Kaskus

Entertainment

danickAvatar border
TS
danick
Pelopor Perawat Wanita Pertama
Part 1
Perang yang berkecamuk di zaman Rasulullah SAW, tak hanya melibatkan kaum Adam.

Di saat para laki-laki mengangkat senjata dan menghadapi musuh, terdapat tangan-tangan lentik nan terampil sekelompok perempuan, berdiri di belakang barisan pasukan Islam.

Keikutsertaan kaum Hawa itu tak lain ialah membantu memberikan tindakan medis bagi para korban perang yang terluka. Ini adalah bentuk lain partisipasi mereka dalam jihad di jalan Allah SWT.

Salah satu nama perawat tersohor kala itu ialah sahabat perempuan (shahabiyah) Umayyah binti Qais Al-Ghiffariah. Bahkan, atas dedikasinya tersebut, ia didaulat sebagai pelopor perempuan di dunia perawatan.

Umayyah, begitu akrab disapa adalah shahabiyah yang berasal dari suku Ghiffar, keturunan Abu Dzar Al-Ghiffari. Ketika awal dakwah Islam, Abu Dzar berdomisili di Madinah. Jauh dari pusat penyebaran syiar di Makkah.

Jarak itu tak menghalanginya untuk berdakwa. Hidayah ini turut pula mengilhami Umayyah belia untuk menganut Islam. Ia bahkan rela menempuh jarah yang jauh hanya untuk bertemu Rasulullah. Sosok yang terkenal cerdas dan berhati emas ini bermaksud menyampaikan ikrar keislamannya di hadapan Rasulullah secara langsung.

Kepasrahan itu tak terbatas pada pengakuan lisan. Umayyah ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya untuk mengabdi di jalan-Nya. Hal ini dibuktikan dengan partisipasinya di Perang Khaibar.

Ia menyatakan diri ikut berperang sebagai tim juru rawat. Ia mengajak teman-teman perempuan dari suku Ghiffar untuk bergabung ke medan perang. Keinginannya itu sempat mendapat penolakan Rasulullah.

Bahkan, dikisahkan Nabi sempat marah melihat kekeraskepalaan perempuan Bani Ghiffar. “Atas izin siapa kalian ikut berperang?” tanya Rasul.

Mereka menjawab, bidang kerja yang mereka geluti nanti di peperangan tidak berada di garis depan, tetapi memberi dukungan medis bagi para pejuang. “Kami keluar dengan membawa obat-obatan untuk mengobati mereka yang terluka, mencabut panah dari tubuh pejuang, memberi minum, menyiapkan makanan, dan ikut berjuang di jalan Allah.”

Rasulullah lega mendengar jawaban mereka. “Kalau begitu, silakan berangkat,” jawab Rasulullah. Sebelum berangkat, Nabi berpesan kepada Umayyah agar menjalankan tugas sebaik-baiknya.
sumber#1

Part 2
Selama di medan perang, Umayyah tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan Nabi. Bersama dengan teman-temannya, ia bertugas dengan sigap.

Pejuang yang terluka segera diangkut untuk mendapatkan pengobatan agar luka yang dideritanya tak memburuk.

Adapun perawat lainnya berlari-lari membawa kantung qirbah, wadah yang terbuat dari kulit kambing berisi air. Para pejuang yang kehausan segera diberi minum. Lalu, mereka kembali mengambil air untuk diberikan kepada pejuang yang lain.

Penghargaan
Perang Khaibar terjadi di tahun ketujuh Hijriah atau 629 M. Dalam perang ini, umat Islam melawan tentara Yahudi yang bermukim di Oasis Khaibar. Jaraknya sekitar 150 kilometer dari Madinah.

Perang besar-besaran ini berbuntut pada tercetusnya Perjanjian Hudaibiyah. Tentara Islam yang dipimpin Ali bin Abi Thalib meraih kemenangan di perang tersebut. Kemenangan itu disambut gembira oleh umat Islam.

Rasulullah menyadari kemenangan yang diperoleh itu tidak lepas dari tangan-tangan perempuan andal. Karena itu, Nabi berlaku adil ketika membagikan sebagian hasil rampasan perang.

Para pejuang, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat jatah. Apresiasi ini mendapat respons positif dari Umayyah dan teman-temannya.
sumber#2

Quote:


Quote:
0
1.2K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan