Tidak selalu pemakaman hanya berhiaskan batu nisan dan berada di dalam tanah. Di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, jenazah dimakamkan di atas tebing batu berhiaskan patung pahat bernama Tao-tao, sebagai simbol orang yang meninggal.
Pemakaman pada umumnya memang berada di tanah dan hanya berhiaskan batu nisan. Pemakaman seperti ini pun diyakini karena manusia berasal dari tanah dan harus kembali ke tanah. Namun, kepercayaan lain tumbuh di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Suku Toraja yang tinggal di utara Makalele, Sulawesi Selatan, mempercayai bila letaknya makam lebih tinggi maka semakin dekat dengan Tuhan. Oleh sebab itulah, mereka membangun makam di atas tebing batu yang dikenal dengan nama Makam Batu Lemo.
Walaupun menyeramkan, perpaduan aura kematian, ritual dan seni terlihat di makam unik ini. Wisatawan dapat melihat di beberapa lubang makam tersebut terdapat patung-patung pahat berbetuk manusia utuh. Menyeramkan sudah pasti, tapi inilah yang membuatnya terlihat unik.
Quote:
Patung-patung pahat ini dinamakan Tao-tao. Tao-tao dibuat sebagai simbol atau gambaran yang orang yang terbenam di lubang tersebut. Ya, tidak semua lubang memiliki Tao-tao alias hanya lubang-lubang tertentu. Keberadaan Tao-tao hanya diperuntukan bagi kaum bangsawan dan tetua adat saja.
Konon, kuburan yang berada di bukit batu ini merupakan tertua kedua setelah Songgi Patalo. Kalau melihat dari luar di tebing batu ini terdapat 75 lubang kuburan berukuran 3 x 5 meter. Anehnya, satu lubang itu berisikan untuk satu keluarga.
Adanya, pemakaman ini mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara atau domestik untuk melihat secara langsung keunikan makam tersebut. Saking istimewanya, sebelum ziarah ke makam ini ada peraturan waktu yang harus diperhatikan saat melakukan ziarah. Peziarah hanya boleh melakukan pembukaan pintu makam pada waktu sebelum dan sesudah panen. Kalau tidak, akan berakibat buruk di kemudian hari.
Jangan sampai kedatangan Anda untuk menyaksikan keunikan makam batu ini justru menimbulkan petaka dengan melanggar peraturan yang ada. Bisa membuat gagal panen masyarakat Toraja atau malah mendapat sanksi untuk menebus pelanggaran tersebut dengan cara mengadakan upacara penyembelihan beberapa ekor babi untuk menolak kejadian buruk.