enaknya khan DULU ketika kamu makan di sana, yang DULU enak, itu sekarang sudah menjadi CATATAN ENAK. Kita hanya akan TAHU apakah enak atau tidak enak, itu ketika SEDANG MERASAKAN makanan itu". Dengan versi singkat, kalau aku diajak makan di sebuah tempat makan dan "dipameri" bahwa di tempat itu makanannya enak, kadang aku jawab, "Enaknya khan DULU, sekarang kita BELUM TAHU."
Apapun yang NANTI atau BESOK, adalah KEYAKINAN, bahkan hanya IMAJINASI atau GAGASAN saja. Apapun yang LALU, adalah CATATAN, atau PENGALAMAN. Memang bisa kita BERIMAJINASI bahwa yang BESOK itu masih sama dengan/kelanjutan dari yang LALU, tetapi inipun hanya KEYAKINAN, bukan PENGETAHUAN. Bahwa KEYAKINAN itu kemudian TERBUKTI BENAR, itu sangat mungkin, tetapi SEBELUM sampai TERBUKTI, keyakinan hanya merupakan IMAJINASI/GAGASAN saja.
Agama dengan DOKTRIN dan DOGMA-nya, (menurutku) mengajarkan tentang GAGASAN-GAGASAN, atau IMAJINASI-IMAJINASI. Agama mengajarkan gagasan tentang Tuhan, gagasan tentang Surga dan Neraka, gagasan tentang berbagai hal. Sayangnya, GAGASAN-GAGASAN dalam agama ini, menjadikan banyak manusia MERASA TAHU berbagai hal, padahal, sebenarnya yang dikeTAHUi adalah GAGASAN-GAGASAN itu. Gagasan bahwa BESOK akan masuk surga, GAGASAN bahwa besok di surga akan memuji Tuhan atau akan menikmati sexual intercourse dengan bidadari-bidadari cantik jelita, GAGASAN bahwa di neraka ada api yang sangat panas menyala-nyala, yang membakar apa saja di sana, tetapi tidak mampu menghanguskan yang dibakarnya itu. Gagasan-gagasan ini adalah KEYAKINAN belaka. Tidak ada yang melarang orang punya KEYAKINAN atau punya GAGASAN/IMAJINASI, tetapi MENGANGGAP bahwa gagasan/imajinasi/keyakinan itu sama dengan PENGETAHUAN, itu adalah SESAT PIKIR, karena pikiran tidak mampu (atau tidak mau) membedakan antara apa yang DIYAKINI dengan apa yang DIKETAHUI.
Namun, kenyataannya adalah bahwa kita semua hidup dengan KEYAKINAN (gagasan-gagasan/imajinasi-imajinasi), juga dengan PENGETAHUAN, juga dengan KETIDAKYAKINAN dan juga KETIDAKTAHUAN. Yang diperlukan adalah MENEMPATKAN keyakinan/ketidakyakinan dan pengetahuan/ketidaktahuan dalam posisi yang baik, yang baik untuk diri kita sendiri, dan baik untuk orang lain.
Salah satu kutipan favoritku adalah: "HIDUP penuh bakti ini bukan dijalani untuk menipu orang atau untuk mengajak orang mengikuti ajaran kita. Hidup penuh BAKTI ini dijalani agar bisa memandang ke dalam SEMUA hal, dan MEMAHAMInya." (Itivuttaka Sutta).
Ada banyak AJARAN yang berdasarkan KEYAKINAN/gagasan/imajinasi. Ada juga AJARAN yang berdasarkan pada PENGETAHUAN/CATATAN TAHU/PENGALAMAN. Jika kita punya AJARAN, tidak perlu MEMAKSA orang lain untuk mengikuti ajaran kita, apalagi jika ajaran itu hanya berdasarkan pada KEYAKINAN/GAGASAN/IMAJINASI. Bahkan, jika kita punya ajaran yang berdasarkan pada PENGETAHUAN/CATATAN TAHU/PENGALAMAN-pun, tidak perlu juga memaksakan PENGETAHUAN kita untuk diketahui/dipahami oleh orang lain, karena jika orang lain itu tidak/belum TAHU SENDIRI, mungkin sangat sulit baginya untuk menerima PENGETAHUAN kita.
Contoh, sampai sekarang aku masih sering menjumpai pernyataan-pernyataan orang yang menolak hal-hal "gaib". Bagiku, silakan menolak hal gaib, tetapi aku PERNAH MELIHAT sebuah keris yang terbang/melayang sendiri sambil memancarkan cahaya kehijauan, dan bagiku itu adalah "gaib", karena aku hanya TAHU bahwa keris itu terbang/melayang, tetapi aku TIDAK TAHU (tidak bisa menjelaskan) bagaimana keris itu bisa terbang/melayang. Jika aku tahu bagaimana keris itu bisa terbang/melayang, tentu tidak lagi gaib bagiku. Banyak orang yang menolak hal gaib, bukan karena bisa menjelaskan bagaimana yang gaib itu (misalnya menjelaskan bagaimana keris itu bisa terbang/melayang sendiri), tetapi karena BELUM PERNAH MELIHAT/MENGALAMI hal-hal gaib.
PENGETAHUAN saja bisa ditolak, apalagi KEYAKINAN. Aku mengajarkan apa yang aku (pernah) KETAHUI saja, bisa/boleh ditolak, tidak dipercayai, lebih-lebih jika aku mengajarkan GAGASAN/IMAJINASI/KEYAKINAN, sangat boleh untuk ditolak. Tetapi kenyataan di masyarakat, hingga saat ini, terjadi banyak MASALAH, karena "ADU" keyakinan, "ADU" gagasan, "ADU" imajinasi. Ya..., yang bisa di-ADU adalah keyakinan, gagasan dan imajinasi, sebab PENGETAHUAN tidak perlu diadu.
copas from : http://pewijayanto.wordpress.com/201...n-pengetahuan/
Dilanjutkan di bawah karena terlalu panjang
Seharusnya kebhinekaan berdiri tegak di atas bangsa ini. Bangsa ini bangsa majemuk, bahkan seharusnya sangat toleran karena di dalamnya terkandung banyak adat istiadat, suku, agama, kepercayaan yang mewarnai negeri ini.
Mungkin ada agan yang tidak setuju dengan tulisan yang saya COPAS dari blog rekan FB saya. Namun inilah keberagaman. Saya sangat menghargai bila agan ada yang tidak sepakat dan sependapat.
Kita boleh berbeda pendapat, namun kita tetap harus tetap menghargai manusianya. Pendapat bisa saja berubah seiring berjalannya waktu dan kematangan diri.
Semoga tulisan yang panjang ini bisa menjadikan kita lebih baik dan saling menghargai apa yang dipercayai oleh orang lain.
Spoiler for keYAKINan bukan pengeTAHUan:
keYAKINan bukan pengeTAHUan
Tadi sore aku melihat berita di televisi, bentrokan terjadi (lagi) antara komunitas Syiah dengan komunitas Sunni di Madura. Aku tidak peduli dengan Syiah atau Sunni-nya itu bagaimana, kalau mau tahu tentangnya, tinggal googling saja, untuk mencari tahu bagaimana sebenarnya KEYAKINAN mereka masing-masing. Bagiku, tentang KEYAKINAN sepatutnya tidak perlu diperdebatkan/dipertentangkan. Jika ingin tahu KEYAKINAN orang lain, tanyakan saja, KEYAKINANnya bagaimana, dan mengapa sampai pada KEYAKINAN tersebut. Jika merasa COCOK dengan KEYAKINAN itu, ya ikuti saja (ikut YAKIN), jika merasa TIDAK COCOK, ya tidak usah diikuti.
Yang membuat REPOT dan sering menjadi MASALAH, adalah ketika orang TIDAK SADAR, bahwa KEYAKINAN itu telah membuatnya menjadi JAHAT pada orang lain yang berbeda KEYAKINAN. Tidak setuju dengan KEYAKINAN orang lain, itu bukan KEJAHATAN, tetapi melakukan tindakan yang merugikan pihak lain, itulah KEJAHATANnya. "Celakanya", tindakan JAHAT itu kadangkala dianggap sah dan benar bahkan dianggap sebagai tindakan SUCI, karena sesuatu yang diYAKINi.
Walau sudah diajari untuk "aja kagetan, aja gumunan" (jangan mudah kaget, jangan mudah heran), aku masih saja heran dengan orang-orang yang menjadikan KEYAKINANnya sebagai 'standar' untuk MENGHAKIMI orang lain. Untung aku pernah belajar pada ajaran Yeshua (Yesus), yang mengajarkan "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." (Matius 7:1). Aku baca ajaran Yeshua ini sudah sejak masih kanak-kanak, tetapi merasa 'agak paham' dengan ajaran itu baru beberapa tahun yang lalu.
Aku banyak melihat/mengetahui, bahwa PENGHAKIMAN seseorang terhadap orang lain, hampir semua berdasarkan pada KEYAKINAN orang itu. Aku kemudian belajar, bahwa KEYAKINAN itu bukan PENGETAHUAN. YAKIN itu berbeda dengan TAHU.
Contoh sederhana pernah aku diskusikan dengan salah satu temanku. Jika dalam sebuah ruangan, ada beberapa kursi dan meja, kemudian ada satu orang yang YAKIN bahwa salah satu kursi di ruangan itu diduduki oleh "JIN", dan orang lain YAKIN bahwa tidak ada "JIN" di ruangan itu, pertanyaannya KEYAKINAN siapa yang benar? Tidak ada yang bisa menyalahkan KEYAKINAN seseorang. Orang boleh saja YAKIN ada JIN yang duduk di salah satu kursi, tetapi orang lain juga boleh YAKIN bahwa tidak ada JIN di kursi itu. Tentang apakah SESUNGGUHNYA ada JIN atau tidak di kursi itu, yang diperlukan bukan KEYAKINAN, tetapi PENGETAHUAN. Perlu (orang yang) TAHU, apakah sesungguhnya di kursi itu ada JIN-nya atau tidak. Ingat, TAHU (pengeTAHUan) itu bukan MERASA TAHU atau SOK TAHU.
PengeTAHUan, bisa DIBUKTIKAN, karena BISA DIPELAJARI secara LOGIS (masuk akal) bagaimana untuk menjadi TAHU itu. Jika ada PENGETAHUAN yang dianggap TIDAK MASUK AKAL/TIDAK LOGIS, maka ada 2 kemungkinan, yaitu (1) itu sebenarnya BUKAN PENGETAHUAN, melainkan hanya KEYAKINAN. (keyakinan tidak perlu dibuktikan benar/salah-nya, semua keyakinan adalah "benar" menurut yang meyakininya). (2) Jika benar itu adalah PENGETAHUAN seseorang, namun tidak masuk akal bagi orang lain, itu karena akal/logika orang lain itu yang "tidak sampai" untuk memikirkan pengetahuan itu. Mungkin memang batas akal tiap-tiap orang berbeda.
Mau lebih jelas tentang beda KEYAKINAN dan PENGETAHUAN? Aku akan memberi contoh lain. Aku YAKIN bahwa besok jika mati, aku akan MASUK SURGA, ini adalah KEYAKINAN, bukan PENGETAHUAN. Sebab sesungguhnya aku TIDAK TAHU (BELUM TAHU) apakah besok masuk surga atau tidak. Mengapa aku TIDAK TAHU/BELUM TAHU? Pertama, bahkan tentang SURGA saja aku TIDAK TAHU, karena BELUM PERNAH ke sana (apakah sebuah tempat? apakah sebuah keadaan?). Kedua, aku masih ada di SAAT INI/SEKARANG, belum BESOK, maka sesungguhnya yang BESOK itu masih hanya berupa GAGASAN/IMAJINASI/KEYAKINAN.
Lantas, apa yang aku KETAHUI? Yang aku keTAHUi adalah yang SEKARANG aku alami, yang SEKARANG aku lihat, yang SEKARANG aku dengar, yang SEKARANG aku rasakan. Yang DULU pernah aku alami, yang DULU pernah aku lihat, yang DULU pernah aku dengar, yang DULU pernah aku rasakan, itu semua (sekarang) sudah menjadi CATATAN/PENGALAMAN.
Biasanya orang tidak teliti tentang yang DIKETAHUI dan yang PERNAH DIKETAHUI (catatan/pengalaman). Kalau aku diajak seorang teman, untuk makan di sebuah rumah makan yang KATANYA makanan di sana enak, aku bisa "iseng" memberi jawaban, "Enaknya khan DULU ketika kamu makan di sana, yang DULU enak, itu sekarang sudah menjadi CATATAN ENAK. Kita hanya akan TAHU apakah enak atau tidak enak, itu ketika SEDANG MERASAKAN makanan itu". Dengan versi singkat, kalau aku diajak makan di sebuah tempat makan dan "dipameri" bahwa di tempat itu makanannya enak, kadang aku jawab, "Enaknya khan DULU, sekarang kita BELUM TAHU."
Apapun yang NANTI atau BESOK, adalah KEYAKINAN, bahkan hanya IMAJINASI atau GAGASAN saja. Apapun yang LALU, adalah CATATAN, atau PENGALAMAN. Memang bisa kita BERIMAJINASI bahwa yang BESOK itu masih sama dengan/kelanjutan dari yang LALU, tetapi inipun hanya KEYAKINAN, bukan PENGETAHUAN. Bahwa KEYAKINAN itu kemudian TERBUKTI BENAR, itu sangat mungkin, tetapi SEBELUM sampai TERBUKTI, keyakinan hanya merupakan IMAJINASI/GAGASAN saja.
Agama dengan DOKTRIN dan DOGMA-nya, (menurutku) mengajarkan tentang GAGASAN-GAGASAN, atau IMAJINASI-IMAJINASI. Agama mengajarkan gagasan tentang Tuhan, gagasan tentang Surga dan Neraka, gagasan tentang berbagai hal. Sayangnya, GAGASAN-GAGASAN dalam agama ini, menjadikan banyak manusia MERASA TAHU berbagai hal, padahal, sebenarnya yang dikeTAHUi adalah GAGASAN-GAGASAN itu. Gagasan bahwa BESOK akan masuk surga, GAGASAN bahwa besok di surga akan memuji Tuhan atau akan menikmati sexual intercourse dengan bidadari-bidadari cantik jelita, GAGASAN bahwa di neraka ada api yang sangat panas menyala-nyala, yang membakar apa saja di sana, tetapi tidak mampu menghanguskan yang dibakarnya itu. Gagasan-gagasan ini adalah KEYAKINAN belaka. Tidak ada yang melarang orang punya KEYAKINAN atau punya GAGASAN/IMAJINASI, tetapi MENGANGGAP bahwa gagasan/imajinasi/keyakinan itu sama dengan PENGETAHUAN, itu adalah SESAT PIKIR, karena pikiran tidak mampu (atau tidak mau) membedakan antara apa yang DIYAKINI dengan apa yang DIKETAHUI.
Namun, kenyataannya adalah bahwa kita semua hidup dengan KEYAKINAN (gagasan-gagasan/imajinasi-imajinasi), juga dengan PENGETAHUAN, juga dengan KETIDAKYAKINAN dan juga KETIDAKTAHUAN. Yang diperlukan adalah MENEMPATKAN keyakinan/ketidakyakinan dan pengetahuan/ketidaktahuan dalam posisi yang baik, yang baik untuk diri kita sendiri, dan baik untuk orang lain.
Salah satu kutipan favoritku adalah: "HIDUP penuh bakti ini bukan dijalani untuk menipu orang atau untuk mengajak orang mengikuti ajaran kita. Hidup penuh BAKTI ini dijalani agar bisa memandang ke dalam SEMUA hal, dan MEMAHAMInya." (Itivuttaka Sutta).
Ada banyak AJARAN yang berdasarkan KEYAKINAN/gagasan/imajinasi. Ada juga AJARAN yang berdasarkan pada PENGETAHUAN/CATATAN TAHU/PENGALAMAN. Jika kita punya AJARAN, tidak perlu MEMAKSA orang lain untuk mengikuti ajaran kita, apalagi jika ajaran itu hanya berdasarkan pada KEYAKINAN/GAGASAN/IMAJINASI. Bahkan, jika kita punya ajaran yang berdasarkan pada PENGETAHUAN/CATATAN TAHU/PENGALAMAN-pun, tidak perlu juga memaksakan PENGETAHUAN kita untuk diketahui/dipahami oleh orang lain, karena jika orang lain itu tidak/belum TAHU SENDIRI, mungkin sangat sulit baginya untuk menerima PENGETAHUAN kita.
Contoh, sampai sekarang aku masih sering menjumpai pernyataan-pernyataan orang yang menolak hal-hal "gaib". Bagiku, silakan menolak hal gaib, tetapi aku PERNAH MELIHAT sebuah keris yang terbang/melayang sendiri sambil memancarkan cahaya kehijauan, dan bagiku itu adalah "gaib", karena aku hanya TAHU bahwa keris itu terbang/melayang, tetapi aku TIDAK TAHU (tidak bisa menjelaskan) bagaimana keris itu bisa terbang/melayang. Jika aku tahu bagaimana keris itu bisa terbang/melayang, tentu tidak lagi gaib bagiku. Banyak orang yang menolak hal gaib, bukan karena bisa menjelaskan bagaimana yang gaib itu (misalnya menjelaskan bagaimana keris itu bisa terbang/melayang sendiri), tetapi karena BELUM PERNAH MELIHAT/MENGALAMI hal-hal gaib.
PENGETAHUAN saja bisa ditolak, apalagi KEYAKINAN. Aku mengajarkan apa yang aku (pernah) KETAHUI saja, bisa/boleh ditolak, tidak dipercayai, lebih-lebih jika aku mengajarkan GAGASAN/IMAJINASI/KEYAKINAN, sangat boleh untuk ditolak. Tetapi kenyataan di masyarakat, hingga saat ini, terjadi banyak MASALAH, karena "ADU" keyakinan, "ADU" gagasan, "ADU" imajinasi. Ya..., yang bisa di-ADU adalah keyakinan, gagasan dan imajinasi, sebab PENGETAHUAN tidak perlu diadu.
copas from : http://pewijayanto.wordpress.com/201...n-pengetahuan/
Dilanjutkan di bawah karena terlalu panjang

0
1.2K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan