- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
HAH???? Jadi selama ini kita makan SAMPAH?????
TS
Heriwiijaya
HAH???? Jadi selama ini kita makan SAMPAH?????
Ketua Alumni IPB: Buah Impor = Sampah
Jakarta - Ketua Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Said Didu kecewa terhadap sikap pemerintah menunda aturan pengetatan impor holtikultura (buah dan sayur), itu sama saja membiarkan masyarakat mengkonsumsi sampah.
"Kecewa, itu sama saja membiarkan masyarakat kita mengkonsumsi sampah dari negara lain," kata Said kepada detikFinance, Sabtu (16/6/2012).
Said menganggap buah impor sampah karena banyak terkandung zat kimia dalam tiap buah impor. "Saya ini ahli kimia juga, saya bisa tahu buah impor itu mengandung banyak zat kimia, masa kita mau dicekoki terus buah yang kaya zat kimia bukan kaya vitamin," tegas Said.
Menurut Said, banyak toko-toko buah yang ada di kecamatan-kecamatan seperti jeruk, apel, dan buah impor lainnya yang bisa masih bagus walau sudah satu bulan dipajang.
"Tidak ada buah yang murni dan alami bisa bertahan lama seperti itu, kalau pakai teknologi sekalipun seperti ditaruh dalam kulkas, seminggu sudah kering itu buah," jelasnya.
Dirinya juga mencibir pernyataan para pengusaha impor buah yang memposisikan dirinya sebagai patriot karena mensuplai kebutuhan buah masyarakat.
"Itu pernyataan yang sangat naif sekali, kalau mereka mau mengklaim diri sebagai patriot mulai hari ini berubah menjadi pedagang buah lokal dan berkebun buah lokal," ucapnya.
"Jangan lihat dari posisi keberadaan dan banyaknya buah impor di toko-toko buah, tapi lihatlah dan bandingkan dengan buah panen jutaan petani yang busuk karena kalah bersaing," katanya.
Selain itu, Said juga mengklaim para importir buah mendapatkan modal besar dari negara asal buah impor.
"Buah impor bisa ada di mana-mana dikarenakan mereka (pengusaha) mendapatkan kredit ekspor dari negara asa buah impor, saya sudah dapat informasinya.Jadi mereka (pengusaha) mendapatkan subsidi dari negara tersebut, berapa? Ya sebesar buah yang mereka impor," cetusnya.
Sumber : http://finance.detik.com/read/2012/0...-impor--sampah
Jakarta - Ketua Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Said Didu kecewa terhadap sikap pemerintah menunda aturan pengetatan impor holtikultura (buah dan sayur), itu sama saja membiarkan masyarakat mengkonsumsi sampah.
"Kecewa, itu sama saja membiarkan masyarakat kita mengkonsumsi sampah dari negara lain," kata Said kepada detikFinance, Sabtu (16/6/2012).
Said menganggap buah impor sampah karena banyak terkandung zat kimia dalam tiap buah impor. "Saya ini ahli kimia juga, saya bisa tahu buah impor itu mengandung banyak zat kimia, masa kita mau dicekoki terus buah yang kaya zat kimia bukan kaya vitamin," tegas Said.
Menurut Said, banyak toko-toko buah yang ada di kecamatan-kecamatan seperti jeruk, apel, dan buah impor lainnya yang bisa masih bagus walau sudah satu bulan dipajang.
"Tidak ada buah yang murni dan alami bisa bertahan lama seperti itu, kalau pakai teknologi sekalipun seperti ditaruh dalam kulkas, seminggu sudah kering itu buah," jelasnya.
Dirinya juga mencibir pernyataan para pengusaha impor buah yang memposisikan dirinya sebagai patriot karena mensuplai kebutuhan buah masyarakat.
"Itu pernyataan yang sangat naif sekali, kalau mereka mau mengklaim diri sebagai patriot mulai hari ini berubah menjadi pedagang buah lokal dan berkebun buah lokal," ucapnya.
"Jangan lihat dari posisi keberadaan dan banyaknya buah impor di toko-toko buah, tapi lihatlah dan bandingkan dengan buah panen jutaan petani yang busuk karena kalah bersaing," katanya.
Selain itu, Said juga mengklaim para importir buah mendapatkan modal besar dari negara asal buah impor.
"Buah impor bisa ada di mana-mana dikarenakan mereka (pengusaha) mendapatkan kredit ekspor dari negara asa buah impor, saya sudah dapat informasinya.Jadi mereka (pengusaha) mendapatkan subsidi dari negara tersebut, berapa? Ya sebesar buah yang mereka impor," cetusnya.
Sumber : http://finance.detik.com/read/2012/0...-impor--sampah
0
6K
75
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan