mastertonjayAvatar border
TS
mastertonjay
Biografi jendral Ryamizard Ryacudu

Nama:
Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu
Lahir:
Palembang, 21 April 1950
Agama:
Islam
Jabatan Terakhir:
Kepala Staf Angkatan Darat
Istri:
Nora Trystiana
Anak-anak:
Ryano Patriot, Dwinanda Patriot dan Tryananda Patriot
Ayah:
Brigen (Purn) Ryacudu (Alm)

Pendidikan:
- STM Jurusan Mesin
- Akabri Darat, lulus 1973
- Suscapa (1985-1986)
- Seskoad, 1991

Karier militer:
- Komandan Peleton di Kodam XII Tanjungpura
- Komandan Kompi di Kodam XII Tanjungpura
- Komandan batalion di Kodam XII Tanjungpura
- Komandan Brigade Infanteri 17 Kostrad
- Aspos Kasdam VII/Wirabuana
- Kepala Staf Divif 2/Kostrad
- Kasdam II/Sriwijaya
- Pangdif 2/Kostrad
- Kepala Staf Kostrad
- Panglima Kodam V/Brawijaya (1999)
- Pangdam Jaya (1999-2000)
- Pangkostrad (Agustus 2000 - 2002)
- KSAD 2002 - 2005

Mantan Kepala Staf AD yang sempat dicalonkan Presiden Megawati menjadi Panglima TNI, ini seorang prajurit sejati yang memiliki kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual. Mantan Pangkostrad ini kelahiran Palembang, 21 April 1950, ini selain sangat irit bicara soal politik, juga dikenal taat menjalankan ibadah agama.

antan Pangkostrad ini senantiasa meminta kekuatan lahir dan batin agar mampu menjalankan amanah sebagai tentara yang bertaqwa dan dimuliakan Allah.

Prajurit pejuang ini selain sangat irit bicara soal politik, juga dikenal taat menjalankan ibadah agama. Sejak masa muda, ia bercita-cita dan bertekad menjadi prajurit yang baik, profesional dan bertakwa.

Ryamizard Ryacudu lahir dan dibesarkan dalam keluarga tentara. Ayahnya yang bernama Ryacudu (almarhum), adalah seorang brigadir jenderal TNI purnawirawan yang ketika berdinas aktif dikenal sebagai seorang pengagum dan kepercayaan Presiden Soekarno.

Keluarga ini juga dikenal sangat menekankan pentingnya pendidikan agama. Maka ketika kecil, Ryamizard dijuluki "Si Hadis" karena kepandaiannya menghafal sejumlah hadis Rasulullah. Panggilannya meningkat lagi menjadi "Pak Kiai" saat ia taruna militer.

Ia memang taat menjalankan ibadah agama, salat lima waktu dan puasa sunnah Senin-Kamis. Ketika menjabat Pangdam V Brawijaya pun, dengan pangkat jenderal bintang dua, dia sering mengikuti berbagai macam kajian keagamaan termasuk tasawuf dan tarekat dengan berpegang pada Al-Qur'an dan hadis Rasul.

Sehingga ia tersepuh menjadi seorang prajurit yang memiliki bekal kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, yang menuntunnya menjadi prajurit profesional yang baik dan bertaqwa. Selain dengan mengandalkan kedalaman kecerdasan dan keterampilan kemiliteran (intelektual) dan pengendalian emosi (kecerdasan emosional), dia senantiasa meminta kekuatan lahir dan batin (kecerdasan spiritual) agar mampu menjalankan amanah sebagai tentara yang bertaqwa dan dimuliakan Allah.

Kebanggaan akan figur ayah menjadi alasan utama Ryamizard memutuskan masuk tentara. Tidak ada unsur keterpaksaan. Kebanggaan akan figur itu disebabkan oleh sang ayah selain sangat menekankan pentingnya pendidikan agama dalam keluarga, sepanjang berkarir di militer pun si ayah mengabdikan seluruh hidupnya bagi bangsa dan negara. Pesan Sang Ayah kepada Ryamizard adalah agar menjadi tentara yang profesional.

Selain memedomani pesan tersebut, sikap keras ayah ikut pula diwarisinya. Dia melihat bahwa negara ini adalah milik seluruh bangsa Indonesia. Karena itu, kalau ingin negara ini aman tenteram, maka seluruh bangsa Indonesia sendirilah yang harus membuatnya.

Dalam menjalankan tugas, ia selalu berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal itu didorong keinginannya menjadi prajurit yang baik, profesional dan bertakwa.

Ia pun telah menjadi seorang prajurit sejati yang profesional, sesuai keinginan sang ayah. Komitmen profesionalisme militer itu pernah ditunjukkannya bersama rekan-rekan seangkatannya lulusan AMN 1973, dalam buku "Indonesia Baru dan Tantangan TNI, Pemikiran Masa Depan." Buku itu antara lain bicara soal doktrin Dwifungsi ABRI yang telah lama bercokol di pentas perpolitikan nasional. Inti sari isi buku itu adalah menganjurkan agar tentara kembali ke tugas profesionalnya sebagai militer.

Mantan Pangdam Jaya ini memperistri Nora Trystiana putri Jenderal TNI Try Sutrisno yang mantan Wakil Presiden RI. Dikaruniai tiga orang anak, Ryano Patriot, Dwinanda Patriot , dan Tryananda Patriot.

Nama alumni pendidikan militer Akabri Darat tahun 1973, ini mulai dikenal luas saat menjadi salah satu komandan Kontingen Garuda XII di Kamboja pada 1990-an, tatkala berpangkat kolonel. Ia banyak menjadi sumber berita. Dari Kamboja ia menjadi Komandan Brigade Infanteri 17 Kostrad, lalu Aspos Kasdam VII/Wirabuana, lalu Kepala Staf Divif 2/Kostrad, Kasdam II/Sriwijaya, Pangdif 2/Kostrad, Kepala Staf Kostrad, dan yang terbaru sebagai Panglima Kodam V/Brawijaya (1999), Pangdam Jaya (1999-2000), Pangkostrad (Agustus 2000 - 2002), dan menjadi KSAD sejak 2002.

Jenderal berbintang empat, ini berasal dari daerah yang sama dan dekat pula dengan Taufiq Kiemas suami Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Maka saat diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), ia harus menghadapi isu bermacam-macam. Misalnya, isu dikatrol menjadi KSAD karena nepotisme dan koneksi Palembang. Tetapi, "Saya bukan Palembangisme," bantahnya tegas.

Bintangnya mulai bersinar saat berpangkat kolonel. Namun, dia mulai diperhitungkan sebagai prajurit sejati saat melakukan gelar pasukan sehari sebelum Presiden Abdurrahman Wahid menyampaikan pidato pertanggungjawaban di Sidang Istimewa (SI) MPR, Minggu 22 Juli 2001. Itu adalah masa menjelang kejatuhan Wahid.

Sehingga, gelar pasukan itu dinilai berbagai pihak sebagai sinyal keberpihakan TNI terhadap masa depan bangsa yang lebih baik mengingat doktrin politik TNI adalah doktrin politik negara. Apa yang terbaik bagi negara adalah yang terbaik bagi TNI.

Gelar pasukan yang kata Ryamizard sudah seizin Presiden Wahid, bertajuk Apel Kesiapan TNI di Silang Monas tepat di depan Istana Merdeka diikuti tak kurang 2.000 personil TNI dan dipimpin langsung oleh Ryamizard Ryacudu, selaku Pangkostrad jenderal berbintang tiga ketika itu. Antara lain disertakan 81 kendaraan lapis baja dari Kostrad dan Korps Marinir.

Yang menarik, sebelum sampai ke tempat upacara, kendaraan lapis baja itu telah lebih dahulu melintasi jalan-jalan utama di Jakarta dan menarik perhatian masyarakat. Unsur yang dilibatkan ketika itu adalah TNI Angkatan Darat (AD) yang terdiri dari Batalyon 323 dan 320 (420 personel), Yon Linud 328 (160), Kopassus TNI AD (180), Kodam Jaya yang terdiri dari Yon Kav 7 dan 9 (200), Yon 203 (225), Marinir TNI AL (535), Armada Barat TNI AL (206), dan Skuadron 461 Korpaskhas TNI AU (120).

"Tidak ada yang istimewa dalam apel ini. Apel ini adalah apel yang biasa dilakukan seluruh prajurit. Tujuan utama apel ini untuk kekompakan, karena dengan kekompakan yang ditunjukkan ke masyarakat diharapkan masyarakat merasa tenang, aman, dan terlindungi," kata Ryamizard waktu itu.

Apel serupa kembali digelar Ryamizrad menjelang akhir 2003 lalu, sudah dalam jabatannya sebagai KSAD. Namanya Gelar Juang Kartika TNI Angkatan Darat. Pesannya sederhana saja, memberi warning agar Pemilu 2004 tidak berdarah-darah. Namun, anehnya warning ini malah dianggap beberapa orang politisi dan pengamat politik sebagai pertanda masih adanya niat militer memasuki area pilitik. Hal yang kemudian dibantahnya dengan tegas.

Profesional
Sikap profesionalisme Ryamizrad selalu tampak menonjol dalam memandang setiap persoalan konflik di daerah. Tentang keberadaan TNI di daerah konflik itu -- yang suka tidak suka, pasti menimbulkan ekses berupa korban jiwa maupun harta benda di kalangan tentara, gerakan separatis, dan rakyat sipil yang kadang lalu dimanfaatkan sekelompok orang tertentu untuk menyudutkan tentara -- Ramizard menyebutkan bahwa keberadaan militer di wilayah-wilayah konflik itu adalah atas kebijakan pemerintah.

Namun ia melihat, seringkali benturan-benturan yang terjadi di lapangan secara tidak langsung disebabkan oleh kebijakan politik yang tak pasti dalam penyelesaian konflik dan/atau separatisme di daerah.

Dia menggambarkan, tentara maunya tinggal "pithes" atau pencet saja jika ingin menyelesaikan persoalan di daerah konflik.

Namun, menurutnya, setiap konflik mempunyai akar persoalan dan cara penyelasaian yang berbeda terutama dari sudut pandang TNI. Daerah konflik Aceh, misalnya, sepanjang Gerakan Separatis Aceh (GSA) menginginkan merdeka dan tidak mau mengakui NKRI maka Ryamizard yakin perdamaian pasti tidak akan tercapai. Sebab TNI maunya Aceh tetap bagian dari NKRI. Karena itu, solusinya adalah GSA harus bergabung dan mengakui NKRI, baru persoalan akan selesai.

Tentang Papua, menurutnya, penyelesaiannya sudah lebih ke arah politis yang juga melibatkan negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia. Dan itu urusannya para politisi. Kata Ryamizard, di sini urusan tentara adalah dengan kekuatan senjata yang tinggal pencet saja sebab jaringan separatis sudah diketahui di mana-mana.

Di kalangan militer, Ryamizard memang dianggap benar-benar prajurit profesional dan tidak banyak melakukan politicking. Karir politiknya diperkirakan akan mencapai puncak, pada waktunya.
0
74.8K
123
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan