Kehidupan Janda Pemain Timnas Indonesia Memprihatinkan
TS
Aditya Megantar
Kehidupan Janda Pemain Timnas Indonesia Memprihatinkan
miris juga gan ngeliatnya, bagaimana ya pemerintah kita, janda pahlawan koq gak diperhatikan. Habis manis sepah dibuang.
Spoiler for beritanya gan:
Metrotvnews.com, Jakarta: Ingat Abdul Kadir yang dijuluki Si Kancil? Tentu nama tersebut tidak bisa dilepaskan dari sepak bola nasional. Berbagai prestasi internasional ditorehkan Si Kancil. Namun, kehidupan keluarga yang ditinggalkan legenda sepak bola nasional itu ternyata tidak secemerlang prestasinya. Keluarga mendiang Abdul Kadir kini tinggal di rumah yang nyaris roboh.
Abdul kadir adalah salah satu pemain sepak bola terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Dikenal dengan panggilan Si Kancil, Abdul Kadir menjadi andalan Timnas dari tahun 1965 hingga 1978. Si Kancil sempat mengadu kemampuan dengan pemain legendaris Brasil Pele ketika berkunjung ke Jakarta.
Prestasi lain yang diukir Si Kancil bersama tim merah putih adalah juara Piala Raja tahun 1968, juara Merdeka Games 1969, dan juara Pesta Sukan Singapura tahun 1972. Selain itu, Si Kancil juga memiliki prestasi pribadi saat terpilih memperkuat pemain Asia All Star tahun 1966 hingga tahun 1970.
Ironis memang. Prestasi yang diperoleh Si Kancil semasa jayanya di lapangan hijau, bertolak belakang dengan kisah hidupnya usai pensiun dari pemain sepak bola. Nasib rumah keluarga yang ditinggalkannya di kawasan Kalimalang, Bekasi Selatan, Jawa Barat, sungguh sangat memprihatinkan, dan tidak layak huni untuk keluarga dari seorang yang pernah mengharumkan nama bangsa dan negara.
Bangunan keropos dan atap yang hampir roboh menjadi pemandangan rumah mantan pemain Timnas itu. Ketika hujan turun, genangan air akan memenuhi ruangan tengah rumah. Sang istri, Lisa Abdul Kadir, bahkan mengaku sempat beberapa kali kejatuhan genteng dari atap rumah yang hampir roboh tersebut.
Pascawafatnya Abdul Kadir pada tahun 2003, Lisa mengaku kehidupan keluarga nya menjadi serba kekurangan. Bahkan, anak sulung Abdul Kadir meninggal dunia pada tahun 2005 karena sakit dan tidak punya biaya berobat. Sementara itu, tiga anak lainnya belum memiliki pekerjaan yang layak karena bekal pendidikan yang tidak memadai. Untuk menyambung hidup, Lisa mengandalkan bantuan saudara dan tetangga. Lisa juga menjual pijay bagi tetangga yang membutuhkan. Meski demikian, Lisa mengaku tidak pernah menyesal menikah dengan seorang pemain sepak bola.
Lisa hanya berharap, pemerintah ataupun PSSI tidak begitu saja melupakan nasib janda-janda pemain sepak bola nasional. Menurut Lisa, suaminya Abdul Kadir dan mantan-mantan pemain sepak bola yang pernah mengharumkan nama bangsa, layak disebut pahlawan.