Sebuah pesawat mengalami kerusakan mesin, tak lama lagi pesawat tersebut akan jatuh. Didalam pesawat ada 5orang penumpang, ditambah seorang pilot. Sayangnya pesawat itu hanya memiliki 5 parasut.

Pilot : karena saya yang bertanggung jawab atas ini maka saya harus turun unutk melaporkan ke atasan. Saya minta parasutnya satu.

Orang kaya : saya orang kaya, masih di butuhkan oleh orang miskin, jadi saya harus turun (dengan cepat orang kaya melesat keluar)

Orang gila : saya orang gila, gak mikirin kalian mau kemana, mau gimana terserah, yang penting saya selamat. (orang gila segera melompat)

Orang buta : saya sudah menderita hidup didnia, apa kalian gak kasihan melihat saya lebih menderita mati jatuh dari pesawat ? tolong kasihani saya, beri saya satu parasutnya.

Anak sekolah : mending mati saja kamu orang buta, dari pada hidup juga menderita.

Orang buta : (marah-marah) hey anak sekolah, kenapa kamu nyuruh saya mati. Pokonya saya pengen parasutnya satu. Saya masih pengen hidup

Anak sekolah : ya sudah ini saya kasih satu. Orang buta langsung terjun

Kakek-kakek : nak, parasutnya tinggal satu kita disini tinggal berdua, sudah kamu saja yang terjun bawa parasutnya. Biarin saya turun bareng pesawat ini, saya sudah tua bentar lagi juga mati

Anak sekolah : sudah kek tenang saja, kita berdua bisa terjun dengan selamat.

Kakek : selamat gimana nak, kamu ngomong yang bener jangan seenaknya sendiri. Parasutnya juga tinggal 1. Sudah sana kamu terjun saja sendiri.

Anak sekolah : kek, saya kesel ama orang buta tadi habis dia marahin saya, jadi tas yang saya kasih sama orang buta bukan parasut tapi tas sekolah saya. Nih parasutnya masih ada 2. kita berdua selamat kek.

Kakek : ( berteriak di dalam pesawat ) yang bener kamu nak. Jadi kita berdua akan selamat ???? horeeee saya gak jadi mati sekarang, saya masih bisa hidup. Ayo nak kita terjun bersama.

Deni yang baru duduk di kelas tiga SD suatu hari diajak pamannya menyaksikan pertunjukan balet.
Selesai pertunjukan sang paman pun bertanya, “Bagaimana, Den? Bagus nggak tontonan yang kamu lihat tadi?”
“Bagus, Paman?” angguk Deni. “Tapi yang menjadi pikiran saya, kenapa panitianya tidak mencari penari yang tinggi-tinggi ya, supaya tidak berjingkat-jingkat begitu?”

Disebuah rumah sakit jiwa terdapat 3 pasien yang akan diikutkan pengujian rutin kewarasannya oleh sang dokter, maka dipanggilah pasien-pasien tersebut satu persatu...

Dokter : "Pasien A, apa namanya ini?? (Sambil menunjuk hidung)

Pasien A: "Telinga dok..."

Dokter : Ah ternyata kamu belum waras...", sambil memanggil Pasien ke-2.

Dokter : "Apa namanya ini??" (Sambil menunjuk mata)

Pasien B: "Mulut dok...."

Dokter : "Wah... Ternyata kamu lebih parah... Udah 15 tahun belajar di sini masih belum hafal juga bagian-bagian anggota tubuh..."

Dan si dokter pun memanggil pasien terakhir...

Dokter : "Apa namanya ini??" (Sambil menunjuk mulut)

Pasien C: "Pasti mulut dong..."

Dokter : "Wah... sepertinya kamu sudah ada kemajuan, tapi sekali lagi yah..." (Kurang percaya)

Dokter : "Apa namanya ini??" (Sambil menunjuk mata)

Pasien C: "Wah... Dokter ini gimana sich... Masa yang gitu aja gak tau??? Itu kan mata dok...."

Dokter : "Ternyata kamu emang betul-betul udah waras..."

Pasien C: "Iya dong dok, lha wong saya mikirnya pake ini..." (Sambil menunjuk jidat)

Dokter : "Apa namanya itu???"

Pasien C: "PANTAT DOK..."