Dipercaya untuk memelopori komunitas Indonesia’s Sketchers (IS) memang sebuah kebanggan tersendiri bagi dirinya. Di sisi lain, bagi Dhar Cedhar, menjadi ketua IS merupakan sebuah tanggungjawab yang harus dipikulnya untuk lebih mengembangkan dunia sketsa di Indonesia.

Namun, tanggung jawab tersebut bukanlah beban baginya. Justru, kepercayaan yang diberikan kepadanya merupakan kesempatan untuk membawa nama Indonesia kepada dunia. Terutama soal seni sketsa dan kualitas seniman-seniman yang ada di Indonesia.



lustrator lulusan IKIP Semarang jurusan Seni Rupa ini memang menaruh minat yang besar untuk dapat bergabung dengan komunitas sketchers dunia atau Urban Sketchers yang dipelopori oleh Gaby Campanario, seorang sketcher asal Seattle Amrik yang juga menjadi idolanya.

Impiannya terwujud untuk menjadi salah satu sketcher dunia ketika dirinya di perkenankan menjadi members setelah mendaftar keanggotannya dalam situs [url]www.urbanskechers.com[/url] yang kini berubah link menjadi [url]www.urbansketchers.org[/url] sekitar bulan Juni 2009 lalu.

”Gak susah kok, awalnya cuma mengirimkan email dan menyertakan gambar sketsa lengkap dengan sory telling-nya serta mengirimkan link blog pribadi. Tapi, setelah dicek ternyata member dari Indonesia baru saya saja,” ungkap Dhar Cedhar kepada TNOL.



Dari sanalah, katanya, salah seorang penggagas IS yang juga terinspirasi akan Urban Sketcher mencoba mencari tahu keberadaan sketcher ’semata wayang’ asal Indonesia tersebut melalui [url]www.cedharrsketchbook.blogspot.com[/url].

Tepatnya 6 Agustus 2009, Atit Dwi Indarty seorang pendiri IS mengajaknya untuk menjadi mentor dalam sebuah grup yang tergabung dalam situs jejaring sosial dengan nama Indonesia’s Sketchers.

”Waktu itu aku cuma mikir, oh, ada ya grup ini di Indonesia, maklum-lah saya agak sedikit kurang ngeh dengan yang namanya teknologi informasi,” candanya.

Akhirnya, tidak berselang lama menjalin komunikasi dengan grup tersebut, dalam sebuah acara kopdar yang dilakukan di wilayah Jakarta, bapak dua anak tersebut pun dinobatkan menjadi ketua IS.

Di saat bersamaan, dirinya kembali di percaya oleh pihak Urban Sketchers untuk menjadi koresponden yang mewakili para sektcher asal Indonesia.



”Waktu itu, persyaratan menjadi koresponden adalah memiliki gambar sektsa yang menarik, memberikan story telling untuk gambar tersebut serta turut mendukung perkembangan sketcher yang ada di wilayahnya (Indonesia),” terang Dhar.

Menurutnya, karena tidak sembarang orang yang mampu menjadi korepsonden. Pihak Urban Sketchers juga mewajibkan seorang koresponen mengirimkan setiap karyanya untuk tampil di main blog di web Urban Sketchers.

”Kalau dalam sebulan tidak posting sketsa, paling tidak mengomentari-lah hasil karya teman-teman sketchers dunia itu. Dan untuk mem-posting atau pun berkomentar hanya koresponden yang punya aksesnya, kalau masih menjadi members belum bisa,” terang Dhar.



Namun, itu semua tidak membuatnya berpuas diri, masih banyak PR yang harus dia tuntaskan. Salah satunya mengangkat IS untuk lebih berperan dan berkembang guna mengharumkan nama Indonesia di mata dunia dan tentunya di bawah bendera Indonesia’s Skecthers.



”Saya sengaja mengenakan baju bergambar ’Wayang’ untuk foto profile dalam situs Urban Sketchers. Sebab, waktu itu sedang ramai-ramainya kasus wayang dan karya budaya bangsa lainnya yang ingin diklaim milik Malaysia, ya, intinya saya ingin menunjukkan bahwa wayang itu punya Indonesia,” kenang Dhar menegaskan.


sumber:http://www.tnol.co.id