- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ilmuwan Indonesia tidak DIBUTUHKAN di Negeri Sendiri, PENDIDIKAN HARUS DIREFORMASI!!!


TS
leeshemin
Ilmuwan Indonesia tidak DIBUTUHKAN di Negeri Sendiri, PENDIDIKAN HARUS DIREFORMASI!!!
Assalammu'alaikum Wr.Wb.
Juragan, Thread ini terinspirasi dari keprihatinan saya terhadap pendidikan sekarang ini. Semoga thread ini bisa menambah inspirasi dan wawasan kita semua
Thread ini saya mulai dengan sebuah kisah kakak teman saya,
Dari kisah tersebut dapat kita ambil kesimpulan,
walaupun kita pintar sampai ditawari S3 dari Orang Luar Negeri (yang bukan sanak saudara kita), kita bukanlah orang pintar di negeri sendiri
Mengenai sistem penilaian waktu kuliah juga begitu, ada 3 tempat yang menjadi bahan Survey saya, yaitu:
1. ITB Bandung
2. STAN Bintaro Tangerang
3. Unair Surabaya
Dari 3 tempat tersebut (mungkin kampus juragan juga iya, kalau iya silakan di share )
2. Kuliah = Nilai
Hal yang membuat saya dibuat bingung adalah, pintar seseorang dalam perkuliahan hanya diukur oleh Nilai,
sehingga banyak teman-teman kuliah mendewakan "Nilai" serta IPK
memang Nilai bisa menjadi tolak ukur dalam menilai kemampuan seseorang,
tetapi timbul sebuah pertanyaan,
Apa beda Belajar pada tingkat Perguruan Tinggi dan SMP, SMA?
kalau memang hanya Nilai yang dikejar?
Kalau saya membandingkan dengan teman-teman di Perguruan Tinggi di Curtin Singapura serta University Canberra, memang perkuliahan indikator juga nilai,
tapi tidak hanya nilai
tetapi juga riset
Ada beberapa hal akibat hanya nilai yang menjadi patokan dalam perkuliahan,
1. Saya yakin walau Perguruan Tinggi Negeri terpandang sekalipun, kalau bersaing dengan Perguruan Tinggi asing, akan jauh tertinggal lulusannya
2. Perguruan Tinggi tanpa Riset = Kurang Bermanfaat
Paradigma yang terbentuk sewaktu perkuliahan sekarang adalah,
bagaimana mendapat nilai bagus, IPK bagus, sehingga nanti mendapat kerja mudah
Sekadar perlu diketahui,
ketika Seleksi kerja,
memang ada syarat IPK diatas 3,
tetapi hal tersebut hanya untuk seleksi administrasi saja
dan untuk seleksi berikutnya,
tidak ada beda antara mahasiswa ber IPK 3,0 sampai 4!
Beberapa hari waktu yang lalu saya berdiskusi dengan teman saya yang kuliah di Curtin Singapura, ada fakta menarik yang membuat saya kaget,
dari kisah tersebut ada yang menarik untuk diulas, yakni
Apakah dengan masa studi S1 di Indonesia yang lebih lama, mahasiswanya lebih pintar daripada Singapura?Ternyata tidak gan! Bisa kita lihat buktinya, banyak mahasiswa di Indonesia yang lulus hanya sekadar lulus
Hal lain yang kami diskusikan adalah mata kuliahnya gan. Di tempat saya kuliah, Manajemen Pemasaran hanya diajari teori dari buku. Ujian hanya disuruh belajar dari bab ini sampai bab itu. Selesai
Ternyata teman saya yang kuliah di Curtin Singapura, perkuliahan manajemen pemasarannya berbeda gan. Dosen tersebut meminta mahasiswanya untuk melakukan riset kecil tentang suatu produk. Apakah harga sebuah produk di sebuah supermarket dan supermarket yang lain sama atau berbeda? kalau berbeda, mengapa bisa berbeda? apa yang menyebabkan berbeda? apakah hal yang membuat sebuah konsumen memilih produk tersebut?
dan laporan tersebut ditulis dalam bahasa inggris. Agar tidak terjadi Copy Paste seperti di tempat kita Mahasiswa diminta untuk mengupload di situs TurnItIn.com . Di situs tersebut akan diketahui berapa persen kemiripan kalimat dengan situs lain atau paper dari mahasiswa lain.
Kalau saya tidak salah mendengar. Kalau tingkat kemiripan paper tersebut mencapai 20%, maka tugas tersebut akan ditolak. Dan bila tingkat kemiripan lebih dari 30%, mahasiswa tersebut akan di DO dari kampus tersebut
yah, kalau diterapkan di kampus kita, mungkin mayoritas dah ke DO semua ya gan?
Jadi, bagaimana solusinya?
Dari tulisan saya yang diatas, dapat disimpulkan bagaimana Malaysia bisa maju pendidikan dan risetnya,
caranya?
Guru-guru serta dosen Malaysia disuruh belajar S2 dan S3 di Luar Negeri (tentu belajar Riset gan, bukan cuma dapat gelar ). dan Guru-guru serta Dosen asing yang pintar Riset (Seperti guru-guru dan Dosen Indonesia ) diminta untuk mengajar di Malaysia.
Jadi istilahnya Persilangan Budaya (Cross Culture). Pelajar Malaysia mendapatkan benefit dari guru-guru serta dosen asing. Dan Guru-guru serta dosen Malaysia bisa belajar dan mengetahui cara Riset dengan baik dan benar
Akibatnya ketika Dosen serta guru-guru Malaysia pulang, mereka bisa mentransfer ilmu mereka ke murid-murid serta mahasiswa mereka. Dan pelajar-pelajar yang diajar oleh guru serta dosen asing tadi sudah bisa melakukan riset yang berguna bagi Malaysia
pada akhirnya Pertanyaan yang menarik pun timbul,
Apakah kita tetap membiarkan pendidikan seperti sekarang?
Apakah anak-anak dan cucu kita akan menikmati pendidikan yang seperti ini?
Semoga threadnya dapat bermanfaat ya gan
Thread ane yang lain gan
Juragan, Thread ini terinspirasi dari keprihatinan saya terhadap pendidikan sekarang ini. Semoga thread ini bisa menambah inspirasi dan wawasan kita semua

Thread ini saya mulai dengan sebuah kisah kakak teman saya,
Quote:
Dari kisah tersebut dapat kita ambil kesimpulan,
walaupun kita pintar sampai ditawari S3 dari Orang Luar Negeri (yang bukan sanak saudara kita), kita bukanlah orang pintar di negeri sendiri

******
Mengenai sistem penilaian waktu kuliah juga begitu, ada 3 tempat yang menjadi bahan Survey saya, yaitu:
1. ITB Bandung
2. STAN Bintaro Tangerang
3. Unair Surabaya
Dari 3 tempat tersebut (mungkin kampus juragan juga iya, kalau iya silakan di share )
Quote:
2. Kuliah = Nilai
Hal yang membuat saya dibuat bingung adalah, pintar seseorang dalam perkuliahan hanya diukur oleh Nilai,
sehingga banyak teman-teman kuliah mendewakan "Nilai" serta IPK
memang Nilai bisa menjadi tolak ukur dalam menilai kemampuan seseorang,
tetapi timbul sebuah pertanyaan,
Apa beda Belajar pada tingkat Perguruan Tinggi dan SMP, SMA?
kalau memang hanya Nilai yang dikejar?
Kalau saya membandingkan dengan teman-teman di Perguruan Tinggi di Curtin Singapura serta University Canberra, memang perkuliahan indikator juga nilai,
tapi tidak hanya nilai
tetapi juga riset
Ada beberapa hal akibat hanya nilai yang menjadi patokan dalam perkuliahan,
1. Saya yakin walau Perguruan Tinggi Negeri terpandang sekalipun, kalau bersaing dengan Perguruan Tinggi asing, akan jauh tertinggal lulusannya
2. Perguruan Tinggi tanpa Riset = Kurang Bermanfaat
Paradigma yang terbentuk sewaktu perkuliahan sekarang adalah,
bagaimana mendapat nilai bagus, IPK bagus, sehingga nanti mendapat kerja mudah
Sekadar perlu diketahui,
ketika Seleksi kerja,
memang ada syarat IPK diatas 3,
tetapi hal tersebut hanya untuk seleksi administrasi saja
dan untuk seleksi berikutnya,
tidak ada beda antara mahasiswa ber IPK 3,0 sampai 4!
******
Beberapa hari waktu yang lalu saya berdiskusi dengan teman saya yang kuliah di Curtin Singapura, ada fakta menarik yang membuat saya kaget,
Quote:
dari kisah tersebut ada yang menarik untuk diulas, yakni
Apakah dengan masa studi S1 di Indonesia yang lebih lama, mahasiswanya lebih pintar daripada Singapura?Ternyata tidak gan! Bisa kita lihat buktinya, banyak mahasiswa di Indonesia yang lulus hanya sekadar lulus
Hal lain yang kami diskusikan adalah mata kuliahnya gan. Di tempat saya kuliah, Manajemen Pemasaran hanya diajari teori dari buku. Ujian hanya disuruh belajar dari bab ini sampai bab itu. Selesai
Ternyata teman saya yang kuliah di Curtin Singapura, perkuliahan manajemen pemasarannya berbeda gan. Dosen tersebut meminta mahasiswanya untuk melakukan riset kecil tentang suatu produk. Apakah harga sebuah produk di sebuah supermarket dan supermarket yang lain sama atau berbeda? kalau berbeda, mengapa bisa berbeda? apa yang menyebabkan berbeda? apakah hal yang membuat sebuah konsumen memilih produk tersebut?
dan laporan tersebut ditulis dalam bahasa inggris. Agar tidak terjadi Copy Paste seperti di tempat kita Mahasiswa diminta untuk mengupload di situs TurnItIn.com . Di situs tersebut akan diketahui berapa persen kemiripan kalimat dengan situs lain atau paper dari mahasiswa lain.
Kalau saya tidak salah mendengar. Kalau tingkat kemiripan paper tersebut mencapai 20%, maka tugas tersebut akan ditolak. Dan bila tingkat kemiripan lebih dari 30%, mahasiswa tersebut akan di DO dari kampus tersebut
yah, kalau diterapkan di kampus kita, mungkin mayoritas dah ke DO semua ya gan?

******
Jadi, bagaimana solusinya?
Quote:
Dari tulisan saya yang diatas, dapat disimpulkan bagaimana Malaysia bisa maju pendidikan dan risetnya,
caranya?
Guru-guru serta dosen Malaysia disuruh belajar S2 dan S3 di Luar Negeri (tentu belajar Riset gan, bukan cuma dapat gelar ). dan Guru-guru serta Dosen asing yang pintar Riset (Seperti guru-guru dan Dosen Indonesia ) diminta untuk mengajar di Malaysia.
Jadi istilahnya Persilangan Budaya (Cross Culture). Pelajar Malaysia mendapatkan benefit dari guru-guru serta dosen asing. Dan Guru-guru serta dosen Malaysia bisa belajar dan mengetahui cara Riset dengan baik dan benar
Akibatnya ketika Dosen serta guru-guru Malaysia pulang, mereka bisa mentransfer ilmu mereka ke murid-murid serta mahasiswa mereka. Dan pelajar-pelajar yang diajar oleh guru serta dosen asing tadi sudah bisa melakukan riset yang berguna bagi Malaysia

******
pada akhirnya Pertanyaan yang menarik pun timbul,
Apakah kita tetap membiarkan pendidikan seperti sekarang?
Apakah anak-anak dan cucu kita akan menikmati pendidikan yang seperti ini?
Semoga threadnya dapat bermanfaat ya gan

Thread ane yang lain gan
Quote:
0
16K
1.2K
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan