- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengunggah foto vulgar? Perlukah?
TS
Likjho
Mengunggah foto vulgar? Perlukah?
Mengunggah Foto Vulgar, Mengerikan? Perlukah?
Quote:
Suatu malam, sekitar pukul sebelas, aku masuk ke ruang komputer, menyalakan laptop hendak mulai mengerjakan beberapa proyek sampingan yang tertunda pengerjaannya karena kesibukan kerja utama akhir-akhir ini. Sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk selalu membuka beberapa link favorit sebagai pemanasan sebelum kerja beneran dimulai dan beberapa diantaranya Adalah radio streaming site, blog, google reader dan facebook serta email. Aku biasa menghabiskan waktu sekitar lima belas menit pertama sebelumnya akhirnya menutup semua kecuali radio streaming yang menemaniku sepanjang jam kerja.
Ketika membuka facebook, malam itu, alangkah kagetnya aku menemui salah seorang teman mengunggah foto jenasah yang baru dilayatnya beberapa waktu sebelumnya lengkap dengan perasaan hati yang menggambarkan betapa ia kehilangan atas kepergiannya. Akupun menghiba karenanya, namun sayangn tak hanya itu yang kurasakan. Foto itu ya gara-gara melihat foto itu meski sekilas, malam yang harusnya bisa kumanfaatkan untuk bekerja harus kulupakan begitu saja. Kalian boleh bilang aku penakut masa ngeliat foto jenazah saja langsung ngeper tapi kenyataan yang lebih tepat sebenarnya adalah aku kehilangan mood untuk bekerja. Aku lalu memilih untuk mematikan laptop, melipatnya dan memasukkan ke dalam drawer dan segera naik ke atas mencoba untuk tidur.
Ketika membuka facebook, malam itu, alangkah kagetnya aku menemui salah seorang teman mengunggah foto jenasah yang baru dilayatnya beberapa waktu sebelumnya lengkap dengan perasaan hati yang menggambarkan betapa ia kehilangan atas kepergiannya. Akupun menghiba karenanya, namun sayangn tak hanya itu yang kurasakan. Foto itu ya gara-gara melihat foto itu meski sekilas, malam yang harusnya bisa kumanfaatkan untuk bekerja harus kulupakan begitu saja. Kalian boleh bilang aku penakut masa ngeliat foto jenazah saja langsung ngeper tapi kenyataan yang lebih tepat sebenarnya adalah aku kehilangan mood untuk bekerja. Aku lalu memilih untuk mematikan laptop, melipatnya dan memasukkan ke dalam drawer dan segera naik ke atas mencoba untuk tidur.
Quote:
Lain kisah.
Masih di facebook. Akhir-akhir ini barangkali banyak dari kalian melihat foto dan kisah seorang Ibu di Jepang yang tertimbun tanah sedang memeluk anaknya. Sebagai manusia yang berperasaan tentu foto dan kisah itu menerbitkan rasa haru yang teramat sangat. Namun bukannya aku tak terketuk untuk lebih mencintai Ibuku kalau aku harus bilang Cukup! Tak perlulah kisah berfoto itu disebarluaskan dan ulas-ulas sedemikian sering sehingga alih-alih membuat kita semakin iba, yang ada justru membuat mood kita kocar-kacir karena rasa iba itu sendiri dan terlebih foto yang menyayat hati.
Masih di facebook. Akhir-akhir ini barangkali banyak dari kalian melihat foto dan kisah seorang Ibu di Jepang yang tertimbun tanah sedang memeluk anaknya. Sebagai manusia yang berperasaan tentu foto dan kisah itu menerbitkan rasa haru yang teramat sangat. Namun bukannya aku tak terketuk untuk lebih mencintai Ibuku kalau aku harus bilang Cukup! Tak perlulah kisah berfoto itu disebarluaskan dan ulas-ulas sedemikian sering sehingga alih-alih membuat kita semakin iba, yang ada justru membuat mood kita kocar-kacir karena rasa iba itu sendiri dan terlebih foto yang menyayat hati.
Quote:
Lain lagi kisahnya.
Suatu pagi yang juga tak jauh dari sekarang, ketika mengakses facebook sembari duduk di toilet, aku menemui foto sosok anak korban aborsi yang terbujur kaku berdarah-darah dan di bawahnya tertulis kisah tentang bagaimana perasaan si anak itu dipersonifikasikan seolah-olah ia masih hidup dan bertanya kenapa ia harus diaborsi. Aku makhluk ber-Tuhan dan dalam hal ini menolak keras-keras aborsi dengan alasan apapun mengingat kehidupan adalah anugerah Tuhan Tapi, foto yang sangat vulgar karena menunjukkan darah dan mayat itu alih-alih membuat iba, yang ada malah mual. Hal ini juga berlaku untuk foto anak kecil berusia lima tahunan, korban selamat yang mengalami penyiksaan oleh orang tuanya dan ditampilkan dengan wajah lebam-lebam penuh luka. Pointnya apa? Ingin membuat rasa iba yang berlebihan? Ingin mengingatkan orang untuk tak berbuat serupa?
Suatu pagi yang juga tak jauh dari sekarang, ketika mengakses facebook sembari duduk di toilet, aku menemui foto sosok anak korban aborsi yang terbujur kaku berdarah-darah dan di bawahnya tertulis kisah tentang bagaimana perasaan si anak itu dipersonifikasikan seolah-olah ia masih hidup dan bertanya kenapa ia harus diaborsi. Aku makhluk ber-Tuhan dan dalam hal ini menolak keras-keras aborsi dengan alasan apapun mengingat kehidupan adalah anugerah Tuhan Tapi, foto yang sangat vulgar karena menunjukkan darah dan mayat itu alih-alih membuat iba, yang ada malah mual. Hal ini juga berlaku untuk foto anak kecil berusia lima tahunan, korban selamat yang mengalami penyiksaan oleh orang tuanya dan ditampilkan dengan wajah lebam-lebam penuh luka. Pointnya apa? Ingin membuat rasa iba yang berlebihan? Ingin mengingatkan orang untuk tak berbuat serupa?
* * *
Quote:
Melihat itu semua, aku jadi tertarik untuk bertanya, apa sebenarnya tujuan mereka menyebarkan foto dan kisah tersebut ke ranah social media?
Tujuannya share, Brho! Ok, aku setuju bahwa salah satu kekuatan social media adalah bagaimana kita bisa berbagi (share) informasi, tapi bagaimana kalian bisa mengatur kekuatan itu kupikir adalah hal yang mempengaruhi perilaku orang per orang dalam social media itu sendiri. Membagikan sesuatu dalam kerangka sosial idealnya harus selalu bertujuan membangun sesama dengan menekan sekecil mungkin angka kerugian yang ditimbulkan, kan?
Tidak tahukah kamu wahai kalian yang menyebarkan foto-foto sadis nan vulgar itu bahwa tak semua orang memiliki tingkat sensitivitas dan reaksi yang sama ketika melihat gambar yang sedemikian horor dan vulgarnya? Tujuan kalian mungkin bagus, granted tapi ekses-ekses buruknya akan sejauh mana mampu mengaburkan kebaikan yang kalian tawarkan? Kalian toh harus pahami hal itu.
Kalau nggak suka silakan un-tag atau unfollow atau block saya!kalian bisa teriak demikian namun sebenarnya itu bukan penyelesaian; malah kupikir itu adalah jawaban yang tak cukup nyambung. Kenapa? Tindakan untuk unfollow/block adalah pilihan yang bisa diambil KETIKA peristiwa penyebaran foto-foto vulgar TELAH terjadi tapi inti kejadiannya adalah bahwa foto-foto itu TELAH terbagi dan terlihat! Sama saja halnya kalau kamu hidup bertetangga dengan keluarga yang memiliki bayi. Suatu malam kalian muter lagu rock keras-keras dan menyebabkan bayi mereka kaget dan menangis sejadi-jadinya semalam-malaman Akankah kalian juga bilang Silakan tutup pintu apartmentmu atau pindah dari sini dan jauh-jauh dariku! Apapun yang kalian tawarkan solusinya, termasuk misalnya kamu yang memilih pindah dari situ atau (kalau masih kurang gila) kamu yang meminta dia pindah, intinya anaknya telah menangis dan mereka begitu dirugikan oleh tindakanmu tersebut.
Tujuannya share, Brho! Ok, aku setuju bahwa salah satu kekuatan social media adalah bagaimana kita bisa berbagi (share) informasi, tapi bagaimana kalian bisa mengatur kekuatan itu kupikir adalah hal yang mempengaruhi perilaku orang per orang dalam social media itu sendiri. Membagikan sesuatu dalam kerangka sosial idealnya harus selalu bertujuan membangun sesama dengan menekan sekecil mungkin angka kerugian yang ditimbulkan, kan?
Tidak tahukah kamu wahai kalian yang menyebarkan foto-foto sadis nan vulgar itu bahwa tak semua orang memiliki tingkat sensitivitas dan reaksi yang sama ketika melihat gambar yang sedemikian horor dan vulgarnya? Tujuan kalian mungkin bagus, granted tapi ekses-ekses buruknya akan sejauh mana mampu mengaburkan kebaikan yang kalian tawarkan? Kalian toh harus pahami hal itu.
Kalau nggak suka silakan un-tag atau unfollow atau block saya!kalian bisa teriak demikian namun sebenarnya itu bukan penyelesaian; malah kupikir itu adalah jawaban yang tak cukup nyambung. Kenapa? Tindakan untuk unfollow/block adalah pilihan yang bisa diambil KETIKA peristiwa penyebaran foto-foto vulgar TELAH terjadi tapi inti kejadiannya adalah bahwa foto-foto itu TELAH terbagi dan terlihat! Sama saja halnya kalau kamu hidup bertetangga dengan keluarga yang memiliki bayi. Suatu malam kalian muter lagu rock keras-keras dan menyebabkan bayi mereka kaget dan menangis sejadi-jadinya semalam-malaman Akankah kalian juga bilang Silakan tutup pintu apartmentmu atau pindah dari sini dan jauh-jauh dariku! Apapun yang kalian tawarkan solusinya, termasuk misalnya kamu yang memilih pindah dari situ atau (kalau masih kurang gila) kamu yang meminta dia pindah, intinya anaknya telah menangis dan mereka begitu dirugikan oleh tindakanmu tersebut.
Quote:
Tak hanya itu
pada kasus penyebaran foto jenasah atau korban kekerasan misalnya, seberapa pedulikah kalian pada hak seseorang untuk tak ditampilkan di muka publik?
O well, jelas kalian tak bisa minta ijin pada sang jenazah karena mereka toh telah meninggal dunia, namun kepada keluarganya? Sudahkah kalian mendapat ijin bahwa untuk sekian jumlah foto dengan beberapa pose akan tampil di social media? Bagaimana pula dengan anak-anak korban kekerasan? Pernahkah kalian dengar bahwa kebanyakan para psikolog sangat menganjurkan orang-orang dekat para korban untuk tak mempublikasikan foto ke siapapun termasuk media luas terkait dengan trauma yang mungkin timbul ketika mereka beranjak dewasa?
O well, jelas kalian tak bisa minta ijin pada sang jenazah karena mereka toh telah meninggal dunia, namun kepada keluarganya? Sudahkah kalian mendapat ijin bahwa untuk sekian jumlah foto dengan beberapa pose akan tampil di social media? Bagaimana pula dengan anak-anak korban kekerasan? Pernahkah kalian dengar bahwa kebanyakan para psikolog sangat menganjurkan orang-orang dekat para korban untuk tak mempublikasikan foto ke siapapun termasuk media luas terkait dengan trauma yang mungkin timbul ketika mereka beranjak dewasa?
* * *
Quote:
Saranku untuk kalian yang mengunggah foto ke social media ataupun menyebarluaskannya, berpikirlah berulang-ulang sebelumnya karena sekali ia tersiar, reduplikasi ataupun re-share dari orang lain ke orang lainnya lagi adalah hal yang angka pertambahannya bersifat eksponensial! Cukup dengan kata-kata. Tak perlu dukungan sepotong foto pun kalau itu hanya dimaksudkan untuk menghadirkan kesan terlebih kalau harus mengisinya dengan foto-foto sesadis itu?
Kalaupun dirasa perlu, kenapa tak menampilkan foto-foto keindahan dan menceritakan hal-hal memilukan dari sudut pandang keindahan? Itu bukan sesuatu yang sulit kok!
Misal, kalian ingin menceritakan sosok Ibu yang mati dalam posisi melindungi anaknya di Jepang itu Kenapa tak kau pasang saja foto ibu yang menggendong anaknya (tentu setelah mendapatkan ijin dari fotografer maupun tokoh yang ditampilkan fotonya) dan mulai bercerita dari angle Sang Ibu tak bisa lagi menggendong anaknya seperti ini, ia telah mati melindungi anaknya bla-bla-bla
Sementara untuk kalian yang -teriritasi- oleh foto-foto vulgar itu, jangan ragu untuk bertindak! Block user, laporkan sebagai spammer ataupun nyatakan keberatan secara langsung kepada yang bersangkutan adalah langkah yang menjadi HAK kalian selain diam! Suarakanlah pula keberatan kalian itu kepada pemerintah dan departemen terkait supaya ambil tindakan. Jangan ragu mengingatkan mereka untuk tak hanya pandai memblokir foto-foto yang terkait pornografi saja karena kalau memang menurut mereka vulgar itu hanya dibatasi dinding tebal bernama pornografi, sepertinya kita harus lebih sabar untuk menunggu mereka bertindak lebih pintar daripada itu.
Kalaupun dirasa perlu, kenapa tak menampilkan foto-foto keindahan dan menceritakan hal-hal memilukan dari sudut pandang keindahan? Itu bukan sesuatu yang sulit kok!
Misal, kalian ingin menceritakan sosok Ibu yang mati dalam posisi melindungi anaknya di Jepang itu Kenapa tak kau pasang saja foto ibu yang menggendong anaknya (tentu setelah mendapatkan ijin dari fotografer maupun tokoh yang ditampilkan fotonya) dan mulai bercerita dari angle Sang Ibu tak bisa lagi menggendong anaknya seperti ini, ia telah mati melindungi anaknya bla-bla-bla
Sementara untuk kalian yang -teriritasi- oleh foto-foto vulgar itu, jangan ragu untuk bertindak! Block user, laporkan sebagai spammer ataupun nyatakan keberatan secara langsung kepada yang bersangkutan adalah langkah yang menjadi HAK kalian selain diam! Suarakanlah pula keberatan kalian itu kepada pemerintah dan departemen terkait supaya ambil tindakan. Jangan ragu mengingatkan mereka untuk tak hanya pandai memblokir foto-foto yang terkait pornografi saja karena kalau memang menurut mereka vulgar itu hanya dibatasi dinding tebal bernama pornografi, sepertinya kita harus lebih sabar untuk menunggu mereka bertindak lebih pintar daripada itu.
sumber
kalo berkenan. Tolong rate ya gan...
ato kasih sicendol ijo juga mau banget gan...
Kasih Cendol di Sini
ato kasih sicendol ijo juga mau banget gan...
Kasih Cendol di Sini
Biar gak salah ucap. nyontek Kamus Studio Fotografi
atau ngobrolin Fotografi Digital, Membantu Memberantas Pengangguran ?
atau ngobrolin Fotografi Digital, Membantu Memberantas Pengangguran ?
0
8.2K
Kutip
73
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan