Sudah belasan gunung coba saya daki. Tentu saja ini adalah sebuah kebanggan tersendiri. Tapi, saya harus jujur, bahwa dalam pendakian tersebut, tidak jarang saya terlibat dalam pengrusakkan alam. Lebih banyak terjadi karena ketidaksengajaan. Tetapi, meskipun tidak sengaja, itu tetaplah perbuatan tercela.
Nah, mungkin di antara teman-teman pendaki, juga ada yang seperti itu. Berikut ini adalah 10 dosa yang biasa dibuat oleh pendaki gunung, yang seringkali menyebut dirinya pecinta alam. Memang agak kontradiktif. Tetapi, tak apalah, semoga dengan tulisan ini kita jadi lebih sadar dan waspada, sehingga pendakian berikutnya kita jadi lebih peka terhadap alam.
Spoiler for 1. Andil Mencemari Lingkungan Gunung:
Melakukan berbagai bentuk pencemaran di gunung selama pendakian seperti membuang sampah (tidak membawa turun sampah yang dibawanya), mengotori sumber mata air, dan atau membawa barang/zat yang mencemarkan bumi, air, dan udara dalam jangka lama.
Spoiler for 2. Ikut Merusak Keasrian Gunung:
Melakukan bermacam pengrusakan seperti mencorat-coret batu, batang pohon, pos shelter (vandalism), menebang pohon tanpa batas, mengambil flora/fauna langka dan khas gunung setempat, bertindak sembrono hingga mengakibatkan kebakaran hutan, savana dll seperti membuang putung rokok yang masih menyala sembarangan, dan lalai mematikan dengan seksama bekas api unggun atau memasak.
Spoiler for 3. Membawa Sampah Pribadi :
Mengikutsertakan prilaku negatif dari tempat asal/kota ke gunung seperti membawa minuman keras dan meminumnya hingga lupa diri, mengenakan pakaian yang kurang sopan hingga jadi pusat perhatian dan omongan, bergaya kekota-kotaan, angkuh, individualitis, dan sok pamer hingga secara tidak langsung mencemari dan merusak budaya penduduk di kaki gunung setempat.
Spoiler for 4. Ekspedisi Tak Ramah Lingkungan:
Melakukan ekspedisi seperti membuat jalur pendakian baru tanpa mengindahkan nilai-nilai konservasi. Semata hanya mencari sensasi, prestasi, dan atau keuntungan pribadi. Seenaknya membabat hutan, kemudian mengajak pendaki-pendaki baru untuk menggunakan jalur tersebut lalu mengkomersialkannya.
Spoiler for 5. Menggelar Pendakian Massal (penmas) Non Konservatif:
Membuat pendakian dengan peserta dalam jumlah besar tanpa berkonsep konservatif. Justru hanya memindahkan sampah pribadi dan kelompok ke gunung hingga kian memparah pencemaran dan pengrusakan gunung.
Spoiler for 6. Memberikan Data Keliru:
Memberikan informasi yang salah mengenai sejarah, karakter gunung, dan hasil pencatatan perubahan terbaru baik ketinggian puncak gunung dan lainnya.
Spoiler for 7. Bersikap Masa Bodoh:
Tidak menghargai adat istiadat maupun kearifan lokal, aturan tidak tertulis atau tabu penduduk setempat dalam menjaga keasrian alam gunung. Masa bodoh melihat pendaki melakukan pencemaran dan mendiamkannya.
Spoiler for 8. Bersikap Pasif:
Berdiam diri, tidak peduli soal pencemaran dan pengrusakan yang dilakukan oleh pendaki. Menganggap masalah tersebut adalah urusan LSM lingkungan, penjaga taman nasional, porter, dan lainnya. Padahal pendaki yang punya andil besar terjadinya persoalan tersebut.
Spoiler for 9. Cari Laba Semata:
Hanya mencari keuntungan dari kegiatan mengorganisir pendakian atau hanya sekadar mendapatkan kenikmatan mendaki (mountain climbing just for fun), tanpa melakukan dan atau berperan aktif mensosialisasikan pendakian bernilai konservasi.
Spoiler for 10. Tidak Mewarisi Pengetahuan tentang Pendakian Konservatif:
Hanya mewarisi semangat mengajak mendaki gunung kepada orang-orang baru dengan berbagi cara, tanpa dibarengi semangat melakukan dan mensosialisasikan pendakian konservatif. Akibatnya lahir generasi pendaki yang antipati lingkungan. Dengan kata lain hanya membentuk mental pendaki senang-senang bukan pendaki konservatif.
Spoiler for bonus:
Ayo, teman-teman, kita ubah kebiasaan buruk kita...!!!