- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ingatkah AGAN film Indonesia di TV kita Jaman Kecil


TS
martinyus
Ingatkah AGAN film Indonesia di TV kita Jaman Kecil
Masing ingatkah agan dengan Film film jaman dahulu ...??
Coba sharing Film apa yang waktu kita kecil pengen banget agan tonton sekarang..?
Aku ga berharap
:
Syukur2 aja ada yang timpuk ane...
Hehehe
Quote:
Tumben yah pagi-pagi gini aku udah nyinyir pengen ngerasanin sinetron ala Indonesia.
Sebenarnya sinetron Indonesia sudah bermula sejak jaman sandiwara di TVRI yang berjudul Losmen (ini kalo gak salah ya). Dulu, channel telivisi cuma ada satu TVRI nasional. Siarannya pun pada weekdays bermula pukul 4 sore dan berakhir pukul 10 atau 11 malam.
Sementara di hari Minggu siaran dimulai pagi jam 7 sampai jam 12 siang, lalu istirahat dan dimulai kembali jam 4 sore seperti biasa. Malam minggu siaran berakhir jam 12 malam.
Siaran yang begitu terbatas membuat tayangan yang disiarkan TVRI menjadi fokus tontonan seluruh rakyat indonesia yang sudah memiliki televisi tentunya. Siarannya cukup beragam, mulai dari berita nasional (Dunia Dalam Berita), acara musik,animasi untuk anak-anak, hiburan semacam lawak, film serial asing dan sandiwara lokal semacam sinetron. Yang aku ingat, masa kecil dulu ada sebuah sinetron berjudul ACI aku cinta indonesia, Si Doel Anak Sekolahan, Losmen, Desaku Bumiku (bener gak ya?), Keluarga Cemara. Semua tayangan sinetron ini sangat wajar. Bercerita tentang kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia dalam beragam latar belakang. Semua sinetron jadul itu menginspirasi, tak berlebihan dan mengandung hikmah tentunya. Sebagai anak-anak usia sekolah pun orang tuaku tak melarang aku untuk ikut menikmati tontonan sinetron ini.
Sejak terbitnya berbagai channel televisi baru, RCTI, TPI yang skrg jadi MNCTV, SCTV, antv dan lain-lain tiba-tiba saja hadir telenovela. Tak lama kemudian hadir pula drama Jepang, India, Cina dan seterusnya. Barangkali kehadiran telenovela inilah yang menjadi inspirasi awal para produser sinetron sebab aku dulu salah seorang pelanggan telenovela apalagi yang pemainnya cantik-cantik dan bajunya bagus-bagus. Inti cerita dari semua telenovela memiliki kesamaan bahwa si kaya adalah org yg sombong dan kadang jahat sementara si miskin adalah org yang baik namun menderita dan akhirnya menjadi bahagia dan kaya juga. Meski dengan cerita dan pemain yang berbeda-beda serta jalan cerita yang beda tapi intinya ya kaya gitu itu.
Nah, sinetron pertama yang aku tonton dulu di Indonesia adalah Tersanjung. Dalam arti menonton dengan sebenar-benarnya. Mengikuti jalan cerita setiap minggu. Ceritanya sih aku udah lupa tapi semakin diikuti koq ya ini sinetron gak ada habisnya sampe udah ganti anak mudanya dari Lulu Tobing jadi Jihan atau siapa gitu dan malah sampe punya anak trus anaknya besar dan punya anak lagi. Inti ceritanya pun tetep sama seperti telenovela itu cuma dipanjang-panjangin aja biasalah namanya juga drama. Tapi aku malah merasa sinetron ini makin diikuti koq makin menjebak, dalam arti kita koq mau-maunya gitu ya dibuat penasaran dengan adegan terakhir yang to be continued itu padahal sebenarnya udah tau juga sih nanti kaya apa. Maka sejak itu aku memutuskan untuk berhenti nonton sinetron.
Cukup lama aku menghindari segala macam sinetron sampai akhirnya anakku mulai suka nonton sinetron aneh gaya Sule. Sebenarnya sinetron ini tidak mendidik. Bayangin aja, masa sih ada pak RT yang begonya gak sante, belum lagi majikan yang selalu dikerjai oleh pembantu dan supirnya. Sama sekali tak mengandung inti cerita yang penting untuk ditonton. Cuma lawakan buat hiburan aja. Maka selama menonton itu meski aku ikut tertawa bersama anakku tapi aku selalu mengingatkan bahwa apa yang dilakukan di dalam cerita tak boleh diikuti. Dan ia pun cukup paham.
Pada suatu hari, karena anakku ribut ingin nonton sinetron si Madun yang sering dibicarakan teman-temannya di sekolah maka aku menuruti keinginannya. Jadilah kami nonton si Madun berdua. Tendangan si Madun judulnya. Kalau melihat dari tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya sih harusnya sinetron ini memang dikonsumsi untuk anak-anak. Madun itu masih SD (SD kan ya?), anak betawi, ayahnya seorang yang sangat patuh pada ajaran agama dengan logat Medan yang terlalu dibuat-buat sementara ibunya yang katanya orang kurang mampu terlalu cantik dengan dandanan lipstik dan maskara tebal. Tidak wajar, tidak natural.
Ketika masuk ke cerita tentang Madun yang musuhan dengan si Martin (hadooh ini kan nama papanya enrico) mulai deh terasa gak nyaman buatku. Martin yang dikabarkan sebagai tokoh licik dan selalu iri hati berusaha keras untuk selalu mengalahkan timnya si Madun. Nah yang lucunya di sinetron ini ada pula tokoh anak perempuan yang bergaya pendekar Cina dan anak laki-laki yang pakaiannya macam pendekar cina jaman dulu. Lebih nggak masuk akal lagi adalah ceritanya ketika mereka adu keahlian teknik bermain bola, bisa-bisanya bola melayang-layang di bawah telapak tangannya atau bolanya bisa muter-muter di sekeliling badan dan di atas kepala.
Trus kemudian ada kekuatan gaib yang menyebabkan tendangannya memiliki kekuatan besar banget sampe-sampe saat bola menyentuh tubuh lawan, orangnya bisa mental jauh. Hahahhaa ini asli lawak-lawakan. Begitu pikirku mula-mula.
Tapi ternyata, anakku menangkap pesan yang salah dari sinetron ini. Dia menganggap bahwa benar ada orang yang bisa melakukan hal-hal seperti yang ada di sinetron itu. Dengan usia kindergartennya dan sosialisasi di sekolah bersama teman-teman tentu tak sekali dua enrico bermain bola meski cuma bola plastik. Tapi yang mengagetkanku adalah ketika dia bertanya Ma, gimana sih cara buat bola berputar-putar di bawah tanganku?. Pertanyaan ini langsung menghubungkanku pada sinetron Madun dan aku akhirnya harus menjelaskan bahwa apa yang ada di cerita tak semuanya benar.
Logika sajalah, kalau memang orang Indonesia bisa bermain bola macam di sinetron Madun masa sih timnas kalah terus? Entahlah menurut orang lain cerita di sinetron Madun ini terasa wajar saja tapi menurutku sinetron Madun sangat salah untuk ditayangkan karena menyebarkan ajaran yang tak masuk akal.
Sebenarnya sinetron Indonesia sudah bermula sejak jaman sandiwara di TVRI yang berjudul Losmen (ini kalo gak salah ya). Dulu, channel telivisi cuma ada satu TVRI nasional. Siarannya pun pada weekdays bermula pukul 4 sore dan berakhir pukul 10 atau 11 malam.
Sementara di hari Minggu siaran dimulai pagi jam 7 sampai jam 12 siang, lalu istirahat dan dimulai kembali jam 4 sore seperti biasa. Malam minggu siaran berakhir jam 12 malam.
Siaran yang begitu terbatas membuat tayangan yang disiarkan TVRI menjadi fokus tontonan seluruh rakyat indonesia yang sudah memiliki televisi tentunya. Siarannya cukup beragam, mulai dari berita nasional (Dunia Dalam Berita), acara musik,animasi untuk anak-anak, hiburan semacam lawak, film serial asing dan sandiwara lokal semacam sinetron. Yang aku ingat, masa kecil dulu ada sebuah sinetron berjudul ACI aku cinta indonesia, Si Doel Anak Sekolahan, Losmen, Desaku Bumiku (bener gak ya?), Keluarga Cemara. Semua tayangan sinetron ini sangat wajar. Bercerita tentang kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia dalam beragam latar belakang. Semua sinetron jadul itu menginspirasi, tak berlebihan dan mengandung hikmah tentunya. Sebagai anak-anak usia sekolah pun orang tuaku tak melarang aku untuk ikut menikmati tontonan sinetron ini.
Sejak terbitnya berbagai channel televisi baru, RCTI, TPI yang skrg jadi MNCTV, SCTV, antv dan lain-lain tiba-tiba saja hadir telenovela. Tak lama kemudian hadir pula drama Jepang, India, Cina dan seterusnya. Barangkali kehadiran telenovela inilah yang menjadi inspirasi awal para produser sinetron sebab aku dulu salah seorang pelanggan telenovela apalagi yang pemainnya cantik-cantik dan bajunya bagus-bagus. Inti cerita dari semua telenovela memiliki kesamaan bahwa si kaya adalah org yg sombong dan kadang jahat sementara si miskin adalah org yang baik namun menderita dan akhirnya menjadi bahagia dan kaya juga. Meski dengan cerita dan pemain yang berbeda-beda serta jalan cerita yang beda tapi intinya ya kaya gitu itu.
Nah, sinetron pertama yang aku tonton dulu di Indonesia adalah Tersanjung. Dalam arti menonton dengan sebenar-benarnya. Mengikuti jalan cerita setiap minggu. Ceritanya sih aku udah lupa tapi semakin diikuti koq ya ini sinetron gak ada habisnya sampe udah ganti anak mudanya dari Lulu Tobing jadi Jihan atau siapa gitu dan malah sampe punya anak trus anaknya besar dan punya anak lagi. Inti ceritanya pun tetep sama seperti telenovela itu cuma dipanjang-panjangin aja biasalah namanya juga drama. Tapi aku malah merasa sinetron ini makin diikuti koq makin menjebak, dalam arti kita koq mau-maunya gitu ya dibuat penasaran dengan adegan terakhir yang to be continued itu padahal sebenarnya udah tau juga sih nanti kaya apa. Maka sejak itu aku memutuskan untuk berhenti nonton sinetron.
Cukup lama aku menghindari segala macam sinetron sampai akhirnya anakku mulai suka nonton sinetron aneh gaya Sule. Sebenarnya sinetron ini tidak mendidik. Bayangin aja, masa sih ada pak RT yang begonya gak sante, belum lagi majikan yang selalu dikerjai oleh pembantu dan supirnya. Sama sekali tak mengandung inti cerita yang penting untuk ditonton. Cuma lawakan buat hiburan aja. Maka selama menonton itu meski aku ikut tertawa bersama anakku tapi aku selalu mengingatkan bahwa apa yang dilakukan di dalam cerita tak boleh diikuti. Dan ia pun cukup paham.
Pada suatu hari, karena anakku ribut ingin nonton sinetron si Madun yang sering dibicarakan teman-temannya di sekolah maka aku menuruti keinginannya. Jadilah kami nonton si Madun berdua. Tendangan si Madun judulnya. Kalau melihat dari tokoh-tokoh yang bermain di dalamnya sih harusnya sinetron ini memang dikonsumsi untuk anak-anak. Madun itu masih SD (SD kan ya?), anak betawi, ayahnya seorang yang sangat patuh pada ajaran agama dengan logat Medan yang terlalu dibuat-buat sementara ibunya yang katanya orang kurang mampu terlalu cantik dengan dandanan lipstik dan maskara tebal. Tidak wajar, tidak natural.
Ketika masuk ke cerita tentang Madun yang musuhan dengan si Martin (hadooh ini kan nama papanya enrico) mulai deh terasa gak nyaman buatku. Martin yang dikabarkan sebagai tokoh licik dan selalu iri hati berusaha keras untuk selalu mengalahkan timnya si Madun. Nah yang lucunya di sinetron ini ada pula tokoh anak perempuan yang bergaya pendekar Cina dan anak laki-laki yang pakaiannya macam pendekar cina jaman dulu. Lebih nggak masuk akal lagi adalah ceritanya ketika mereka adu keahlian teknik bermain bola, bisa-bisanya bola melayang-layang di bawah telapak tangannya atau bolanya bisa muter-muter di sekeliling badan dan di atas kepala.
Trus kemudian ada kekuatan gaib yang menyebabkan tendangannya memiliki kekuatan besar banget sampe-sampe saat bola menyentuh tubuh lawan, orangnya bisa mental jauh. Hahahhaa ini asli lawak-lawakan. Begitu pikirku mula-mula.
Tapi ternyata, anakku menangkap pesan yang salah dari sinetron ini. Dia menganggap bahwa benar ada orang yang bisa melakukan hal-hal seperti yang ada di sinetron itu. Dengan usia kindergartennya dan sosialisasi di sekolah bersama teman-teman tentu tak sekali dua enrico bermain bola meski cuma bola plastik. Tapi yang mengagetkanku adalah ketika dia bertanya Ma, gimana sih cara buat bola berputar-putar di bawah tanganku?. Pertanyaan ini langsung menghubungkanku pada sinetron Madun dan aku akhirnya harus menjelaskan bahwa apa yang ada di cerita tak semuanya benar.
Logika sajalah, kalau memang orang Indonesia bisa bermain bola macam di sinetron Madun masa sih timnas kalah terus? Entahlah menurut orang lain cerita di sinetron Madun ini terasa wajar saja tapi menurutku sinetron Madun sangat salah untuk ditayangkan karena menyebarkan ajaran yang tak masuk akal.
Coba sharing Film apa yang waktu kita kecil pengen banget agan tonton sekarang..?
Aku ga berharap

Syukur2 aja ada yang timpuk ane...
Hehehe
0
2.6K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan