Steve Jobs sedang berbicara di sebuah pidato kelulusan Standford.

“Semua tabungan orang tuaku yang tergolong kelas pekerja, telah dihabiskan untuk membayar uang kuliahku,” katanya mengenang.

“Aku tidak tahu apa yang ingin kulakukan dengan hidupku dan aku tidak tahu bagaimana perguruan tinggi akan membantuku (untuk) mengetahuinya.”

Waktu itu, Jobs merasa ada yang aneh dengan kehidupannya di Universitas Reed. Jobs tidak menemukan penyembuhan atas penyakitnya akibat ditinggalkan sejak lahir oleh orang tua kandungnya sendiri. Setengah jiwanya hilang. Ia mencari kehilangan itu dengan menekuni ajaran Buddha Zen, diet buah-buahan ketat (Jobs pernah menjalani hidup hanya dengan makan sereal), dan berkali-kali berada di bawah pengaruh mariyuana maupun LSD.

Ketika Jobs memutuskan untuk berkuliah di Universitas Reed, yang menurutnya memiliki suasana liberal—dan itu membuat dirinya amat terkesan pada tahun-tahun awal—justru ada kenyataan yang membuat dirinya jadi tidak tahan. Kurikulum di sana sangat ketat, padahal Jobs hanya ingin masuk ke kelas kuliah yang dia sukai saja. Lebih dari itu, dia ingin menemukan siapa dirinya sebenarnya.

“Jadi, aku memutuskan untuk keluar dari kuliah dan percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja,” tandasnya kemudian.

Namun, kenyataannya Jobs tidak pernah benar-benar ingin berhenti kuliah. Dia hanya ingin berhenti membayar uang kuliah dan mengikuti kelas apa pun yang menarik minatnya. Pihak Universitas Reed menoleransi tindakannya itu. Jobs tetap bebas tinggal di asrama dan mengikuti kelas yang ia sukai meski tak pernah membayar sepeser pun uang kuliah kepada pihak kampus.

“Dia memiliki pemikiran sangat kritis yang luar biasa menarik,” kata Dekan Fakultas, Jack Dudman. “Dia menolak menerima kebenaran yang diterima secara umum, dan dia ingin mempelajari semuanya sendiri.”

Setelah 18 bulan pergi tanpa alas kaki—hidup bergaya bohemian di pinggir kampus Reed, Jobs kembali ke rumah orang tua angkatnya, Paul dan Clara Jobs, di Los Altos untuk mencari pekerjaan. Orang tuanya tak pernah menyalahkan—selalu mengalah—kepada Jobs yang telah menghabiskan uang tabungan mereka. Padahal, sebelumnya Jobs pernah mengancam tidak mau kuliah selain di Universitas Reed yang menurut orang tuanya terlalu mahal bagi keuangan mereka. Paul Jobs seorang montir dan Clara adalah tenaga pembukuan di Varian Associates, sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan ilmiah.

Sabar tak pernah menjadi sifat Jobs. Ia pun kemudian meyakinkan, sampai hari ini, selalu ada banyak orang yang tak pernah sabar untuk memiliki barang-barang dari Apple.

Sumber: READING BIOGRAPH