- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bika Ambon..?? kok di medan..?? (sejarah bika ambon)


TS
setan.mati
Bika Ambon..?? kok di medan..?? (sejarah bika ambon)
Quote:
BUKTI No Repsol
Spoiler for bukti:
GAMBAR
Spoiler for Pict:



Ngilerr Yah Gan..??
Warnanya kuning, permukaannya terdapat bolongan-bolongan kecil seperti pori-pori kulit manusia, kecoklat-coklatan. Bentuknya pipih, biasa dipotong persegi. Bagian bawahnya keras, terkena dasar loyang. Rasanya legit. Jika dimakan terasa sedikit kenyal di lidah. Orang biasa menyebutnya bika ambon.
KAMIS, 30 Oktober 2010. Jalan Majapahit, Medan. Suhu udara rendah. Sisa hujan malam tadi masih membasahi permukaan jalan. Matahari belum lagi menampakkan sinarnya. Namun kesibukan sudah mulai terlihat. Sejam kemudian aroma bika ambon tercium. Hasil panggangan tadi malam rupanya sedang dipanaskan.
Sembari memanaskan, Lia juga mulai mempersiapkan bika untuk hari tersebut. Dibantu dua orang karyawan, wanita paruh baya ini mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan. Tepung tapioka, gula pasir, telur, santan kelapa, daun jeruk, dan daun pandan pun diletakkan sesuai tempatnya. Tak ketinggalan nira, yang menciptakan rasa khas pada bika ambon.
Santan yang pertama kali disentuh. Sari kelapa tersebut direbus dengan daun jeruk dan daun pandan. Setelah didinginkan, bahan-bahan lain -telur, tepung, nira dan gula dimasukkan. Lia lalu mengaduk campuran tersebut hingga membentuk adonan. Enam jam harus ditunggunya selama proses pengendapan. Setelah itu ia tinggal mempersiapkan loyang, dibakar hingga matang. Aroma menggoda pun menyeruak.
Lia salah satu pedagang bika ambon di kawasan tersebut. Ia bersama suami membuka usaha itu sejak 2002 lalu. Pensiun menjadi alasan. Saya lalu belajar dari penjual-penjual lain di sini, ucapnya.
Lia bercerita, beberapa waktu lalu sempat ada isu bika ambon tidak halal karena menggunakan tuak. Ada memang yang menggunakan tuak tapi sebenarnya juga bisa digantikan dengan nira, ujarnya. Kini menurut Lia beberapa pedagang telah memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia. Ia sendiri memajang besar-besar sertifikat tersebut di tokonya.
Aktivitas dini hari tersebut merupakan hal biasa di sana. Majapahit merupakan sentra penjualan bika ambon di Medan. Sejak tahun 1980-an sudah ada pedagang yang berjualan. Kini sebagian besar penghuni rumah di kawasan itu membuka usaha sejenis. Bika ambon pun tak lagi hanya berwarna kuning, tapi berbagai varian warna sesuai rasanya.
PULUHAN tahun lalu. Saat Belanda masih berkuasa di Tanah Deli. Seorang warga Tionghoa melakukan eksperimen membuat sebuah kue. Ia melakukannya di rumah, tak jauh dari kawasan Majapahit. Setelah matang, kue tersebut kemudian dicobakan pada pembantunya, seorang pria asal Ambon. Pria tersebut sangat menyukai kue itu, hingga memakannya dengan lahap. Kemudian dinamakanlah bika ambon, cerita Lia. Namun wanita yang menamai tokonya dengan namanya sendiri ini tak bisa memastikan keabsahan cerita tersebut.
Bika ambon memang unik. Meski ada ada kata ambon di namanya namun kue tersebut justru tidak populer di ibukota Provinsi Maluku itu. Dalam sebuah buku Bunga Angin Portugis di Nusantara, Jejak-jejak Kebudayaan Portugis di Nusantara (2008) karya Paramita R Abdurrahman, disebutkan salah satu peninggalan Portugis di Maluku adalah tradisi kuliner. Di antara berbagai jenis kuliner yang diperkenalkan kepada penduduk setempat, satu di antaranya adalah bika. Namun tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana kue tersebut dibawa atau diperkenalkan orang Ambon ke Medan.
Kami mencoba menelusuri jejak bika ambon di kota ini. Jalan Ambon menjadi tujuan pertama. Mencoba mencari tahu keterkaitan dengan nama jalan tersebut. Namun tak ditemukan jejak apa-apa di sana. Tujuan kemudian diarahkan pada gerai es krim tertua di kota ini, Es Krim Ria. Terletak di Jalan Garut, tak jauh dari Jalan Ambon.
Sejak tahun 1970-an, bika ambon selalu dihidangkan sebagai kudapan menikmati es krim. Namun Sim Polim pemiliknya, tak tahu asal muasal bika ambon tersebut. Kalau tidak salah ada orang yang menitipkannya pada kami waktu itu, ucap pria berusia 79 tahun ini sambil tersenyum.
Prof Chalidda Fachruddin, Guru Besar Departemen Antropologi USU mengaku sejak tahun 1941 telah mengenal adanya bika ambon. Waktu kecil dulu, keluarga saya suka membuat kue tersebut, ungkapnya. Namun ia juga tak tahu sejarah kue itu. Yang pasti menurut Chalidda, warga keurunan Tionghoa yang pertama kali mempopulerkannya.
Tak ada yang pasti hingga kini bagaimana sejarah bika ambon. Selain Lia, beberapa pedagang di kawasan Majapahit juga tak tahu asal muasal pastinya. Mereka hanya ikut berdagang, mengikuti perkembangan bika ambon, yang mulai marak di Majapahit sejak 1980-an.
MALAM sudah larut. Sisa hujan tadi malam sudah tak nampak lagi membasahi jalan. Sebuah mobil sedan berhenti di depan sebuah gerai bika ambon, yang terbesar di jalan itu. Maklum, gerai itu sedang naik daun dan tak pernah sepi pembeli. Seorang gadis muda turun dari mobil itu, Rina namanya. Saya mau membeli oleh-oleh untuk teman di Jakarta, besok berangkat pagi, takutnya gak terkejar, ucapnya.
Rina mengaku sudah biasa membeli bika di tempat tersebut. Pekerjaannya sebagai marketing sebuah perusahaan swasta mengharuskan ia sering bepergian ke berbagai kota di Indonesia. Oleh-oleh dari Medan ya apalagi kalau bukan bika ambon. Teman-teman juga kalau nitip pasti bika ambon, ujar Rina sambil tertawa.
Tak hanya Rina, sebagian besar warga Medan jika ingin bepergian juga tak melewatkan bika ambon sebagai buah tangan. Begitu juga jika wisatawan berkunjung ke ibukota Sumatera Utara ini, tak lengkap rasanya jika tak menenteng kue tersebut ke kota asal.
Lia, yang tokonya berada persis di depan tempat favorit Rina tadi mengungkapkan, dalam satu hari jika sedang ramai dagangannya bisa terjual 1000-2000 kotak per hari. Rata-rata dibeli sebagai oleh-oleh, ujar wanita berkerudung ini.
Bika itu kini memang telah menjadi ciri khas kota ini. Meski namanya bika ambon, buka bika Medan.
CARA MEMBUAT BIKA AMBON
Spoiler for cara buat:
Bahan I
10 butir telur diambil kuningnya saja
200 gr sagu tani
200 gr gula pasir
Bahan II: biang
1 sdm ragi roti (yeast)
1 sdm gula pasir
1 sdm tepung terigu
3 sdm air hangat
Bahan III
300 ml santan kental
2 lembar daun pandan
2 lembar serai
10 lembar daun jeruk
Cara membuat :
* Untuk biang : campur semua bahan biang hingga rata. Diamkan sepuluh menit.
* Rebus santan dengan serai, daun pandan, daun jeruk hingga mendidih. Dinginkan hingga hangat-hangat kuku.
* Kocok kuning telur dan gula hingga halus, kemudian masukkan sagu, biang, dan santan. Aduk sampai rata, saring, lalu diamkan selama 3 jam.
* Masukkan dalam cetakan, panggang dengan api bawah sampai kering, kemudian nyalakan api atas hingga matang.
10 butir telur diambil kuningnya saja
200 gr sagu tani
200 gr gula pasir
Bahan II: biang
1 sdm ragi roti (yeast)
1 sdm gula pasir
1 sdm tepung terigu
3 sdm air hangat
Bahan III
300 ml santan kental
2 lembar daun pandan
2 lembar serai
10 lembar daun jeruk
Cara membuat :
* Untuk biang : campur semua bahan biang hingga rata. Diamkan sepuluh menit.
* Rebus santan dengan serai, daun pandan, daun jeruk hingga mendidih. Dinginkan hingga hangat-hangat kuku.
* Kocok kuning telur dan gula hingga halus, kemudian masukkan sagu, biang, dan santan. Aduk sampai rata, saring, lalu diamkan selama 3 jam.
* Masukkan dalam cetakan, panggang dengan api bawah sampai kering, kemudian nyalakan api atas hingga matang.
SUMBER
0
6K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan