kisah dan sejarah dari condet (kawasan jakarta timur)
TS
ARabdurrohman
kisah dan sejarah dari condet (kawasan jakarta timur)
Di sini ane akan mengupas tentang awal mula condet sampai tokoh condet dengan ceritanya yang terkenal
BACA INI DULU GAN/SIST sebelum memulai membaca
Spoiler for dibaca:
sebelum membaca thread ini ada baiknya para agan/sist siap kan secangkir minuman (teh,kopi atau minuman dingin). jangan lupa sediakan makan ringan (cemilan,rokok (bagi perokok) atau makanan ringan lainnya). TS tidak menyarankan makan berat (nasi,indomie,sate dll) saat membaca thread ini.
Sejarah asal mula nama condet
Spoiler for sejarah asal mula nama condet:
Spoiler for gambar condet doeloe:
Spoiler for cerita awal condet versi budayawan betawi:
Sejarah Asal Mula Condet
Menurut Ridwan Saidi, daerah Condet merupakan tempat di mana negara Salaknegara berada. Salakanegara adalah kerajaan pertama yang berdiri di tanah Jawa pada tahun 130 Masehi. Bahkan jika ditengok kebelakang, berdasarkan temuan arkeologis, daerah Condet telah dihuni manusia sejak jaman Neolitikhum (3000-3500 tahun lalu). Ridwan kemudian mengaitkan dengan nama-nama bermakna sejarah di Condet seperti Batu Ampar yang berarti batu tempat meletakan sesaji dan Bale Kambang yang merupakan pesanggrahan para raja jaman dulu. Ada juga beberapa pendapat mengenai asal mula nama buah salak, konon nama itu juga berasal dari kata Salaknegara.
Lebih lanjut Ridwan Saidi mengatakan bahwa Jakarta ini sudah dihuni dan didatangi oleh masyarakat jauh sebelum kerajaan Tarumanegara berdiri yaitu pada abad ke-5 Masehi.
Untuk daerah Condet sendiri, Ridwan Saidi memiliki kesimpulan bahwa daerah ini berasal dari kata Ci Ondet. Ci berarti air atau kali seperti nama kali lain, Ciliwung, Citarum, Cisadane dan sebagainya. Sementara Ondet atau Odeh adalah nama pohon sejenis buni. Pada masa dulu di sepanjang aliran kali Ciliwung yang lewat kesana banyak ditemukan pohon Ondet, sehingga disebut Condet.
Namun walau pun demikian, ada beberapa catatan tertulis penting yang berkaitan dengan daerah yang dahulu dikenal sebagai penghasil salak ini. Data tertulis pertama yang menyinggung Condet adalah catatan perjalanan Abraham van Riebeek, yang pada waktu itu menjabat sebagai direktur jenderal VOC (sebelum menjadi gubernur jenderal). Untuk menempuh ke kantor pusat kegiatan VOC, pada tanggal 24 September 1709, Abraham van Riebeek beserta rombongannya harus berjalan kaki melewati anak sungai Ci Ondet. Jarak antara tempat tinggal Abraham van Riebeek-kantor pusat VOC mencapai 15 km.
Keterangan kedua terdapat dalam surat wasiat Pangeran Purbaya salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten. Sebelum dibuang oleh Belanda pada April 1716, pangeran menghibahkan beberapa rumah dan sejumlah kerbau di Condet kepada anak-anak dan istrinya yang ditinggalkan.
Keterangan ketiga, adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh pimpinan Kompeni di Batavia pada tanggal 8 Juni 1753. surat keputusan ini berisikan maklumat tentang penjualan tanah di daerah Condet seluas 816 morgen (52.530 ha) yang pada waktu itu dibeli dengan harga 800 ringgit kepada Frederik Willem Freijer. Daerah Condet sendiri berada pada tanah yang dijual tersebut, yang kemudian dimiliki oleh Frederik Willem Freijer seorang pengusaha swasta Belanda. Kawasan ini pun pada akhirnya dikenal sebagai bagian dari tanah partikulir Tandjoeng Oost (Tanjung Timur), atau Groeneveld.
Walau pun demikian, tidak ada data pasti sejak kapan atau bagaimana ceritanya Condet menjadi pemukiman orang Betawi.
Spoiler for cerita awal condet versi masyarakat:
legenda Pangeran Geger yang tak diketahui asal-usulnya, penguasa Condet di pertengahan abad ke-18. Konon, nama Condet berasal dari nama alias Geger, yakni Pangeran Codet (karena ada bekas luka di dahinya, dalam bahasa Betawi disebut codet).
Beristrikan Polong, si Codet memiliki lima anak. Salah satu anaknya, Maemunah memiliki paras nan rupawan, sehingga menawan hati pangeran asal Ujung-pandang, Astawana, yang tinggal di sebelah timur Condet. Karena Astawana punya kesaktian tinggi, Maemunah meminta mas kimpoi agak nyeleneh. Dia minta dibikinin dua rumah di dua lokasi berbeda (kini Batuampar dan Balekambang), hanya dalam satu malam. Permintaan itu berhasil dituruti sang pangeran.
Maemunah pula, yang kemudian mewarisi tanah Condet dari ayahnya.
setelah kita telah selesai mengupas asal mula nama condet, kita akan mengumpas beberapa tokoh-tokoh di condet.
Kisah Entong Gendut
Spoiler for gambar:
Spoiler for kisah entong gendut:
Namun daerah ini menyimpan sejarah menarik, salah satunya kisah Haji Entong Gendut.
Haji Entong Gendut adalah Alim Ulama sekaligus pendekar yang disegani di Condet. Haji Entong Gendut marah atas kesewenang-wenangan Kompeni dalam memungut pajak atau blasting kepada rakyat Condet.
Akhirnya, pada 5 April 1916 Haji Entong Gendut memimpin pemuda-pemuda Condet menyerbu sebuah Gedung bernama Villa Nova atau Groeneveld milik tuan tanah Belanda.
Setelah berhasil memberi pelajaran kepada Kompeni, dimulailah babak heroik perlawanan masyarakat Condet pimpinan Haji Entong Gendut versus Kompeni. Menurut cerita, Haji Entong Gendut akhirnya tewas ditembak Kompeni lalu mayatnya dibuang ke laut.
Gedung Villa Nova atau Groeneveld yang diserang oleh Haji Entong Gendut beserta pemuda Condet itu adalah gedung satu-satunya dan terbesar di daerah Condet ketika itu. Keberadaan gedung tersebut membawa ciri khas bagi daerah tersebut sehingga banyak masyarakat pada waktu itu memberi nama daerah tersebut dengan julukan sebagai Kampung Gedong.
kisah ali sadikin untuk condet
Spoiler for gambar:
Spoiler for sejarah:
Daerah condet pernah dijadikan sebagai Cagar Budaya Betawi oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Ada beberapa factor yang menyebabkan Bang Ali Sadikin memilih Condet sebagai Cagar Budaya Betawi pada saat itu,yakni
· 90% masyarakat Condet merupakan orang asli Betawi.
· 60% masyarakatnya bertani slak dan duku, yang merupakan komoditi utama daerah tersebut
· 20% masyarakatnya bertani buah-buahan yang lain.
Namun hal ini gagal diwujudkan, karena daerah Condet kini telah dihuni oleh banyak warga pendatang, sehingga orang asli Condetnya (orang Betawi) pun banyak yang pindah ke luar Condet. Menurut Bapak Abdul Kodir selaku warga asli Condet dan juga ketua Komunitas Ciliwung Condet (KCC), bahwa pada sebelum tahun 1980/1990an, etnis local di Condet masih sekitar 80% dari seluruh masyarakat Condet.
Spoiler for salah satu hasil ali sadikin di condet:
JEMBATAN PASAR MINGGU
jembatan yang menghubungkan condet dan pasar minggu
ini foto jembatan yang baru, setelah terjadi banjir besar 2007 jembatan yang lama hancur.
ada beberapa tokoh masyarakat yang gak ane sebutin satu persatu bisa panjang banget nanti gan
Spoiler for tokoh-tokoh condet:
Haji Muhammad (almarhum)
Beliau merupakan mantan lurah yang wafat pada tahun 1977. Lurah Muhammad merupakan orang asli Condet yang dikenal sebagai lurah yang jujur dan juga memperhatikan segala macam kebutuhan rakyat. Selain berprofesi sebagai lurah, Haji Muhammad juga dikenal sebagai seorang ustadz. Banyak orang menilai bahwa lurah Muhammad masih jauh lebih baik dibandingkan dengan lurah-lurah sesudahnya.
2.K.H. Syarbini
Beliau merupakan seorang ulama yang memimpin masjid Batu Ampar. Sebagai seorang ulama, ia rajin memberikan ceramah-ceramah keagamaan terutama untuk majelis talim di Masjid Batu Ampar setiap minggunya. Nama beliau tidak bisa diabaikan begitu saja dalam bidang keagamaan.
3.Hajah Siti Saodah
Seorang ustadzah yang rajin memberikan ceramah-ceramah agama di langgar-langgar, masjid-masjid maupun rumah-rumah, khusus untuk wanita. Sebagian masyarakat Condet, terutama wanita mengatakan bahwa hajah Siti Saodah memilik jasa yang cukup besar dalam bidang keagamaan di Condet. Selain memberikan ceramah, Hajah Siti Saodah juga rajin memberikan pelajaran alat music rebana bagi ibu-ibu di daerah Batu Ampar.
dan masin banyak lagi tokoh-tokoh ulama dan budaya di condet
Masih Mau Lanjut Agan/sist??
Kalau mau lanjut kembali sediakan minuman dan cemilan kalau sudah habis.