Pelayanan publik di Indonesia masih jauh dari kata memuaskan. Buktinya, untuk membuat E-KTP, warga harus sampai menginap di kantor Kecamatan.

“Saya sudah semalaman menginap disini,” ujar Timotius, warga Bencongan kepada Republika, Selasa (28/08) pagi.

Kejadian bermula kemarin, Senin (28/8), saat sekitar 600 orang mendapat undangan membuat E-KTP di Kecamatan Kelapa Dua, Tangerang. Warga kemudian datang dan mendapat nomor antrian.

Namun yang terjadi, petugas beberapa kali tidak memanggil pendaftar berdasarkan nomor urut, tetapi berdasarkan nama. Hal ini membuat warga merasa petugas pilih kasih dan memprioritaskan warga tertentu. Hal ini kemudian memancing emosi warga.

“Bayangkan, dalam waktu dua jam, hanya ada 10 orang yang dipanggil,” ujar Sutikno menggerutu.

Suasana mulai memanas di sore hari. Warga yang telah menunggu sejak pagi mulai tidak sabar. Teriakan mulai terdengar disana-sini. Seorang Bapak bahkan 'naik pitam' dan menggebrak meja sambil berteriak lantang memaki petugas yang dikiranya curang.

Dari sekitar 600 orang yang mendaftar kemarin, hingga dini hari tadi baru 400 nama yang dilayani.

Petugas yang ingin menyudahi pembuatan E-KTP pada pukul 10 tadi malam membuat warga geram. Mereka menuntut petugas menyelesaikan antrian hingga nomor urut terakhir.

“Saya sulit kalau bolak-balik minta izin pabrik untuk bikin E-KTP,” ujar Surtini, warga Balaraja.

Dari pengamatan Republika di lapangan, loket yang seharusnya baru buka pukul 08.00 WIB nanti masih dipenuhi sisa pengantri.

Di dalam ruangan pembuatan, petugas mengatakan bahwa pengantri yang sudah mendaftar sejak Senin (27/08) akan diutamakan. Loket akan tetap buka pada pukul 08.00 pagi ini.