Endog menemui dokter spesialis kelamin untuk berkonsultasi soal keluhannya.
“Dok, saya punya masalah, tapi Dokter harus janji dulu untuk tidak tertawa yah?”
“Tenang. Saya janji tidak akan tertawa. Itu melanggar sumpah kedokteranku,” jawab dokter bersahaja.
Endog langsung menurunkan celananya, burungnya ternyata kecil sekali, mungkin diameternya hanya sebesar pensil 2B.
Melihat ‘barang’ yang hanya seadanya itu, dokter tak kuat menahan tawanya, dia tertawa terpingkal-pingkal, sampai berguling-guling dilantai .
Kira-kira lima menit, baru dia dapat mengendalikan emosinya. “Maaf Mas.
Hhh.. hh.. Saya kelepasan. Saya janji tidak akan tertawa lagi.
Nah, sekarang masalah Saudara apa ?” kata dokter, berjuang keras menyembunyikan sisa tawanya.
“Janji Dok ya, dokter tidak akan tertawa lagi,” pinta Endog.
Karena merasa sudah mengingkari janji pada pasiennya, sang Dokter kembali
berjanji di depan Endog, “Baiklah saya tidak akan tertawa, kalau tertawa kamu
boleh pukul saya !” Endog mulai ngomong dengan nada sedih, “ Begini Dok, burung saya sudah tiga hari ini bengkak kayak begini…”.
Dokter : “Wakakkakaka.. hahahhaha.. hihihi.. hahahha”.
Endog : ”Buk…Bux, buk”.

Sumber: http://wakakapedia.com/

Seorang penasehat kerajaan diperintah oleh raja untuk mendampingi sang pangeran ke hutan untuk berburu rusa.
Selama berburu bidikan panah sang pangeran selalu tidak mengenai sasaran, sang pangeran sangat geram dan tanpa ia sadari ia berkata kasar “bangs*t bidikanku meleset!!”
“Husss!” kata si penasehat
“Pangeran tidak boleh berkata kasar, apa pangeran tidak takut pada dewa petir yang selalu menghukum orang-orang yang berbicara kasar”.
“Persetan dengan dewa petir, pokoknya hari ini aku harus pulang dengan membawa hasil buruanku”. Jawab sang pangeran sambil membidik seekor rusa buruannya.
Tapi memang hari itu pangeran sedang sial, bidikannya meleset lagi dan tentunya sang pangeran makin marah “bangs*t.. bidikanku meleset lagi”.
Sang penasehat kembali menasehati sang pangeran, tapi kali ini dengan dibarengi ancaman : “kalo sekali lagi pangeran bekata kotor maka saya tidak akan segan memohon pada dewa petir untuk menghukum pangeran” kata penasehat yang mulai marah karena nasehatnya tidak digubris oleh sang pangeran.
Mendengar ancaman sang penasehat, sang pangeran malah merasa tertantang “bangs*t.. bangs*t … bangs*t.. bangs*t.. Ayo, mana dewa petirmu..mana?”.
Sang penasehatpun lansung berdoa, meminta dewa petir untuk menghukum sang pangeran yang mulai lancang, dan tiba-tiba langit mendung… angin bertiup sangat kencang….. entah dari mana datangnya tiba-tiba
“DHUUUUAAAAAAARRR…AR….AR….AR” petir menyambar, tapi aneh.. petir itu menyambar sang penasehat, padahal ia sama sekali tidak pernah berkata kasar.
Sang pangeran berdiri disamping mayat penasehat yang gosong karena tersambar petir, dan bertanya pada dewa petir “wahai dewa petir, aku yang berbicara kasar tapi kenapa penasehat kerajaan yang engkau sambar”.
Dewa petir menjawab “bangs*t..bidikanku meleset”.

Sumber: http://wakakapedia.com/

Cewek : “Abang, abang bener² cinta ga ama AKU?”
Cowok : “Tentu donk”
Cewek:” Buktinya?”
Cowok: “Walaupun laut terbentang luas diantara kita, aku akan berenang untuk sampai ke tempat mu”
Cewek: “terus?”
Cowok: “Walaupun beribu-ribu gunung menghalangi kita, aku akan mendakinya untuk terus bersamamu”
Cewek: “ah yang bener?”
Cowok: “bener donk, dan WALAUPUN BADAI API MENGELILINGIMU, AKU AKAN MENEROBOSNYA UNTUK TERUS MENDATANGIMU”.
Cewek: “terus kenapa kemaren gak dateng?”
Cowok: “Soalnya GERIMIS…

Sumber: http://wakakapedia.com/

Di suatu tempat di café Amerika terdapatlah dua orang sahabat yang sedang menikmati alunan piano di café tersebut yaitu Wakidjan dan Agus yang berasal dari Indonesia , mereka baru pertama kalinya ke Amerika, walau hanya bermodalkan Bahasa Inggris yang pas-pasan.

Wakidjan yang suka sok pakai Bahasa Inggris begitu terpesona dengan permainan piano Nadine sang pianis. Sambil bertepuk tangan, ia berteriak, "Not a play! Not a play!"

Mendengar seruan itu, Nadine pun bengong, "Not a play???"

"Yes. Not a play. Bukan main!" Wakidjan menerangkan, dengan gaya sok.
Agus yang menemani Wakidjan terperangah. "Bukan main itu bukan not a play, Djan." kata Agus.

"Your granny! (Mbahmu!). Humanly I have check my dictionary, kok" (orang saya sudah periksa di kamus, kok), kata Wakidjan ngeyel . “Ah basic you.” (ah dasar lu.) Agus menimpali.

Lalu Wakidjan berpaling ke Nadine. "Lady let's corner, but don't think that are nots" (mojok yuk, tapi jangan berpikir yang bukan-bukan). "I just want a meal together." (saya cuma pengen makan bareng)

"Ngaco kamu, Djan," Agus tambah jengkel. :
"Don't be surplus (jangan berlebihan), Gus. Be wrong a little is OK, toh?" (Salah dikit gak masalah, toh?)

Sambil geli menahan tawa, Nadine menjawab, "I would love to, but ..."

"Sorry if my friend make you not delicious (maaf kalau teman saya bikin kamu jadi nggak enak)," kata Wakidjan, langsung memotong pembicaraan dan sok ramah. "Different river, maybe" (lain kali, barangkali). "I will not be various, kok." (saya nggak akan macam-macam, kok)

Nadine pun tersenyum sambil melangkah pergi, ganti Wakidjan menatap Agus dengan sebal. "Disturbing aja sih lu, Gus. Does the language belong to your ancestor (emang itu bahasa punya moyang lu)?!"

Sambil menyimpan jengkel, Agus pun mencari-cari kalimat penutup yang pas buat temannya itu , "Just itchy, Djan, because you speak English as delicious as your belly button (gatel aja, Djan, soalnya kamu ngomong Inggris seenak udelmu dewek)."

Wakidjan pun nyengir , "His name is also effort (namanya juga usaha)."
“Yor face is so far Djan…” (muke lo jauh Djan…) kata Agus sebal.

Sumber: http://cangkang.vivanews.com/ramadan...n-piano-nadine

Seorang penjelajah yang sedang menjelajahi hutan Amazon tiba-tiba dikepung oleh ratusan suku primitif yang haus darah.

“Oh matilah aku... Siapapun tolonglah aku...” gumamnya.
Tiba-tiba dari langit muncul kilatan cahaya & terdengar sebuah suara menggema.

“Tidak... Ajalmu belum tiba, ambilah batu didekat kakimu & pukulkan batu itu ke kepala pemimpin suku itu yang berdiri tepat didepanmu.”

Si penjelajah itupun langsung dengan sigap mengambil batu & langsung memukul kepala pemimpin suku itu hingga si pemimpin suku itupun tewas seketika, lalu ia berdiri di atas mayat si pemimpin suku dengan gagah.

Seketika itu 100 orang suku pedalaman tersebut mengitarinya dengan wajah penuh amarah & senjata yang siap untuk membunuh.

Tiba-tiba kilatan cahaya dari langit muncul kembali dengan suara yang menggema.
“Nah, sekarang baru ajalmu tiba...”

Sumber: http://id.answers.yahoo.com/question...0040114AAKnSoX

Seorang wartawan sedang meliput peristiwa kecelakaan. Karena banyaknya orang yang mengerumuni lokasi kecelakaan, si wartawan kesulitan menerobos untuk melihat korban dari dekat. Namun setelah beberapa saat memutar otak, akhirnya ia memperoleh ide yang brilian.

“Minggir … minggir semua. SAYA AYAH KORBAN!” ia berseru. “Saya minta jalan.”

Benar saja. Kerumunan itu membiarkan dia lewat. Semua mata terarah padanya. Dalam hati ia berbangga diri.

“Berhasil juga ideku. Aku memang cerdas!!!”

Ketika sampai di tengah kerumunan ia terpana melihat … SEEKOR ANAK MONYET tergeletak tak berdaya di tabrak mobil.

Sumber: http://humorceria.blogspot.com/