- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Infografik : Wajah Lain Para Perempuan Perkasa Indonesia..


TS
Toxz2710
Infografik : Wajah Lain Para Perempuan Perkasa Indonesia..



Please No Junk No Spam
Baca Dulu Sebelum Berkomentar
Mari Budayakan Komentar Yang Baik dan Bijak Setelah Membaca Trit Ini


Quote:
Quote:
Para Perempuan Perkasa, Indonesia 

Quote:

Simak Ulasannya Berikut Ini 

Quote:
Quote:
Quote:
Suyanti, Pergulatan di Balik Kemudi Bus Malam
Quote:

Quote:
Quote:
Menggeluti profesi di lahan yang didominasi pria jelas penuh tantangan. Cibiran tak hanya datang dari lingkungan kerjanya, tapi juga dari penumpang. Banyak penumpang yang merasa was-was begitu melihat sopirnya seorang wanita.
Yanti tak ambil pusing. Dia terima cibiran itu sebagai pelecut semangat, untuk membuktikan diri mampu bersaing dengan pria. Jangan salah, saya juga bisa menyaingi para sopir pria. Kecepatan bus bisa sekitar 100 km/jam. Yang penting kan kehati-hatian, ucapnya, sambil tersenyum. "Lambat laun, mereka yang sudah terbiasa ikut saya malah bilang merasa nyaman dan bisa tidur pulas jika saya yang menyetir.
Penyakit gawat bahkan tak sanggup mempensiunkannya dari kemudi. Mengidap tumor rahim stadium awal, tiga tahun lalu, dia mengaku hanya beristirahat enam bulan untuk menjalani kemoterapi, sebelum kemudian melaju kembali di jalanan.

Bagi saya, menjadi sopir bus itu sama saja membawa banyak nyawa. Keselamatan mereka juga menjadi bagian tanggung jawab saya, katanya.
Kecelakaan juga tak membuatnya jerih. Suatu waktu, di Semarang, sebuah mobil menabrak bus yang dikemudikannya. Untung, tak sampai ada korban jiwa. Ternyata mobil bagian depan gepeng, ringsek. Saya tidak trauma, tapi teringat terus. Yang saya sayangkan, yang menabrak tersebut mabuk, dia mengenang.
Sadar profesinya berisiko tinggi, dia tak pernah memaksakan kondisi. Jika mengantuk, dia segera meminta sopir cadangan memegang kendali. Dia mengharamkan doping. Yang penting, kalau berangkat perut kenyang dan untuk mengusir jenuh, saya bawa camilan marning.
Yanti tak ambil pusing. Dia terima cibiran itu sebagai pelecut semangat, untuk membuktikan diri mampu bersaing dengan pria. Jangan salah, saya juga bisa menyaingi para sopir pria. Kecepatan bus bisa sekitar 100 km/jam. Yang penting kan kehati-hatian, ucapnya, sambil tersenyum. "Lambat laun, mereka yang sudah terbiasa ikut saya malah bilang merasa nyaman dan bisa tidur pulas jika saya yang menyetir.
Penyakit gawat bahkan tak sanggup mempensiunkannya dari kemudi. Mengidap tumor rahim stadium awal, tiga tahun lalu, dia mengaku hanya beristirahat enam bulan untuk menjalani kemoterapi, sebelum kemudian melaju kembali di jalanan.
Quote:

Bagi saya, menjadi sopir bus itu sama saja membawa banyak nyawa. Keselamatan mereka juga menjadi bagian tanggung jawab saya, katanya.
Kecelakaan juga tak membuatnya jerih. Suatu waktu, di Semarang, sebuah mobil menabrak bus yang dikemudikannya. Untung, tak sampai ada korban jiwa. Ternyata mobil bagian depan gepeng, ringsek. Saya tidak trauma, tapi teringat terus. Yang saya sayangkan, yang menabrak tersebut mabuk, dia mengenang.
Sadar profesinya berisiko tinggi, dia tak pernah memaksakan kondisi. Jika mengantuk, dia segera meminta sopir cadangan memegang kendali. Dia mengharamkan doping. Yang penting, kalau berangkat perut kenyang dan untuk mengusir jenuh, saya bawa camilan marning.
Quote:
Quote:
Quote:
Setiasih, Perempuan Pemadam Api
Quote:

Quote:
Quote:
Dan bukan hanya berhadapan dengan api. Wanita kelahiran 10 Februari 1962 ini juga hadir di hampir setiap bencana di ibukota Jakarta. Dari banjir bandang, baliho rubuh, mengangkut jenazah yang remuk karena bunuh diri, hingga menandu jasad dari sumur.
Ini memang dunia lelaki. Tapi Setiasih sudah melewati tapal batas dua dunia itu. Laki-laki dan perempuan. Kesulitan menyesuaikan diri, katanya, hanya datang di permulaan. Dia mengaku sempat dilecehkan. Omongan-omongan yang tidak enak di belakang tentu ada. Apalagi di lingkungan lelaki itu, kadang menyangsikan kemampuan kami sebagai perempuan, keluhnya.
Tapi kesangsian para lelaki itu bisa dipadamkan. Setiasih memberi bukti. Cepat dan cekatan. Alhamdulilah mereka sekarang berharap bantuan kami," kata Asih.
Dari pekerjaan bertaruh nyawa itu dapur bisa ngebul. Gaji, kata Setiasih, sama dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ditambah dana kesejahteraan dari Pemda. Dia sudah jatuh cinta dengan pekerjaan ini.

Bertaruh hidup di pemadam kebakaran sungguh mahal harganya. Keselamatan juga waktu sebab kebakaran tak bisa diramal. Harus siap sedia 24 jam. Jarang pulang ke rumah, bahkan kerap kali pergi malam hari.
Namun Setiasih harus tetap menjadi ibu yang siaga untuk anak-anaknya. Harus tetap memasak. Akhir pekan biasanya waktu untuk keluarga. Tapi kalau tiba-tiba ada panggilan lantaran banjir, pohon tumbang tetap harus berangkat, katanya.
Setiasih mengaku punya cara meredam protes anak-anaknya. Sesekali dia mengajak si bungsu ke lokasi banjir. Biar dia tahu apa pekerjaan ibunya. Setelah melihat pekerjaan sang ibu, anaknya pernah menulis status di Facebook, mama wonder woman. Saya sangat terharu, katanya.
Ini memang dunia lelaki. Tapi Setiasih sudah melewati tapal batas dua dunia itu. Laki-laki dan perempuan. Kesulitan menyesuaikan diri, katanya, hanya datang di permulaan. Dia mengaku sempat dilecehkan. Omongan-omongan yang tidak enak di belakang tentu ada. Apalagi di lingkungan lelaki itu, kadang menyangsikan kemampuan kami sebagai perempuan, keluhnya.
Tapi kesangsian para lelaki itu bisa dipadamkan. Setiasih memberi bukti. Cepat dan cekatan. Alhamdulilah mereka sekarang berharap bantuan kami," kata Asih.
Dari pekerjaan bertaruh nyawa itu dapur bisa ngebul. Gaji, kata Setiasih, sama dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ditambah dana kesejahteraan dari Pemda. Dia sudah jatuh cinta dengan pekerjaan ini.
Quote:

Bertaruh hidup di pemadam kebakaran sungguh mahal harganya. Keselamatan juga waktu sebab kebakaran tak bisa diramal. Harus siap sedia 24 jam. Jarang pulang ke rumah, bahkan kerap kali pergi malam hari.
Namun Setiasih harus tetap menjadi ibu yang siaga untuk anak-anaknya. Harus tetap memasak. Akhir pekan biasanya waktu untuk keluarga. Tapi kalau tiba-tiba ada panggilan lantaran banjir, pohon tumbang tetap harus berangkat, katanya.
Setiasih mengaku punya cara meredam protes anak-anaknya. Sesekali dia mengajak si bungsu ke lokasi banjir. Biar dia tahu apa pekerjaan ibunya. Setelah melihat pekerjaan sang ibu, anaknya pernah menulis status di Facebook, mama wonder woman. Saya sangat terharu, katanya.

Quote:
Quote:
Quote:
Menuk, Buruh Gendong Tulang Punggung
Quote:

Quote:
Quote:
Menuk memang harus bekerja keras, agar keluarganya bisa hidup. Sang suami, Rubijo, 44 tahun, bekerja sebagai buruh tani di kampung. Rubijo tak punya penghasilan tetap, lantaran bekerja sebagai buruh tani bersifat musiman. Alhasil, Menuk menjadi tulang punggung.
Menuk dan Rubijo menikah pada 1987 lalu, mereka dikaruniai dua anak perempuan. Putri pertama Menuk, Eka, 24 tahun, lulusan SMP dan telah berkeluarga. Sementara si bungsu, Ayu, 13 tahun, tengah menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) kelas 1 atau setingkat SMP.
Ayu yang tunga rungu adalah penyemangat Menuk untuk tetap bekerja keras. Dengan bangga, Menuk bercerita putri keduanya itu seorang siswi berprestasi. Ayu pernah meraih juara II lomba Peragawati Tingkat SD se-DIY mewakili Kabupaten Kulonprogo dan menjuarai berbagai lomba lainnya. Menuk pun menyimpan harapan besar, yakni Ayu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Saya ingin anak saya yang bungsu sekolah sampai SMA. Anak saya Ayu yang bungsu tuna rungu sejak kecil. Walaupun berpikirnya lemah di SD karena sekolah umum, tapi di SLB dia berprestasi, kata Menuk yang buta huruf.
Menuk menyadari penghasilannya sebagai kuli panggul tak menentu. Pendapatan sedikit, otomatis belanja untuk makan dikurangi. Bagi keluarga Menuk, kerupuk dan mie adalah makanan mewah yang hanya bisa dinikmati ketika ada uang berlebih.
Meski harus hidup pas-pasan, Menuk mengaku tak akan meninggalkan profesinya sebagai kuli panggul. Lelah dan pegal yang datang mendera tak membuat semangat Menuk surut. Saya merasa tidak ada dukanya jadi buruh gendong, ujarnya. Ia akan terus menjalani profesinya ini hingga tua. Menurut dia, pekerjaan buruh gendong, yang sudah ia jalani puluhan tahun itu, tak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan.
Dengan segala keterbatasan, dia rupanya menikmati pekerjaan kasar itu. Saya tidak akan berpindah ke pekerjaan lain, ujarnya
Menuk dan Rubijo menikah pada 1987 lalu, mereka dikaruniai dua anak perempuan. Putri pertama Menuk, Eka, 24 tahun, lulusan SMP dan telah berkeluarga. Sementara si bungsu, Ayu, 13 tahun, tengah menempuh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) kelas 1 atau setingkat SMP.
Ayu yang tunga rungu adalah penyemangat Menuk untuk tetap bekerja keras. Dengan bangga, Menuk bercerita putri keduanya itu seorang siswi berprestasi. Ayu pernah meraih juara II lomba Peragawati Tingkat SD se-DIY mewakili Kabupaten Kulonprogo dan menjuarai berbagai lomba lainnya. Menuk pun menyimpan harapan besar, yakni Ayu bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Quote:

Saya ingin anak saya yang bungsu sekolah sampai SMA. Anak saya Ayu yang bungsu tuna rungu sejak kecil. Walaupun berpikirnya lemah di SD karena sekolah umum, tapi di SLB dia berprestasi, kata Menuk yang buta huruf.
Menuk menyadari penghasilannya sebagai kuli panggul tak menentu. Pendapatan sedikit, otomatis belanja untuk makan dikurangi. Bagi keluarga Menuk, kerupuk dan mie adalah makanan mewah yang hanya bisa dinikmati ketika ada uang berlebih.
Meski harus hidup pas-pasan, Menuk mengaku tak akan meninggalkan profesinya sebagai kuli panggul. Lelah dan pegal yang datang mendera tak membuat semangat Menuk surut. Saya merasa tidak ada dukanya jadi buruh gendong, ujarnya. Ia akan terus menjalani profesinya ini hingga tua. Menurut dia, pekerjaan buruh gendong, yang sudah ia jalani puluhan tahun itu, tak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan.
Dengan segala keterbatasan, dia rupanya menikmati pekerjaan kasar itu. Saya tidak akan berpindah ke pekerjaan lain, ujarnya
0
8.7K
Kutip
117
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan