Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

km_okAvatar border
TS
km_ok
DUA DUANYA PEMIMPIN YG BERAGAMA ISLAM APA YG DIPERDEBATKAN
Menjual Ayat-ayat Allah (Tafsir QS at-Taubah : 9)
Posted by Hisyam Ad dien Al Qur'an, Kajian Umum Online, Tafsir 6:21 AM

Oleh MR Kurnia
]اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللهِ ثَمَنًا قَلِيلاً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ[

Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan.
(QS at-Taubah [9]: 9).


Makna Umum
Surat at-Taubah (9) ayat 9 ini merupakan gambaran kaum Musyrik, yang biasa menukar ayat-ayat Allah Swt. dengan harga yang rendah. Mereka memutarbalikkan ayat-ayat tersebut hanya untuk mendapatkan kepentingan dunia, baik berupa kekuasaan, kepemimpinan, maupun harta dengan cara menghalangi manusia untuk beriman sehingga loyalitasnya tetap untuk mereka. Sekalipun obyek ayat ini adalah kaum Musyrik, adanya penyifatan, “Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan,” menunjukkan bahwa siapapun orang yang melakukan perbuatan tersebut berarti melakukan perbuatan paling buruk, yang tentu saja diharamkan.
Keharaman menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah ini ditegaskan oleh qarâ’in (indikasi-indikasi) dalam banyak ayat. Di antaranya, mereka yang melakukan hal tersebut berarti melakukan perbuatan amat buruk (QS Ali Imran [3]:187 dan at-Taubah [9]: 9); mereka celaka (QS al-Baqarah [2]: 79); membeli kesesatan dengan petunjuk; membeli siksa dengan ampunan (QS al-Baqarah [2]: 174-175). Semua ini secara tegas menunjukkan keharaman perbuatan tersebut.
Lebih jauh, pengertian ‘menjual ayat-ayat Allah Swt. dengan harga murah’ ini dijelaskan dalam ayat-ayat lain. Pertama, menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu menyatakan, “Ini dari Allah,” padahal bukan. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 79). Mereka memutar-mutar lidahnya membaca al-Kitab, dan membuat-buat legalisasi seakan apa yang diungkapkannya adalah wahyu, padahal itu berasal dari logika mereka sendiri (QS Ali Imran [3]: 77-78).
Kedua, menyembunyikan ayat Allah. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 174-175). Mereka membeli kesesatan dengan petunjuk, membeli siksa dengan ampunan. Allah mengambil janji untuk menerangkan isi Kitab dan tidak menyembunyikannya. Akan tetapi, mereka melemparkan janji itu dan menukarnya dengan harga sedikit. (Lihat: QS Ali Imran [3]:187).
Ketiga, orang-orang yang beriman kepada Allah dan pada wahyu yang diturunkan kepada para nabi apa adanya, mereka itu orang yang tidak menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka tidak terpedaya oleh kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan dan perusahaan orang kafir. Artinya, perbuatan tidak mengimaninya merupakan tindakan menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah. (Lihat: QS Ali Imran [3]: 196-199).
Keempat, tidak menghukumi setiap perkara dengan ayat-ayat Allah Swt. dan menggantinya dengan yang lain karena takut kepada manusia. (Lihat: QS al-Maidah [5]: 44).
Penyebab sebenarnya orang yang menukar ayat Allah dengan harga murah adalah: (1) lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah Swt. (Lihat: QS al-Maidah [5]: 44); (2) untuk kepentingan orang lain (Lihat: QS al-Maidah [5]: 106); dan puncaknya (3) untuk menghalang-halangi manusia dari jalan Allah Swt. (Lihat: QS at-Taubah [9]: 9). Walhasil, semuanya ditujukan semata-mata untuk kepentingan dunia.
Larangan menjual atau menukar ayat-ayat Allah Swt. dengan harga sedikit tidak bisa dipahami sebagai ‘kalau harganya mahal adalah boleh’. Sebab, sekalipun perbuatannya itu dihargai dengan seluruh dunia dan segala isinya, semua itu tetap sedikit. Dunia dengan segala kesenangannya hanyalah seonggok perhiasan yang penuh tipuan. Apa yang ada di dunia akan lenyap sementara apa yang ada pada sisi Allah kekal (QS an-Nahl [16]: 96). Dunia tidak ada artinya apa-apa jika dibandingkan dengan ampunan dan ridha Allah Swt. yang salah satu wujudnya adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi (QS Ali Imran [3]: 133). Kunci agar seseorang tidak terjerumus ke dalam tindakan menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah adalah betul-betul bertakwa kepada Allah Swt. (QS al-Baqarah [2]: 41).

Pendapat Para Ahli Tafsir
Pengertian surat at-Taubah (9) ayat 9 ini ak:an lebih dapat dipahami dengan menyandingkannya dengan ayat berikut:

]وَءَامِنُوا بِمَا أَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ وَلاَ تَكُونُوا أَوَّلَ كَافِرٍ بِهِ وَلاَ تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلاً وَإِيَّايَ فَاتَّقُونِ[
Berimanlah kalian kepada apa yang telah Aku turunkan (al-Quran) yang membenarkan apa yang ada pada kalian (Taurat). Janganlah kalian menjadi orang yang pertama kafir kepadanya dan janganlah kalian menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah. Hanya kepada Akulah kalian harus bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 41).


Al-Baqarah [2] ayat 41: Kalimat Janganlah kalian menjual (wa lâ tasytarû) merupakan ma’thûf bagi kalimat dan janganlah kalian menjadi orang kafir pertama (wa lâ takûnû…). Dia melarang mereka kafir dan mengambil harga atas ayat-ayat Allah, yakni dengan mengubah sifat-sifat Muhammad saw. Dulu para pendeta melakukan hal tersebut, maka mereka dilarang melakukannya. Ada juga yang mengatakan “Janganlah kalian menjual…,” artinya, “Janganlah kalian menjual perintah-perintah-Ku, larangan-larangan-Ku, dan ayat-ayat-Ku dengan harga yang kecil; yakni dunia, keluasannya, dan kehidupannya yang memang sedikit (nazrun) karena bahaya yang dikandungnya. Apa yang mereka tukarkan tersebut disebut harga (tsaman) karena mereka menjadikannya sebagai imbalan (‘iwâdh). Karena itu, istilah harga diterapkan padanya sekalipun sebenarnya bukanlah harga. Sekalipun ayat ini khusus bagi Bani Israil, ayat ini mencakup siapapun yang mengerjakan perbuatan mereka. Karena itu, siapa saja yang mengambil sogokan (risywah) untuk mengubah kebenaran, menyatakan batil suatu kebenaran, menolak mengajarkan apa yang wajib dia ajarkan, menolak melakukan apa yang ia ketahui, ia masuk kedalam topik ayat tersebut. Wallâhu a‘lam.



Renungan
Pengalaman menunjukkan bahwa pada saat-saat pemilihan umum (Pemilu) sering ayat-ayat al-Quran disajikan. Jika penyajian tersebut dalam rangka menjelaskan hukum dan upaya untuk memperjuangkannya untuk diterapkan di tengah kehidupan, maka hal tersebut merupakan tuntutan Islam. Akan tetapi, sayangnya, banyak ayat-ayat tersebut sekadar untuk meraih dukungan, disajikan dalam konteks perolehan suara, dan setelah itu selesailah sudah.
Keluarlah ayat bahwa kalimat yang baik laksana pohon yang baik (seperti disitir dalam QS Ibrahim [14]: 24) untuk mempromosikan lambang partainya yang berbentuk pohon. Diungkaplah pernyataan umat Nabi Musa dalam QS al-Maidah [5] ayat 24, “Pergilah engkau bersama Tuhanmu, berperanglah kalian berdua, kami di sini cukup duduk saja,” untuk melegalisasi keikutsertaan dalam sistem kufur dan menyindir orang yang tidak mau terlibat dalam sistem tersebut. Juga, dieksploitasilah ayat-ayat syura (seperti dalam QS Ali Imran [3]: 159 dan QS asy-Syura [42]: 38) dengan menyatakan bahwa syura adalah demokrasi—dalam rangka melegalkan sistem demokrasi dan meraih dukungan bagi partainya. Banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang bertebaran saat Pemilu, yang sayangnya jauh dari pengertian sesungguhnya, dan tampak dipaksakan hanya sekadar untuk meraih dukungan.
Wahai kaum Muslim, waspadalah, jangan sampai terjerumus pada katagori, “menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah!” []
0
2.3K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan