Cabai memang terasa pedas. Dan karena pedasnya itu banyak orang yang menyukainya sebagai teman dalam menyantap makanan. Meski rasanya pedas, banyak orang menyukai makanan ini. Tapi apa sebabnya sehingga cabe terasa pedas?

Rasa pedas membakar yang berasal dari cabai adalah, bahan kimia yang disebut Capsaicinoids. Bahan kimia ini tidak berbau dan tidak berasa seperti asin, manis ataupun asam.
Pada saat mulut mengunyah cabe, dan cabe terkoyak, bahan kimia ini mengikat reseptor yang merespon rasa sakit akibat panas di mulut dan tenggorokan. Kemudian otak menerima pesan dan mengirimkannya melalui syaraf ke bagian tubuh, dan bagian tubuh yang lain diperintahkan agar menyingkirkan bahan panas itu.
Karena itu, sirkulasi tubuh meningkat, perspirasi mendingin dan reaksi tertentu hingga gangguan pun terjadi, termasuk hidung meler dan mata menangis. Rasa sakit akibat memakan cabai juga melepaskan endorfin, pembunuh rasa sakit alami yang membuat makanan terasa lezat.Namun air mata yang keluar setelah makan cabe itu sebenarnya air mata bahagia. Karena meskipun sampai menangis, orang tetap akan ketagihan untuk mengulangi makan cabe, baik dalam bentuk sambal maupun dimakan langsung.

Bagian terpedas dari Cabe
Menurut ahli Teknologi Hasil Pertanian dari UGM, Dr Ir Wahyu Supartono, yang terpedas adalah bagian tengahnya. Saat anda membuka cabai, disitu terlihat biji-biji menempel pada sebuah bagian yang terlihat seperti sumbu, pas di tengah buah cabai. Cicipi itu, itu yang bagian yang paling pedas.

Pada 1912, ahli kimia Wilbur Scoville mengembangkan cara mengukur ‘kepanasan’ cabai yang disebut Scoville Organoleptic Test.
Kepedasan cabai diukur dengan kelipatan 100 unit dan merujuk pada seberapa banyak air gula dibutuhkan guna melemahkan cabai pada titik saat cabai tak terasa pedas lagi. Contohnya, cabai sweet bell terukur 0, jalapeno terukur 2.500-8.000, cayenne terukur 30.000-50.000 dan savina habanero merah terukur 350.000-577.000 unit.