- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ternyata Penjajah Juga Tidak Merdeka
TS
suuutt
Ternyata Penjajah Juga Tidak Merdeka
Bismillahirrahmanirrahim
Selamat siang, salam sejahtera
Hasil baca2 dari [url=http://www.kompasiana.com,]www.kompasiana.com,[/url] karena bagus jadi numpang share yak di mari .
Muga-muga ngga repost
Ditulis oleh Sapto Nugrohoyang saat ini berdomisili di Jepang.
Saya sendiri baru tahu setelah lama tinggal di Jepang. Meski perang sudah selesai 67 tahun yang lalu, akan tetapi gema atau perang dingintetap dirasakan terus. Setiap bulan Agustus, ada tradisi untuk pergi ke makam para pendahulu atau orang yang sudah meninggal (dikenal dengan nama Obong). Ada salah satu kuil yang cukup terkenal yaitu Yasukuni Jinja. Setiap tanggal 15 Agustus, beberapa pejabat negara berkunjung atau berdoa ke kuil itu. Kalau ada perdana menteri atau menteri berkunjung ke kuil itu, maka China dan Korea Selatan protes keras. Kenapa? Masalahnya di kuil tersebut dimakamkan beberapa orang yang dulu dinyatakan sebagai penjahat perang oleh pengadilan internasional.
Oleh karena itu, perdana mentri dan beberapa menteri tidak pernah lagi berkunjung ke kuil itu. Mereka mengalah untuk tidak membuat suasana yang menimbulkan protes negara tetangga. Memang orang yang gugur di medan perang itu bisa disebut pahlawan atau penjahat tergantung dari mana melihatnya. Kenyataan yang terjadi, berkunjung ke makam orang Jepang sendiripun diprotes oleh negara tetangga.
Selain masalah kunjungan ke makam ini, akhir2 ini yang cukup memanas hubungan antara Jepang dengan Korea Selatan dan China adalah rebutan pulau kecil. Orang Jepang sendiri mengklaim bahwa jauh sebelum perang pulau itu adalah wilayah Jepang, sejak jaman Meiji katanya. Beberapa orang nelayan China, beberapa hari yang lalu ditangkap pasukan pengawas laut Jepang. Tiga hari yang lalu, PM Korea Selatan berkunjung ke pulau kecil yang masih menjadi sengketa Jepang dan Korsel. Menjadi sengketa, karena Jepang masih mengajukan masalah itu ke badan International. Perdana Menteri Jepang dan pejabat negara di Jepang tidak merdeka untuk berkunjung ke makam pendahulu mereka.
Jepang di bagian utara itu berbatasan dengan Rusia, ada beberapa pulau yang statusnya juga belum jelas. Sebelum perang pulau itu bagian dari Jepang, akan tetapi setelah kalah perang maka Rusia menempati pulau itu. Jepang meminta agar pulau-pulau itu bisa dikembalikan, akan tetapi masih belum juga diberikan oleh Rusia. Akhir-akhir ini menjadi panas karena Perdana Menteri Rusia berkunjung ke pulau2 itu.
Sudah 67 tahun yang lalu, Jepang masih menghadapi hal2 yang berkaitan dengan peristiwa jaman perang dahulu. Sejarah tak bisa disangkal, Jepang harus menerima akibatnyasampai sekarang. Itulah cerita2 kecil yang mungkin belum banyak diceritakan.
[/url]
Selamat siang, salam sejahtera
Hasil baca2 dari [url=http://www.kompasiana.com,]www.kompasiana.com,[/url] karena bagus jadi numpang share yak di mari .
Muga-muga ngga repost
Ditulis oleh Sapto Nugrohoyang saat ini berdomisili di Jepang.
Quote:
Hari ini, 17 Agustus, kita memperingati hari kemerdekaan negara kita Indonesia. Kita menyebut merdeka karena sebelumnya kita dijajah, artinya tidak punya kuasa sendiri untuk mengatur negara kita. Selama 67 tahun kita selalu memperingati detik-detik kemerdekaan di Indonesia. Sangat kebetulan saya tinggal di Jepang, suatu keadaan yang terbalik"dengan di Indonesia. Saya coba menuliskan apa yang terjadi dari sisi negara penjajah atau Jepang di sekitar tanggal 17 Agustus ini.
Kalau di Indonesia ada perayaan kemenangan, sebaliknya di Jepang ada hari kekalahan atau hari berhentinya perang. Yang di kenang jepang selain hari jatuhnya Bom di Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus), satu hari yang cukup penting adalah tanggal 15 Agustus. Tanggal 15 Agustus merupakan hari selesainya perang, Kaisar Hirohito mengumumkan kepada semua rakyatnya. Hari itu kita menyebutnya Jepang menyerah kepada sekutu.
Di acara TV, setiap tanggal 15 Agustus selalu ada acara khusus untuk mengenang sejarah waktu itu. Tahun ini sebuah station TV berhasil mewancarai dua orang yang sekarang berusia 79 tahun dan seorang lagi yang sekarang berusia 88 tahun. Tema yang diambil adalah Pendidikan di masa perang itu seperti apa?.
Katakanlah Sato-san:, bukan nama sebenarnya, dia sekarang berusia 79 tahun. Berarti tahun 1945 dia berumur 13 tahun, dia murid kelas 1 SMP. Sedangkan yang berusia 88 tahun, katakanlah Suzuki-san, dia waktu itu adalah guru yang berumur 21 tahun. Kedua orang itu bisa mewakili sebagai murid dan guru, dan bisa menceritakan keadaan pendidikan di sekolah Jepang waktu itu.
Waktu itu di sekolah, di depan kelas ada peta Asia. Kalau ada kemajuan tentara Jepang, guru selalu bercerita sekarang pasukan Jepang berhasil masuk Filipina, Singapore, M4l4ysia dan seterusnya, cerita Sato-san. Setiap ada kemajuan, anak2 sekolah senang dan bertepuk tangan. Buku-buku pelajaranpun semua berkaitan dengan perang.
buku pelajaran sekolah sekitar tahun 1945 di Jepang
(sumber foto: siaran TV swasta Jepang)
Sedangkan Suzuki-san, sebagai guru, waktu itu harus menyiapkan semua murid untuk siap menjadi pasukan dan siap dikirimkan ke medan perang. Waktu itu diajarkan bahwa Hidup adalah suatu hal yang dipersembahkan untuk negara. Rakyat hidup untuk Raja/Tenno dan Negara. Mati untuk negara adalah sesuatu yang indah dan sempurna. Suzuki san merasa menyesal juga kenapa dulu bisa mengajarkan seperti itu, sekarang hampir semua orang Jepang menyadari bahwa perang ternyata banyak membuat sengsara.
buku pelajaran SD kelas 1 sekitar tahun 1945 di Jepang
(sumber foto: siaran TV swasta Jepang)
rakyat hidup untuk tenno dan negara
(sumber foto: siaran TV swasta di Jepang)
Dari situasi di sekolah waktu itu tampak bahwa rakyat Jepang waktu itu tidak bisa hidup untuk diri sendiri, sama sekali tidak ada kebebasan waktu itu. Ternyata bangsa Jepang yang waktu itu sebagai penjajah, sama sekali tidak merdeka, tetapi mereka harus tunduk untuk mau berperang.
Kalau di Indonesia ada perayaan kemenangan, sebaliknya di Jepang ada hari kekalahan atau hari berhentinya perang. Yang di kenang jepang selain hari jatuhnya Bom di Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus), satu hari yang cukup penting adalah tanggal 15 Agustus. Tanggal 15 Agustus merupakan hari selesainya perang, Kaisar Hirohito mengumumkan kepada semua rakyatnya. Hari itu kita menyebutnya Jepang menyerah kepada sekutu.
Di acara TV, setiap tanggal 15 Agustus selalu ada acara khusus untuk mengenang sejarah waktu itu. Tahun ini sebuah station TV berhasil mewancarai dua orang yang sekarang berusia 79 tahun dan seorang lagi yang sekarang berusia 88 tahun. Tema yang diambil adalah Pendidikan di masa perang itu seperti apa?.
Katakanlah Sato-san:, bukan nama sebenarnya, dia sekarang berusia 79 tahun. Berarti tahun 1945 dia berumur 13 tahun, dia murid kelas 1 SMP. Sedangkan yang berusia 88 tahun, katakanlah Suzuki-san, dia waktu itu adalah guru yang berumur 21 tahun. Kedua orang itu bisa mewakili sebagai murid dan guru, dan bisa menceritakan keadaan pendidikan di sekolah Jepang waktu itu.
Waktu itu di sekolah, di depan kelas ada peta Asia. Kalau ada kemajuan tentara Jepang, guru selalu bercerita sekarang pasukan Jepang berhasil masuk Filipina, Singapore, M4l4ysia dan seterusnya, cerita Sato-san. Setiap ada kemajuan, anak2 sekolah senang dan bertepuk tangan. Buku-buku pelajaranpun semua berkaitan dengan perang.
Quote:
buku pelajaran sekolah sekitar tahun 1945 di Jepang
(sumber foto: siaran TV swasta Jepang)
Sedangkan Suzuki-san, sebagai guru, waktu itu harus menyiapkan semua murid untuk siap menjadi pasukan dan siap dikirimkan ke medan perang. Waktu itu diajarkan bahwa Hidup adalah suatu hal yang dipersembahkan untuk negara. Rakyat hidup untuk Raja/Tenno dan Negara. Mati untuk negara adalah sesuatu yang indah dan sempurna. Suzuki san merasa menyesal juga kenapa dulu bisa mengajarkan seperti itu, sekarang hampir semua orang Jepang menyadari bahwa perang ternyata banyak membuat sengsara.
Quote:
buku pelajaran SD kelas 1 sekitar tahun 1945 di Jepang
(sumber foto: siaran TV swasta Jepang)
Quote:
rakyat hidup untuk tenno dan negara
(sumber foto: siaran TV swasta di Jepang)
Dari situasi di sekolah waktu itu tampak bahwa rakyat Jepang waktu itu tidak bisa hidup untuk diri sendiri, sama sekali tidak ada kebebasan waktu itu. Ternyata bangsa Jepang yang waktu itu sebagai penjajah, sama sekali tidak merdeka, tetapi mereka harus tunduk untuk mau berperang.
Quote:
Perang dingin terus menerus: Korea Selatan, China dan Rusia
Saya sendiri baru tahu setelah lama tinggal di Jepang. Meski perang sudah selesai 67 tahun yang lalu, akan tetapi gema atau perang dingintetap dirasakan terus. Setiap bulan Agustus, ada tradisi untuk pergi ke makam para pendahulu atau orang yang sudah meninggal (dikenal dengan nama Obong). Ada salah satu kuil yang cukup terkenal yaitu Yasukuni Jinja. Setiap tanggal 15 Agustus, beberapa pejabat negara berkunjung atau berdoa ke kuil itu. Kalau ada perdana menteri atau menteri berkunjung ke kuil itu, maka China dan Korea Selatan protes keras. Kenapa? Masalahnya di kuil tersebut dimakamkan beberapa orang yang dulu dinyatakan sebagai penjahat perang oleh pengadilan internasional.
Oleh karena itu, perdana mentri dan beberapa menteri tidak pernah lagi berkunjung ke kuil itu. Mereka mengalah untuk tidak membuat suasana yang menimbulkan protes negara tetangga. Memang orang yang gugur di medan perang itu bisa disebut pahlawan atau penjahat tergantung dari mana melihatnya. Kenyataan yang terjadi, berkunjung ke makam orang Jepang sendiripun diprotes oleh negara tetangga.
Selain masalah kunjungan ke makam ini, akhir2 ini yang cukup memanas hubungan antara Jepang dengan Korea Selatan dan China adalah rebutan pulau kecil. Orang Jepang sendiri mengklaim bahwa jauh sebelum perang pulau itu adalah wilayah Jepang, sejak jaman Meiji katanya. Beberapa orang nelayan China, beberapa hari yang lalu ditangkap pasukan pengawas laut Jepang. Tiga hari yang lalu, PM Korea Selatan berkunjung ke pulau kecil yang masih menjadi sengketa Jepang dan Korsel. Menjadi sengketa, karena Jepang masih mengajukan masalah itu ke badan International. Perdana Menteri Jepang dan pejabat negara di Jepang tidak merdeka untuk berkunjung ke makam pendahulu mereka.
Quote:
Lee Myung Bak
(sumber: bisnis-jabar.com)
(sumber: bisnis-jabar.com)
Jepang di bagian utara itu berbatasan dengan Rusia, ada beberapa pulau yang statusnya juga belum jelas. Sebelum perang pulau itu bagian dari Jepang, akan tetapi setelah kalah perang maka Rusia menempati pulau itu. Jepang meminta agar pulau-pulau itu bisa dikembalikan, akan tetapi masih belum juga diberikan oleh Rusia. Akhir-akhir ini menjadi panas karena Perdana Menteri Rusia berkunjung ke pulau2 itu.
Sudah 67 tahun yang lalu, Jepang masih menghadapi hal2 yang berkaitan dengan peristiwa jaman perang dahulu. Sejarah tak bisa disangkal, Jepang harus menerima akibatnyasampai sekarang. Itulah cerita2 kecil yang mungkin belum banyak diceritakan.
Quote:
Berita selengkapnya sengketa pulau:
http://kampus.okezone.com/read/2012/...aikan-sengketa
PM jepang kunjungi Iwo Jima:
[url]http://international.okezone.com/read/2010/12/14/18/403327/naoto-kan-kunjungi-iwo-jima
http://kampus.okezone.com/read/2012/...aikan-sengketa
PM jepang kunjungi Iwo Jima:
[url]http://international.okezone.com/read/2010/12/14/18/403327/naoto-kan-kunjungi-iwo-jima
Spoiler for ngeng:
BACA NYANG LENGKAP, JAN JADI JANGKER MOLO
Sekian dan terima kasih
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin dari TS
Sekian dan terima kasih
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin dari TS
0
2.6K
Kutip
26
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan