- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan Pendakian Pegunungan Meratus (Halau-Halau)
TS
amankms
Catatan Perjalanan Pendakian Pegunungan Meratus (Halau-Halau)
Quote:
Dibuat untuk bercerita dan referensi.....
Gambaran Kegiatan
Gambaran Kegiatan
Quote:
Personil :
1. Meneer (MS-WCD)
2. Ale (MS-WCD)
3. Toki (MS-WCD)
4. Amank (MS-WCD)
5. Kabayan (MS-WCD)
6. Ambo (Kompas Borneo UNLAM)
7. Utuh (Warga Lokal)
1. Meneer (MS-WCD)
2. Ale (MS-WCD)
3. Toki (MS-WCD)
4. Amank (MS-WCD)
5. Kabayan (MS-WCD)
6. Ambo (Kompas Borneo UNLAM)
7. Utuh (Warga Lokal)
Quote:
Hari Pertama
Rabu, 25 Maret 2009
Perjalanan menuju Banjarmasin banyak kejadian unik, pertama pada saat menuju terminal bus di samarinda seberang, matras yang di bawa Meneer jatuh di tengah jalan dan hilang diambil orang, kedua saat sampai di terminal hampir saja ditinggal bus, ketiga saat sudah di atas bus terlihat Toki sangat tegang karena terlalu memikirkan mabuk darat, keempat bus yang kami tumpangi jendela bagian pintu belakang tidak ada.
Saat sampai di pelabuhan kariangau merupakan yang paling membosankan karena kami mendapat giliran antrian ke-3 dan menunggu selama dua jam lebih. Sesudah menyeberang dari pelabuhan kariangau perjalanan dilanjutkan kembali dan berhenti di Penajam tepatnya didepan kecamatan untuk makan malam. Sehabis makan malam perjalanan dilanjutkan kembali dan singgah di Kuaro karena ada penumpang yang singgah ditempat tersebut.
Rabu, 25 Maret 2009
Perjalanan menuju Banjarmasin banyak kejadian unik, pertama pada saat menuju terminal bus di samarinda seberang, matras yang di bawa Meneer jatuh di tengah jalan dan hilang diambil orang, kedua saat sampai di terminal hampir saja ditinggal bus, ketiga saat sudah di atas bus terlihat Toki sangat tegang karena terlalu memikirkan mabuk darat, keempat bus yang kami tumpangi jendela bagian pintu belakang tidak ada.
Saat sampai di pelabuhan kariangau merupakan yang paling membosankan karena kami mendapat giliran antrian ke-3 dan menunggu selama dua jam lebih. Sesudah menyeberang dari pelabuhan kariangau perjalanan dilanjutkan kembali dan berhenti di Penajam tepatnya didepan kecamatan untuk makan malam. Sehabis makan malam perjalanan dilanjutkan kembali dan singgah di Kuaro karena ada penumpang yang singgah ditempat tersebut.
Quote:
Hari Kedua
Kamis, 26 Maret 2009
Pagi hari bus singgah di Mabuun untuk istirahat sekalian menambal ban serep bus tersebut. Selepas dari Mabuun singgah lagi di POM bensin di daerah Tanjung karena rem bus agak bermasalah. Tiba di Barabai pada jam 9.40 dan istirahat di warung sambil menunggu anak Kompas Borneo UNLAM datang.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali ke desa Batu Kembar menggunakan pick up carteran yang menarik biaya Rp. 25.000,- per orang. Perjalanan menuju desa Batu Kembar melalui daerah perbukitan yang di kiri-kanan jalan terdapat batu-batu besar dan tebing diperjalanan juga terlihat kabel-kabel listrik yang telah dipasang akan tetapi masih belum bisa digunakan sehingga listrik masih susah.
Sesampainya di Batu Kembar kami menginap di rumah warga yang biasa di panggil Julak dan rumah beliau tepat di samping rumah Kepala Desa Batu Kembar. Desa Batu Kembar merupakan desa kedua dari kaki pegunungan Meratus sebelum desa Kiyu. Di desa Batu Kembar masih belum terdapat listrik, sehingga mereka menggunakan tenaga surya sebagai pembangkit listrik. Mayoritas mata pencahrian penduduk adalah berladang/ bercocok tanam. Siang hari kami berdiskusi kecil dengan anak Kompas dan warga mengenai jalur yang akan kami lewati dan sore harinya kami mandi di sungai yang biasa dipakai warga untuk mandi dan mencuci pakaian. Malam harinya kami berkeliling desa Batu Kembar dan bersilaturahmi dengan warga yang memiliki keterampilan dalam membuat anyaman, selanjutnya ke tempat pembekal (semacam kepala adat) Desa Juhu. Setelah itu kembali ke tempat Julak untuk istirahat.
Kamis, 26 Maret 2009
Pagi hari bus singgah di Mabuun untuk istirahat sekalian menambal ban serep bus tersebut. Selepas dari Mabuun singgah lagi di POM bensin di daerah Tanjung karena rem bus agak bermasalah. Tiba di Barabai pada jam 9.40 dan istirahat di warung sambil menunggu anak Kompas Borneo UNLAM datang.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali ke desa Batu Kembar menggunakan pick up carteran yang menarik biaya Rp. 25.000,- per orang. Perjalanan menuju desa Batu Kembar melalui daerah perbukitan yang di kiri-kanan jalan terdapat batu-batu besar dan tebing diperjalanan juga terlihat kabel-kabel listrik yang telah dipasang akan tetapi masih belum bisa digunakan sehingga listrik masih susah.
Sesampainya di Batu Kembar kami menginap di rumah warga yang biasa di panggil Julak dan rumah beliau tepat di samping rumah Kepala Desa Batu Kembar. Desa Batu Kembar merupakan desa kedua dari kaki pegunungan Meratus sebelum desa Kiyu. Di desa Batu Kembar masih belum terdapat listrik, sehingga mereka menggunakan tenaga surya sebagai pembangkit listrik. Mayoritas mata pencahrian penduduk adalah berladang/ bercocok tanam. Siang hari kami berdiskusi kecil dengan anak Kompas dan warga mengenai jalur yang akan kami lewati dan sore harinya kami mandi di sungai yang biasa dipakai warga untuk mandi dan mencuci pakaian. Malam harinya kami berkeliling desa Batu Kembar dan bersilaturahmi dengan warga yang memiliki keterampilan dalam membuat anyaman, selanjutnya ke tempat pembekal (semacam kepala adat) Desa Juhu. Setelah itu kembali ke tempat Julak untuk istirahat.
Quote:
Hari Ketiga
Jumat, 27 Maret 2009
Team pendakian terdiri dari lima anggota Mapala STMIK WiCiDa Samarinda, satu anggota Kompas Borneo Banjarmasin ( Ambo ) sebagai pengiring dan satu warga ( Utuh ) sebagai gaet. Sehabis sarapan perjalanan menuju puncak halau-halau dimulai jam 8.50. Dalam perjalanan kami banyak melewati rumah warga yang dominan masih terbuat dari kayu ( rumah panggung ) . Disana kami juga melewati sebuah LSM yang bergerak dalam bidang sosial ( penggilingan padi ) yang keuntungan bersihnya diberikan untuk anak yatim piatu, orang lanjut usia, honor guru tk dan hal-hal yang dianggap perlu untuk dibantu. Diperjalanan kami juga melewati tempat credit union sumber rejeki yang merupakan tempat pelayanan bintang karantika meratus ( BKM ). Kami sampai di desa kiyu pada pukul 09.20 dan terus melakukan perjalanan melewati 2 buah jembatan gantung. Jalanan yang kami lewati dipenuhi pohon-pohon bambu hingga kami singgah di sungai kiyu untuk istirahat menunggu utuh. Dikarenakan utuh lama tidak datang kami pun sepakat untuk melanjutkan perjalanan menuju basecamp1 sungai karuh. Di perjalanan kami menemukan pondok warga yang bercocok tanam, kami juga menemukan bekas upacara adat yang biasanya dilakukan pada masa penanaman padi. Kami terus melanjutkan perjalanan tanpa gaet dan menuruni sebuah bukit hingga kami kembali menemukan aliran sungai dan istirahat disana,setelah merasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan dan menemukan pondok yang hanya ditempati 3 orang anak kecil disana kita meminta lombok sebagai penambah logistik kami, kami lanjut berjalan melewati aliran mata air dan ternyata kami salah jalan dan akhirnya kami kembali dan mengambil jalur kiri aliran sungai pertama disana Toki dan Kabayan yang berjalan dibelakang bertemu dengan warga yang mengatakan bahwa kami salah jalur. Lalu Ambo dan Kabayan pun kembali mencari warga untuk bertanya jalur yang tepat sedangkan anggota team yang lain istirahat di aliran sungai kedua. Setelah bertanya dan mengetahui jalur kami pun kembali melanjutkan perjalan. Hingga pada akhirnya hp kami mendapatkan sinyal di punggungan tiranggang, di tiranggang kami telah banyak menemukan pacet. Setalah kami melewati puncak tiranggang kami menemukan 2 aliran sungai yang harus disebrangi untuk dapat mencapai base sungai karuh hingga pada pukul 19.13 kami sampai di base sungai karuh. Disana kami pun memulai aktivitas seperti mendirikan tenda, masak dan makan yang selesai pada pukul 21.30 dan kami pun beristirahat mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan esok.
Jumat, 27 Maret 2009
Team pendakian terdiri dari lima anggota Mapala STMIK WiCiDa Samarinda, satu anggota Kompas Borneo Banjarmasin ( Ambo ) sebagai pengiring dan satu warga ( Utuh ) sebagai gaet. Sehabis sarapan perjalanan menuju puncak halau-halau dimulai jam 8.50. Dalam perjalanan kami banyak melewati rumah warga yang dominan masih terbuat dari kayu ( rumah panggung ) . Disana kami juga melewati sebuah LSM yang bergerak dalam bidang sosial ( penggilingan padi ) yang keuntungan bersihnya diberikan untuk anak yatim piatu, orang lanjut usia, honor guru tk dan hal-hal yang dianggap perlu untuk dibantu. Diperjalanan kami juga melewati tempat credit union sumber rejeki yang merupakan tempat pelayanan bintang karantika meratus ( BKM ). Kami sampai di desa kiyu pada pukul 09.20 dan terus melakukan perjalanan melewati 2 buah jembatan gantung. Jalanan yang kami lewati dipenuhi pohon-pohon bambu hingga kami singgah di sungai kiyu untuk istirahat menunggu utuh. Dikarenakan utuh lama tidak datang kami pun sepakat untuk melanjutkan perjalanan menuju basecamp1 sungai karuh. Di perjalanan kami menemukan pondok warga yang bercocok tanam, kami juga menemukan bekas upacara adat yang biasanya dilakukan pada masa penanaman padi. Kami terus melanjutkan perjalanan tanpa gaet dan menuruni sebuah bukit hingga kami kembali menemukan aliran sungai dan istirahat disana,setelah merasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan dan menemukan pondok yang hanya ditempati 3 orang anak kecil disana kita meminta lombok sebagai penambah logistik kami, kami lanjut berjalan melewati aliran mata air dan ternyata kami salah jalan dan akhirnya kami kembali dan mengambil jalur kiri aliran sungai pertama disana Toki dan Kabayan yang berjalan dibelakang bertemu dengan warga yang mengatakan bahwa kami salah jalur. Lalu Ambo dan Kabayan pun kembali mencari warga untuk bertanya jalur yang tepat sedangkan anggota team yang lain istirahat di aliran sungai kedua. Setelah bertanya dan mengetahui jalur kami pun kembali melanjutkan perjalan. Hingga pada akhirnya hp kami mendapatkan sinyal di punggungan tiranggang, di tiranggang kami telah banyak menemukan pacet. Setalah kami melewati puncak tiranggang kami menemukan 2 aliran sungai yang harus disebrangi untuk dapat mencapai base sungai karuh hingga pada pukul 19.13 kami sampai di base sungai karuh. Disana kami pun memulai aktivitas seperti mendirikan tenda, masak dan makan yang selesai pada pukul 21.30 dan kami pun beristirahat mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan esok.
Quote:
Hari Keempat
Sabtu, 28 Maret 2009
Pendakian dilanjutkan kembali pada pukul 9.32 dengan kondisi alam yang tidak bersahabat dikarenakan hujan, medan yang dilalui terasa berat karena jalan yang dilalui licin dan becek serta banyak sekali pacat. Sesampainya di Jumantir, akhirnya bertemu kembali dengan utuh dan beberapa warga desa Kiyu yang sedang menangkap burung. Disini warga tersebut meminta sedikit logistic yang kami bawa karena beliau kehabisan logistik. Disini juga Amank dan Kabayan menitipkan pakaian yang basah kepada warga tersebut dan keesokan harinya akan diambil kembali. Mulai dari Jumantir ini peserta pendakian mulai terpisah, dikarenakan beberapa peserta sudah mulai kehabisan tenaga dan kondisi suhu yang mulai dingin. Ale, Kabayan dan ambo jalan didepan sedangkan sisanya jalan dibelakang. Sekitar pukul 14.30 Toki sesat dikarenakan tidak terlalu memperhatikan marker (tanda) jalan. Pukul 15.52 tiba di mata air terakhir. Dari mata air terakhir sampai puncak jalur yang dilewati relatif sulit dikarenakan sudut kemiringin antara 30-50 derajat. Tiba di Camp Penyaungan pada pukul 16.35, mulai dari sini perjalanan mulai agak berat dikarenakan suhu yang dingin dan sudut kemiringan berkisar antara 50-70 derajat. Pukul 17.21 tiba di puncak. Setelah sampai puncak kegiatan yang dilakukan istirahat dan masak, tenda sudah dipasang oleh tim yang datang terlebih dahulu. Pukul 21.00 makan malam dan setelah itu beberapa peserta pendakian ada yang mulai tidur dan sisanya lagi ngobrol tentang jalur yang dilewati tadi.
Sabtu, 28 Maret 2009
Pendakian dilanjutkan kembali pada pukul 9.32 dengan kondisi alam yang tidak bersahabat dikarenakan hujan, medan yang dilalui terasa berat karena jalan yang dilalui licin dan becek serta banyak sekali pacat. Sesampainya di Jumantir, akhirnya bertemu kembali dengan utuh dan beberapa warga desa Kiyu yang sedang menangkap burung. Disini warga tersebut meminta sedikit logistic yang kami bawa karena beliau kehabisan logistik. Disini juga Amank dan Kabayan menitipkan pakaian yang basah kepada warga tersebut dan keesokan harinya akan diambil kembali. Mulai dari Jumantir ini peserta pendakian mulai terpisah, dikarenakan beberapa peserta sudah mulai kehabisan tenaga dan kondisi suhu yang mulai dingin. Ale, Kabayan dan ambo jalan didepan sedangkan sisanya jalan dibelakang. Sekitar pukul 14.30 Toki sesat dikarenakan tidak terlalu memperhatikan marker (tanda) jalan. Pukul 15.52 tiba di mata air terakhir. Dari mata air terakhir sampai puncak jalur yang dilewati relatif sulit dikarenakan sudut kemiringin antara 30-50 derajat. Tiba di Camp Penyaungan pada pukul 16.35, mulai dari sini perjalanan mulai agak berat dikarenakan suhu yang dingin dan sudut kemiringan berkisar antara 50-70 derajat. Pukul 17.21 tiba di puncak. Setelah sampai puncak kegiatan yang dilakukan istirahat dan masak, tenda sudah dipasang oleh tim yang datang terlebih dahulu. Pukul 21.00 makan malam dan setelah itu beberapa peserta pendakian ada yang mulai tidur dan sisanya lagi ngobrol tentang jalur yang dilewati tadi.
0
22.9K
Kutip
133
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan