- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Masjid Lautze, Simbol Pembauran


TS
Gryhead
Masjid Lautze, Simbol Pembauran

Maaf bila thread ini ternyata

Bila bermanfaat minta Rate 5 nya


Masjid Lautze, Simbol Pembauran

China ternyata tidak hanya terkenal di mancanegara sebagai Negeri Kuning dengan Sungai Kuning-nya (Hwang Ho yang sekarang disebut Huang He).
Bila dilihat sejarah penyebaran agama Islam di nusantara, maka peran para penyebar ajaran agama Islam dari Negeri Kuning ini mempunyai kontribusi besar.
Merekalah yang kemudian disebut oleh masyarakat Jawa sebagai Kyai Kuning. Jejak Kyai Kuning itu sendiri sangat terlihat pada beberapa aristektur masjid tua dan bersejarah yang mengadopsi arsitektur khas Negeri Tiongkok yang dipadu dengan arsitektur lokal dan Timur Tengah.
Masjid Jami' Sumenep dan Asta tinggi yang monumental sebagai makam raja - raja Sumenep misalnya, memperlihatkan jejak - jejak peninggalan Kyai Kuning dalam pembangunan peradaban Islam.
Jejak Kyai Kuning di Indonesia
Cerita tentang Kyai Kuning ini sendiri, kata Sias Mawarani, pemerhati sejarah China Muslim di Indonesia, tidak lengkap tanpa menyebutkan kiprah Laksamana Cheng Hoo, yang memimpin pelayaran muhibah sebanyak tujuh kali (tahun 1405-1433), dan mengunjungi 30 negara di rantau melayu, Asia Selatan dan Timur Tengah.
Cheng Hoo dan armadanya, lanjut dia, mempunyai andil besar dalam penyebaran agama Islam di semenanjung melayu termasuk di Pulau Jawa dan Sumatera. "Diriwayatkan pula bahwa armada Cheng Hoo memberikan beberapan kemahirannya di berbagai disiplin ilmu seperti perikanan, pertanian, peternakan dan pertukangan," jelasnya kepada Beritasatu.com.
Kisah Heroik Kyai Kuning dalam syiar agama Islam dilakukan pula oleh kepeloporan Pangeran Jin Bun putra Prabu Brawijaya (1453 - 1478), dari seorang selir berdarah China yang dalam beberapa catatan sejarah disebutkan beragama Islam.
Pangeran Jin Bun kemudian diberi kedudukan sebagai Bupati Demak yang bergelar Raden Patah. Dari Demaklah gerakan reformasi sang Kyai Kuning di mulai. Raden Patah melihat kebesaran Majapahit hanyalah semu belaka, sebab persatuan dalam negeri melemah, sementara penyebaran agama Islam di Pantai Utara dan Pesisir Timur Pulau Jawa sudah demikian meluasnya yang dipelopori oleh pedagang - pedagang Tiongkok yang sebagian besar beragama Islam dan dukungan dari para sunan yang terkenal sebagai wali sembilan (wali songo).
Pada sekitar tahun 1500 M, Raden Patah yang dikenal pula dengan nama Raden Bintoro secara terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi. Dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam antara lain Gresik, Tuban dan Jepara, Raden Patah mendirikan Kesultanan Islam yang berpusat di Demak.
"Dari Demaklah cita - cita Kyai Kuning untuk penyebaran dan pengembangan syiar Islam dimulai, dan dari sinilah kebangkitan Islam pada mulanya diperjuangkan hingga ke penjuru nusantara," jelas Sias.
Kiprah H Abdul Karim Oei
Dua Kyai Kuning lainnya yang mempunyai andil cukup besar bagi gerakan pembaruan dan pembauran di kalangan masyarakat etnis Tionghoa adalah Haji Abdul Karim Oei Tjeng Hien dan Haji Yunus Yahya alias Lauw Chuan Tho.
Haji Muhammad Ali Karim Oei, Ketua Umum Yayasan Haji Karim Oei mengatakan, ayahandanya, Abdul Karim, masuk Islam di tahun 30-an dan sangat akrab dengan Presiden Soekarno dan Buya Hamka. "Beliau seorang tokoh Muhammadiyah dan pionir dakwah, pejuang kemerdekaan, muslim yang taat dan sukses di bidang ekonomi," jelasnya kepada Beritasatu.com.
Haji Karim Oei, lanjut dia, dikenal sebagai tokoh pembaruan dan pembauran di kalangan etnis Tionghoa Muslim di Indonesia. perjuangannya ini, kemudian dilanjutkan oleh Haji Yunus Yahya yang mendirikan Yayasan Haji Kariem Oei (YHKO), pada tanggal 9 April 1991, dengan mengontrak ruko di Jalan Lautze 87-89 Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Yayasan ini, kata Ali Karim, kemudian menghimpun jamaah muslim dari etnis Tionghoa dan masyarakat sekitar untuk mendirikan sebuah masjid sebagai pusat Syiar Islam yang diberi nama Masjid Lautze (1993) di tempat yang sama.
"Lautze sendiri artinya guru. Jadi masjid ini merupakan "guru" yang menyebarkan agama Islam dan siapapun yang ingin memelajari Islam bisa datang ke sini. Masjid ini juga merupakan satu-satunya masjid etnis Tionghoa yang berada di antara sekian banyak kelenteng atau wihara yang ada di sepanjang jalan Lautze," jelasnya panjang lebar.
Gedung tempat masjid Lautze, lanjut dia, akhirnya menjadi milik yayasan pada tahun 1998, setelah YHKO mendapatkan bantuan dana dari BJ Habibie melalui Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) untuk membeli gedung 4 lantai tersebut.
Gabungan Tiga Budaya
Masjid ini, kata Ali Karim, sengaja dirancang dengan menggabungkan antara budaya Timur Tengah, China, dan Indonesia. Warna merah mendominasi warna ruangan dan perabotan di dalamnya sebagai ciri khas etnis Tionghoa. Sedikit lengkungan di beberapa bagian, mencirikan nuansa Islam dan Timur Tengah.
Hal ini diperkuat dengan hiasan kaligrafi Alquran di beberapa bagian yang semakin menguatkan, bahwa ruko tersebut adalah masjid. Perpaduan ini sangat pas dengan lokasinya yang memang terletak di area Pecinan (China town), Pasar Baru, Jakarta Pusat.
"Masjid Lautze menempati dua lantai, lantai tiganya untuk yayasan, sedangkan lantai empat untuk ruang serba guna (aula) yang baru saja selesai direnovasi," jelas Ali Karim yang merupakan anak bungsu Abdul Karim.
Sehari-harinya masjid ini buka mulai pukul 09.00 -17.00 WIB, sedangkan pengajian rutin digelar setiap hari Minggu. Nah, selama Ramadan, kegiatan rutin tersebut tidak berubah. Hanya saja ada kegiatan selama bulan suci tersebut ada kegiatan tambahan, yaitu setiap Sabtu digelar Takjil (buka puasa bersama) dan Salat Tarawih.
Masjid Lautze sendiri kini sudah tersebar di beberapa kota besar lainnya seperti Tangerang dan Bandung, dengan fungsi yang sama, yaitu, sebagai pusat informasi Islam etnis Tionghoa.
Peran Kyai Kuning seperti yang telah dilakukan oleh Haji Abdul Karim Oei Tjeng Hien dan Haji Yunus Yahya dalam gerakan pembaruan dan pembauran ini, sesungguhnya bisa menjadi inspirasi yang menumbuhkan kesadaran sebagai anak bangsa untuk bangkit dan bersatu dalam membangun satu negeri Indonesia.
0
2.9K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan