- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tumaninah: sebuah teknik relaksasi dalam shalat yg telah dilupakan umat muslim


TS
muhas14
Tumaninah: sebuah teknik relaksasi dalam shalat yg telah dilupakan umat muslim


HT
Quote:
-PENDAHULUAN-
Quote:

Sallaam buat agan-sista
berikut ada ilmu yg pasti sangat berguna bagi kita.
tenang dalam menjalankan sholat.
kalo umat muslim melakukan sholat dengan tanpa tukmaninah, tanpa ketenangan, dengan terburu-buru, bisa dipastikan sholat kita batal, dan wajib hukumnya diulang.
oleh krn islam bukan agama berandai-andai, berikut ada kutipkan ilmu yg bermanfaat dr buku pelatihan shalat khusyu, karya Abu sangkan. Silahkan dibaca, semoga bermanfaat bagi kita semua

berikut ada ilmu yg pasti sangat berguna bagi kita.
tenang dalam menjalankan sholat.

kalo umat muslim melakukan sholat dengan tanpa tukmaninah, tanpa ketenangan, dengan terburu-buru, bisa dipastikan sholat kita batal, dan wajib hukumnya diulang.

oleh krn islam bukan agama berandai-andai, berikut ada kutipkan ilmu yg bermanfaat dr buku pelatihan shalat khusyu, karya Abu sangkan. Silahkan dibaca, semoga bermanfaat bagi kita semua

TUMA'NINAH
sebuah teknik relaksasi dalam shalat yg telah dilupakan umat muslim

sebuah teknik relaksasi dalam shalat yg telah dilupakan umat muslim

Quote:
Sebuah riwayat rnenerangkan, bahwa sebelurn shalat Subuh, Rasulullah mempunyai kebiasaan melakukan istirahat dalarn posisi tiduran miring yang disebut qailulah. Kebiasan ini belau lakukan pula menjelang shalat Dhuhur. Relaksasi sebigaimana Rasulullah lakukan rnerupakan hal penting bagi orang yang hendak melakukan shalat, karena shalat rnerupakan jalan meditasi atau perjalanan jiwamenuju Allah sehingga diperlukan persiapan yang serius namun rileks.

Shalat berbeda dengan olah raga, karena shalat sepenuhnya bersifat terapi, baik fisik maupun jiwa. Gerakan tubuh pada saat shalat, tidak dilakukan dengan hentakkan atau gerakan keras seperti halnya orang olah raga senarn dalarn peregangan otot, akan tetapi gerakan shalat dilakukan dengan rileks dan pengendoran tubuh secara alarniah, seperti gerakan orang ngulet saat bangun tidur. Orang tai chi pun melakukan meditasi dengan gerakan ngulet, yaitu gerakan yang telah dipola Mengikuti alur tubuh secara alarni. Di dalarn tum'aninah, aspek meditasi jelas sekali. Saat berdiri, benar-benar berdiri. Bukan berdiri seperti orang berupacara bendera atau berdiri seperti orang latihan karate, tetapi berdirilah yang tenang dan kendor agar seluruh organ tubuh berada dalam posisinya secara alami.Anda bisa merasakannya pada saat Anda berdiri di tepi pantai melihat pemandangan yang indah, debur ombak bergulungan menghampiri sampai menyentuh kaki Anda. Saat itu tubuh Anda sangat rileks, seluruh organ tubuh menempati posisinya. Anda berdiri nyaman dan santai, seperti berdirinya anak kecil usia balita.

Berdirinya orang dewasa terlihat kaku dan terpola oleh pikirannya, karena menganggap jika berdiri seharusnya seperti peragawan, tegap seperti militer, atau seperti berdirinya orang sedang memamerkan baju yang baru dibelinya dari Paris, arloji dari Swiss, serta sepatu kulit dari ltalia. Postur orang dewasa seperti inilah yang membuat orang gampang merasa jenuh dan stress karena berdiri tidak secara alami. Banyak dokter terkemuka meyakini bahwa penyakit-penyakit modern dan penuaan dini antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan orang dalam menghadapi stress.
Kebanyakan dari kita telah lupa tentang bagaimana caranya rileks. Padahal kita pernah mengetahuinya secara naluriah semasa bayi, namun pelan-pelan melupakannya ketika kita tumbuh menjadi dewasa. Sementara itu, kecepatan dan tekanan hidup modern mulai membuat kita lelah. jika Anda mempunyai kecenderungan untuk menjadi terlalu intelek, belajarlah untuk berpindah ke sisi emosional dan intuitif alamiah Anda dengan menjadi lebih terbuka dan menerima apa yang dikatakan hati nurani Anda, yaitu ikhlas. Suatu sikap yang diajarkan Islam, yang bermakna rileks yang paling dalam seperti yang pernah kita lakukan saat masih bayi.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan shalat dengan tum'aninah (rileks), yaitu sikap tenang atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna, seperti yang digambarkan dalam hadits berikut:
"Apabila kamu rukuk letakkanlah kedua telapak tanganmu pada lututmu, kemudian renggangkanlah jari-jarimu,lalu diamlah, sehingga setiap anggota badan (ruas tulang belakang) kembali pada tempatnya." (HR Ibnu khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Shalallahu'alaihi wasallam pernah masuk masjid. Nabi bersabda : "Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma'ninah dalam keadaan ruku', kemudian bangkitlah sehingga i'tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma'ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma'ninah dalam keadaan duduk, ke-mudian sujudlah sehingga tuma'ninah dalam keadaan sujud kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu. "(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad,tetapi dalam muslim tidak terdapat sebutan sujud kedua).

Tentang lamanya waktu tuma'ninah, kadang Rasulullah SAW melaksanakannya cukup lama seperti digambarkan dalam hadits berikut ini
Sesungguhnya Anas pernah berkata: Sungguh aku tidak kuasa shalat dengan kamu sebagaimana aku pernah melihat Rasulullah Saw. shalat dengan kami, yaitu apabila mengangkat kepalanya dari ruku', beliau berdiri tegak sehingga orang2 menduga bahwa belau lupa, dan apabila mengangkat kepalanya dari sujud, beliau diam sehingga orang2 menduga bahwa beliau lupa." (HR. Bukhari dan muslim)
"Aku shalat bersama Rasullullah pada suatu malam: Rasulullah senantiasa berdiri lama sehingga ada perasaan yang tidak baik dalam hatiku (ngedumel). Lalu ditanya oleh beliau, Niat yang tidak baik apakah yang kamu rasakan? Ketika engkau berdiri lama aku ingin cepat-cepat duduk dan ingin
meninggalkan shalat bersamamu (HR. Bukhari dan muslim).
Dalam riwayat hadits yang lainnya :
Adalah bagi Rasulullah saw dua kali terdiam tidak menyebut apa-apa ketika membuka shalat (iftitah) dan terdiam ketika selesai membaca Al Faatiha. " (Diriwayatkan oleh:Ash habus Sunan & Wail bin Hajar).
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw masuk ke masjid dan scorang laki-laki juga masuk ke masjid mengerjakan shalat, kemudian menghampiri Rasulullah Saw dan mengucapkan salam kepada-Nya. Rasulullah Saw menjawab salamnya dan berkata:Kembalilah! ulangi shalatmu, sebab "kau belum mengerjakan shalat. la kembali & ,mengerakan shalatnya dengan cara yang sama sebaagaimana ia telah lakukan terlebih dahulu, & kembali & menyalami Rasuluflah Saw. Baginda berkata kembalilah! Ulangi shalatmu karena kamu belum meakukan shalat. Ini terjadi sampai tiga kali. Kemudian lelaki itu berkata: Demi Dia yang mengutus kamu dengan kebenaran ! Saya tidak dapat melakukan shalat lebih baik daripada ini. Oleh sebab itu ajarilah saya untuk shalat.Rasulullah Saw menjawab: Apabila kamu berdiri untuk mengerjakan shalat ucapkan takbir (katakan Allahu Akbar), kemudian membaca (dari) Al Qur'an ayat apa saja yang kamu dapat baca. Kemudian engkau pergi ruku' dan ruku'lah dengan tenang dan kemudian engkau berdiri dari ruku, dan berdirifah dengan tenang, & kemudian kamu bangun dari sujud dan kamu pergi dalam qoadah (posisi duduk) dengan tenang. Kerjakan semua ini (dengan hati -hati) dalam seluruh shalatmu.(HR. Bukhari).
Kebanyakan orang mengira, bahwa jurnhah bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan sebagai ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk, maupun sujud. Padahal bacaan itu bukanlah sebuah aba-aba dalam shalat kita. Setiap bacaan yang diulang-ulang merupakan aspek meditasi, autoterapi, autosugesti, berdoa, mencari inspirasi, penyembuhan, menunggu intuisi atau petunjuk, bahkan untuk menemukan sebuah ketenangan yang dalam. Akibatnya bisa jadi lamanya berdiri mencapai lima menit, duduknya 5 menit, sujudnya 10 menit, sehingga lamanya shalat bisa mencapai lebih dari 1/2 jam. Apalagi shalat bukan hanya untuk menterapi mental tetapi juga untuk menterapi fisik agar bisa kendor dan rieks. Tentunya tidak mungkin dilakukan dengan terburu-buru, karena aspek meditatif dalarn shalat tidak akan ditemukan. jika dilakukan dengan tuma'ninah, selepas dari shalat kita akan mendapatkan apa yang dikatakan oleh muadzdzin sebagai perasaan lebih enak dari pada tidur atau peak experience.

Mengacu kepada Rasulullah, beliau melakukan i'tidal lama sekali sehingga oleh para jamaahnya dikira beliau lupa. Padahal bacaan yang dibaca pendek sekali dan bisa dilakukan dengan cepat,tetapi Rasulullah melakukannya dengan berdiri cukup lama. juga pada saat duduk, beliau melakukannya lama sekali sehingga juga dikira lupa.
Quote:

Shalat berbeda dengan olah raga, karena shalat sepenuhnya bersifat terapi, baik fisik maupun jiwa. Gerakan tubuh pada saat shalat, tidak dilakukan dengan hentakkan atau gerakan keras seperti halnya orang olah raga senarn dalarn peregangan otot, akan tetapi gerakan shalat dilakukan dengan rileks dan pengendoran tubuh secara alarniah, seperti gerakan orang ngulet saat bangun tidur. Orang tai chi pun melakukan meditasi dengan gerakan ngulet, yaitu gerakan yang telah dipola Mengikuti alur tubuh secara alarni. Di dalarn tum'aninah, aspek meditasi jelas sekali. Saat berdiri, benar-benar berdiri. Bukan berdiri seperti orang berupacara bendera atau berdiri seperti orang latihan karate, tetapi berdirilah yang tenang dan kendor agar seluruh organ tubuh berada dalam posisinya secara alami.Anda bisa merasakannya pada saat Anda berdiri di tepi pantai melihat pemandangan yang indah, debur ombak bergulungan menghampiri sampai menyentuh kaki Anda. Saat itu tubuh Anda sangat rileks, seluruh organ tubuh menempati posisinya. Anda berdiri nyaman dan santai, seperti berdirinya anak kecil usia balita.
Quote:

Berdirinya orang dewasa terlihat kaku dan terpola oleh pikirannya, karena menganggap jika berdiri seharusnya seperti peragawan, tegap seperti militer, atau seperti berdirinya orang sedang memamerkan baju yang baru dibelinya dari Paris, arloji dari Swiss, serta sepatu kulit dari ltalia. Postur orang dewasa seperti inilah yang membuat orang gampang merasa jenuh dan stress karena berdiri tidak secara alami. Banyak dokter terkemuka meyakini bahwa penyakit-penyakit modern dan penuaan dini antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan orang dalam menghadapi stress.
Kebanyakan dari kita telah lupa tentang bagaimana caranya rileks. Padahal kita pernah mengetahuinya secara naluriah semasa bayi, namun pelan-pelan melupakannya ketika kita tumbuh menjadi dewasa. Sementara itu, kecepatan dan tekanan hidup modern mulai membuat kita lelah. jika Anda mempunyai kecenderungan untuk menjadi terlalu intelek, belajarlah untuk berpindah ke sisi emosional dan intuitif alamiah Anda dengan menjadi lebih terbuka dan menerima apa yang dikatakan hati nurani Anda, yaitu ikhlas. Suatu sikap yang diajarkan Islam, yang bermakna rileks yang paling dalam seperti yang pernah kita lakukan saat masih bayi.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan shalat dengan tum'aninah (rileks), yaitu sikap tenang atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna, seperti yang digambarkan dalam hadits berikut:
"Apabila kamu rukuk letakkanlah kedua telapak tanganmu pada lututmu, kemudian renggangkanlah jari-jarimu,lalu diamlah, sehingga setiap anggota badan (ruas tulang belakang) kembali pada tempatnya." (HR Ibnu khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Shalallahu'alaihi wasallam pernah masuk masjid. Nabi bersabda : "Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma'ninah dalam keadaan ruku', kemudian bangkitlah sehingga i'tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma'ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma'ninah dalam keadaan duduk, ke-mudian sujudlah sehingga tuma'ninah dalam keadaan sujud kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu. "(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad,tetapi dalam muslim tidak terdapat sebutan sujud kedua).
Quote:

Tentang lamanya waktu tuma'ninah, kadang Rasulullah SAW melaksanakannya cukup lama seperti digambarkan dalam hadits berikut ini
Sesungguhnya Anas pernah berkata: Sungguh aku tidak kuasa shalat dengan kamu sebagaimana aku pernah melihat Rasulullah Saw. shalat dengan kami, yaitu apabila mengangkat kepalanya dari ruku', beliau berdiri tegak sehingga orang2 menduga bahwa belau lupa, dan apabila mengangkat kepalanya dari sujud, beliau diam sehingga orang2 menduga bahwa beliau lupa." (HR. Bukhari dan muslim)
"Aku shalat bersama Rasullullah pada suatu malam: Rasulullah senantiasa berdiri lama sehingga ada perasaan yang tidak baik dalam hatiku (ngedumel). Lalu ditanya oleh beliau, Niat yang tidak baik apakah yang kamu rasakan? Ketika engkau berdiri lama aku ingin cepat-cepat duduk dan ingin
meninggalkan shalat bersamamu (HR. Bukhari dan muslim).
Dalam riwayat hadits yang lainnya :
Adalah bagi Rasulullah saw dua kali terdiam tidak menyebut apa-apa ketika membuka shalat (iftitah) dan terdiam ketika selesai membaca Al Faatiha. " (Diriwayatkan oleh:Ash habus Sunan & Wail bin Hajar).
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw masuk ke masjid dan scorang laki-laki juga masuk ke masjid mengerjakan shalat, kemudian menghampiri Rasulullah Saw dan mengucapkan salam kepada-Nya. Rasulullah Saw menjawab salamnya dan berkata:Kembalilah! ulangi shalatmu, sebab "kau belum mengerjakan shalat. la kembali & ,mengerakan shalatnya dengan cara yang sama sebaagaimana ia telah lakukan terlebih dahulu, & kembali & menyalami Rasuluflah Saw. Baginda berkata kembalilah! Ulangi shalatmu karena kamu belum meakukan shalat. Ini terjadi sampai tiga kali. Kemudian lelaki itu berkata: Demi Dia yang mengutus kamu dengan kebenaran ! Saya tidak dapat melakukan shalat lebih baik daripada ini. Oleh sebab itu ajarilah saya untuk shalat.Rasulullah Saw menjawab: Apabila kamu berdiri untuk mengerjakan shalat ucapkan takbir (katakan Allahu Akbar), kemudian membaca (dari) Al Qur'an ayat apa saja yang kamu dapat baca. Kemudian engkau pergi ruku' dan ruku'lah dengan tenang dan kemudian engkau berdiri dari ruku, dan berdirifah dengan tenang, & kemudian kamu bangun dari sujud dan kamu pergi dalam qoadah (posisi duduk) dengan tenang. Kerjakan semua ini (dengan hati -hati) dalam seluruh shalatmu.(HR. Bukhari).
Kebanyakan orang mengira, bahwa jurnhah bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan sebagai ukuran waktu selesainya sikap berdiri, duduk, rukuk, maupun sujud. Padahal bacaan itu bukanlah sebuah aba-aba dalam shalat kita. Setiap bacaan yang diulang-ulang merupakan aspek meditasi, autoterapi, autosugesti, berdoa, mencari inspirasi, penyembuhan, menunggu intuisi atau petunjuk, bahkan untuk menemukan sebuah ketenangan yang dalam. Akibatnya bisa jadi lamanya berdiri mencapai lima menit, duduknya 5 menit, sujudnya 10 menit, sehingga lamanya shalat bisa mencapai lebih dari 1/2 jam. Apalagi shalat bukan hanya untuk menterapi mental tetapi juga untuk menterapi fisik agar bisa kendor dan rieks. Tentunya tidak mungkin dilakukan dengan terburu-buru, karena aspek meditatif dalarn shalat tidak akan ditemukan. jika dilakukan dengan tuma'ninah, selepas dari shalat kita akan mendapatkan apa yang dikatakan oleh muadzdzin sebagai perasaan lebih enak dari pada tidur atau peak experience.
Quote:

Mengacu kepada Rasulullah, beliau melakukan i'tidal lama sekali sehingga oleh para jamaahnya dikira beliau lupa. Padahal bacaan yang dibaca pendek sekali dan bisa dilakukan dengan cepat,tetapi Rasulullah melakukannya dengan berdiri cukup lama. juga pada saat duduk, beliau melakukannya lama sekali sehingga juga dikira lupa.
SUMBER: abu sangkan
Bersambung....



KEEP BROTHER GOOD
0
8.6K
Kutip
80
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan