- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
yuk! melihat bagaimana proses pernikahan adat bugis makassar dari awal sampai akhir


TS
mulsgan
yuk! melihat bagaimana proses pernikahan adat bugis makassar dari awal sampai akhir
Quote:
kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai prosesi pelaksanaan pernikahan adat makassar, mungkin banyak dari sobat2 muda osao kurang begitu tau mengenai proses ritual dan tahap2 dalam perkimpoian adat makassar, dan disini akan saya beri sedikit gambaran bagaimana perlaksanaan mulai dari awal sampai akhir prosesi.
Quote:

pakaian adat pernikahan bugis pada umumnya
Tata cara upacara adat Bugis-Makassar dalam acara pernikahan sejatinya memiliki beberapa proses atau tahapan upacara adat, antara lain:
- Ajangang-jangang (Mamanu-manu).
- Asuro (Massuro) atau melamar.
- Apanassar (Patenre ada) atau menentukan hari.
- Apanai Leko Lompo (erang-erang) atau sirih pinang.
- Abarumbung (Mappesau) atau mandi uap, dilakukan selama 3 (tiga) hari.
- Appassili bunting (Cemme mappepaccing) atau siraman dan Abubbu ( mencukur rambut halus dari calon mempelai.
- Akkorontigi (Mappacci) atau malam pacar.
- Assimorong atau akad nikah.
- Allekka bunting (Marolla) atau mundu mantu.
- Appabajikang bunting atau menyatukan kedua mempelai.Upacara tradisional tersebut di atas masih memiliki uraian-uraian yang lebih detail dari masing-masing tahapan atau proses.
Quote:
Pada kesempatan ini akan diuraikan tentang tata cara upacara adat:
1. Appassili bunting (Cemme mappepaccing) dan Abubbu.
2. Akorontigi (Mappacci).
3. Appanai Leko Lompo (Erang-erang) atau sirih pinang, dan Assimorong (Akad Nikah)
1. Appassili bunting (Cemme mappepaccing) dan Abubbu.
2. Akorontigi (Mappacci).
3. Appanai Leko Lompo (Erang-erang) atau sirih pinang, dan Assimorong (Akad Nikah)
Quote:
1Appassili bunting (Cemme mappepaccing), Abubbu dan Appakanre Bunting
Kegiatan dalam tata cara atau prosesi upacara adat ini terdiri dari:Appassili bunting.
Persiapan sebelum acara ini adalah calon mempelai dibuatkan tempat khusus berupa gubuk siraman yang telah ditata sedemikian rupa di depan rumah atau pada tempat yang telah disepakati bersama oleh anggota keluarga.
Acara dilakukan sekitar pukul 09.00 10.00 waktu setempat. Pelaksanaan acara pada jam tersebut memiliki niat atau maksud. Calon mempelai memakai busana yang baru/baik dan ditata sedemikian rupa.
Appassili atau Cemme Mappepaccing mengandung arti membersihkan dengan maksud agar calon mempelai senantiasa diberi perlindungan dan dijauhkan dari mara bahaya oleh Allah SWT.
Alat atau bahan yang digunakan dalam prosesi adat ini adalah:
Sebelum dimandikan, calon mempelai terlebih dahulu memohon doa restu kepada kedua orang tua di dalam kamar atau di depan pelaminan. Kemudian calon mempelai akan diantarkan ke tempat siraman di bawah naungan payung berbentuk segi empat (Lellu) yang dipegang oleh 4 (empat) orang gadis bila calon mempelai wanita dan 4 (empat) orang laki-laki jika calon mempelai pria. Setelah tiba di tempat siraman, prosesi dimulai dengan diawali oleh Anrong Bunting, setelah selesai dilanjutkan oleh kedua orang tua serta orang-orang yang dituakan (Tomalabbiritta) yang berjumlah tujuh atau sembilan pasang.

Gambar 2: Calon mempelai wanita memohon doa restu pada kedua orang tua

Gambar 3. Calon mempelai wanita menuju tempat siraman di bawah naunga Payung Lellu.
Tata cara pelaksanaan siraman adalah air dari pammaja/gentong yang telah dicampur dengan 7 (tujuh) macam bunga dituangkan ke atas bahu kanan kemudian ke bahu kiri calon mempelai dan terakhir di punggung, disertai dengan doa dari masing-masing figure yang diberi mandat untuk memandikan calon mempelai. Setelah keseluruhan selesai, acara siraman diakhiri oleh Ayahanda yang memandu calon mempelai mengambil air wudhu dan mengucapakan dua kalimat syahadat sebanyak tiga kali. Selanjutnya calon mempelai menuju ke kamar untuk berganti pakaian.

Gambar 4. Prosesi acara Appassili (siraman)
Kegiatan dalam tata cara atau prosesi upacara adat ini terdiri dari:Appassili bunting.
Persiapan sebelum acara ini adalah calon mempelai dibuatkan tempat khusus berupa gubuk siraman yang telah ditata sedemikian rupa di depan rumah atau pada tempat yang telah disepakati bersama oleh anggota keluarga.
Gambar 1: Perangkat adat prosesi Siraman.
Acara dilakukan sekitar pukul 09.00 10.00 waktu setempat. Pelaksanaan acara pada jam tersebut memiliki niat atau maksud. Calon mempelai memakai busana yang baru/baik dan ditata sedemikian rupa.
Appassili atau Cemme Mappepaccing mengandung arti membersihkan dengan maksud agar calon mempelai senantiasa diberi perlindungan dan dijauhkan dari mara bahaya oleh Allah SWT.
Alat atau bahan yang digunakan dalam prosesi adat ini adalah:
- Pammaja besar/Gentong.
- Gayung/tatakan pammaja.
- Air, sebagai media yang suci dan mensucikan.
- Bunga tujuh rupanna (tujuh macam bunga) dan wangi-wangian.
- Jajakkang, terdiri dari segantang (4 liter) beras diletakkan dalam sebuah bakul.
- Kanjoli (lilin), berupa lilin berwarna merah berjumlah tujuh atau sembilan batang.
- Kelapa tunas.
- Gula merah.
- Padupang.
- Leko passili.
Sebelum dimandikan, calon mempelai terlebih dahulu memohon doa restu kepada kedua orang tua di dalam kamar atau di depan pelaminan. Kemudian calon mempelai akan diantarkan ke tempat siraman di bawah naungan payung berbentuk segi empat (Lellu) yang dipegang oleh 4 (empat) orang gadis bila calon mempelai wanita dan 4 (empat) orang laki-laki jika calon mempelai pria. Setelah tiba di tempat siraman, prosesi dimulai dengan diawali oleh Anrong Bunting, setelah selesai dilanjutkan oleh kedua orang tua serta orang-orang yang dituakan (Tomalabbiritta) yang berjumlah tujuh atau sembilan pasang.

Gambar 2: Calon mempelai wanita memohon doa restu pada kedua orang tua

Gambar 3. Calon mempelai wanita menuju tempat siraman di bawah naunga Payung Lellu.
Tata cara pelaksanaan siraman adalah air dari pammaja/gentong yang telah dicampur dengan 7 (tujuh) macam bunga dituangkan ke atas bahu kanan kemudian ke bahu kiri calon mempelai dan terakhir di punggung, disertai dengan doa dari masing-masing figure yang diberi mandat untuk memandikan calon mempelai. Setelah keseluruhan selesai, acara siraman diakhiri oleh Ayahanda yang memandu calon mempelai mengambil air wudhu dan mengucapakan dua kalimat syahadat sebanyak tiga kali. Selanjutnya calon mempelai menuju ke kamar untuk berganti pakaian.

Gambar 4. Prosesi acara Appassili (siraman)
Quote:
2. Abubbu (Macceko).
Setelah berganti pakaian, calon mempelai selanjutnya didudukkan di depan pelaminan dengan berbusana Baju bodo, tope (sarung pengantin) atau lipa sabbe, serta assesories lainnya. Prosesi acara Abubbu (macceko) dimulai dengan membersihkan rambut atau bulu-bulu halus yang terdapat di ubun-ubun atau alis.

Gambar 5: Prosesi acara Abubbu (Macceko)
Appakanre bunting.
Appakanre bunting artinya menyuapi calon mempelai dengan makan berupa kue-kue khastradisional bugis makassar, seperti Bayao nibalu, Cucuru bayao, Sirikaya,Onde-onde/Umba-umba, Bolu peca, dan lain-lain yang telah disiapkan dan ditempatkandalam suatu wadah besar yang disebut bosara lompo.

Gambar 6: Prosesi Acara Appakanre bunting 2. Akkorontigi (Mappacci).
Rumah calon mempelai telah ditata dan dihiasi sedemikian rupa dengan dekorasi khas daerah bugis makassar, yang terdiri dari:a. Pelaminan (Lamming)b. Lila-lilac. Meja Oshin lengkap dengan bosara.d. Perlengkapan Korontigi/Mappacci.

Gambar 7: Situasi ruangan tempat prosesi Akkorontigi/Mappacci
Acara Akkorontigi/Mappacci merupakan suatu rangkaian acara yang sakral yang dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili) dan undangan.
Acara Akkorontigi memiliki hikmah yang mendalam, mempunyai nilai dan arti kesucian dan kebersihan lahir dan batin, dengan harapan agar calon mempelai senantiasa bersih dan suci dalam menghadapi hari esok yaitu hari pernikahannya.
Perlengkapannya:
Setelah para undangan lengkap dimana sanak keluarga atau para undangan yang telah dimandatkan untuk meletakkan pacci telah tiba, acara dimulai dengan pembacaan barzanji atau shalawat nabi, setelah petugas barzanji berdiri, maka prosesi peletakan pacci dimulai oleh Anrong bunting yang kemudian diikuti oleh sanak keluarga dan para undangan yang telah diberi tugas untuk meletakkan pacci. Satu persatu para handai taulan dan undangan dipanggil didampingi oleh gadis-gadis pembawa lilin yang menjemput mereka dan memandu menuju pelaminan. Acara Akkorontigi/Mappacci ini diakhiri dengan peletakan pacci oleh kedua orang tua tercinta dan ditutup dengan doa.
Setelah berganti pakaian, calon mempelai selanjutnya didudukkan di depan pelaminan dengan berbusana Baju bodo, tope (sarung pengantin) atau lipa sabbe, serta assesories lainnya. Prosesi acara Abubbu (macceko) dimulai dengan membersihkan rambut atau bulu-bulu halus yang terdapat di ubun-ubun atau alis.

Gambar 5: Prosesi acara Abubbu (Macceko)
Appakanre bunting.
Appakanre bunting artinya menyuapi calon mempelai dengan makan berupa kue-kue khastradisional bugis makassar, seperti Bayao nibalu, Cucuru bayao, Sirikaya,Onde-onde/Umba-umba, Bolu peca, dan lain-lain yang telah disiapkan dan ditempatkandalam suatu wadah besar yang disebut bosara lompo.

Gambar 6: Prosesi Acara Appakanre bunting
Rumah calon mempelai telah ditata dan dihiasi sedemikian rupa dengan dekorasi khas daerah bugis makassar, yang terdiri dari:a. Pelaminan (Lamming)b. Lila-lilac. Meja Oshin lengkap dengan bosara.d. Perlengkapan Korontigi/Mappacci.

Gambar 7: Situasi ruangan tempat prosesi Akkorontigi/Mappacci
Acara Akkorontigi/Mappacci merupakan suatu rangkaian acara yang sakral yang dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili) dan undangan.
Acara Akkorontigi memiliki hikmah yang mendalam, mempunyai nilai dan arti kesucian dan kebersihan lahir dan batin, dengan harapan agar calon mempelai senantiasa bersih dan suci dalam menghadapi hari esok yaitu hari pernikahannya.
Perlengkapannya:
- Pelaminan (Lamming).
- Bantal.
- Sarung sutera sebanyak 7 (tujuh) lembar yang diletakkan di atas bantal.
- Bombong Unti (Pucuk daun pisang).
- Leko Panasa (Daun nangka), daun nangka diletakkan di atas pucuk daun pisang secara bersusun terdiri dari 7 atau 9 lembar.
- Leko Korontigi (Daun Pacci), adalah semacam daun tumbuh-tumbuhan (daun pacar) yang ditumbuk halus.
- Benno (Bente), adalah butiran beras yang digoreng tanpa menggunakan minyak hingga mekar.
- Unti Tene (Pisang Raja).
- Kado Minnya (Nasi Ketan).
- Kanjoli/Tai Bani (Lilin berwarna merah).
Setelah para undangan lengkap dimana sanak keluarga atau para undangan yang telah dimandatkan untuk meletakkan pacci telah tiba, acara dimulai dengan pembacaan barzanji atau shalawat nabi, setelah petugas barzanji berdiri, maka prosesi peletakan pacci dimulai oleh Anrong bunting yang kemudian diikuti oleh sanak keluarga dan para undangan yang telah diberi tugas untuk meletakkan pacci. Satu persatu para handai taulan dan undangan dipanggil didampingi oleh gadis-gadis pembawa lilin yang menjemput mereka dan memandu menuju pelaminan. Acara Akkorontigi/Mappacci ini diakhiri dengan peletakan pacci oleh kedua orang tua tercinta dan ditutup dengan doa.
nyambung di bawah......... di post #3
kepotong gan

0
19.8K
Kutip
52
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan