- Beranda
- Komunitas
- Automotive
- F1
~ Rubens Barrichello Fans ~


TS
MacGeraldo
~ Rubens Barrichello Fans ~
Quote:
Rubens Goncalves Barrichello(pelafalan dalam bahasa Portugal: [ˈʁubẽjs baʁiˈkɛlu], panggilannya Rubinho atau Rubino, lahir di Sao Paulo, Brazil, 23 Mei 1972; umur 39 tahun) adalah seorang pembalap F1 asal Brazil yang saat ini memperkuat tim Williams-Cosworth. Prestasi terbaiknya adalah saat ia menjadi runner-up dunia tahun 2002 dan 2004 saat bergabung bersama Michael Schumacher di tim Ferrari. Rubens sendiri saat ini memegang rekor sebagai pembalap paling berpengalaman di F1 dengan jumlah keikutsertaan dalam lomba F1 sebanyak 300 kali yang ia catatkan di GP Belgia 2010, dan pembalap yang mengikuti start balapan sebanyak 300 kali yang ia catatkan di GP Jepang 2010. Sebelumnya rekor partisipan terbanyak dalam lomba F1 tercatatkan atas nama Riccardo Patrese, yang mencatatkan 256 kali start sampai akhir kariernya di Australia 1993. Barrichello juga tercatat bersama David Coulthard sebagai salah satu pembalap F1 tersukses di abad 21 yang tidak pernah meraih gelar juara dunia.
Quote:
Quote:
PROFILE
Quote:
PRIBADI
Baik ayah dan kakek dari Barrichello juga bernama sama, Rubens Barrichello. Lantas atas persamaan nama itulah, Rubens kemudian dipanggil sebagai Rubinho (bahasa Portugal untuk Rubens kecil), yang kemudian menjadi nama panggilannya sampai sekarang. Rubinho sendiri ternyata juga memiliki kesamaan lain dengan sang ayah, yaitu tanggal lahir yang sama: 23 Mei.
Rubens merupakan pendukung dari klub sepakbola Brazil, S.C. Corinthians. Namun ia juga sempat menjadi pendukung Juventus saat ia bersama Michael Schumacher diundang hadir ke stadion Old Trafford Manchester, saat final Liga Champions 2003 antara A.C. Milan vs. Juventus. Barrichello dan Schumi juga sempat membentuk sebuah tim sepakbola amal yang para pemainnya diisi oleh atlet seperti Valentino Rossi, Boris Becker, Roger Federer, dan atlet sepakbola sungguhan semacam Zinedine Zidane, Alessandro Del Piero, dan Pavel Nedved.
Quote:
TEMAN
Barrichello menikah dengan Silvana Giaffone pada 24 Februari 1997. Silvana merupakan saudara dari pembalap Indy asal Brazil, Felipe Giaffone, dan juga merupakan keponakan dari Affonso Giaffone Filho dan Zeca Giaffone. Saat ini pasangan Rubinho dan Silvana telah mempunyai dua orang anak laki-laki, Eduardo yang lahir pada tahun 2001 dan Fernando yang lahir pada tahun 2005. Pasangan Rubinho dan Silvana saat ini tinggal di Banbury dan Curmor, kawasan Oxfordshire, Inggris.
Teman terbaik Rubens di ajang F1 adalah Felipe Massa. Karena itulah bisa kita lihat ketika Felipe Massa mengalami kecelakaan di Hongaria 2009 dan harus istirahat dari balap F1, Rubens kemudian memberikan sedikit sentuhan helm Massa pada helm miliknya. Dan kemenangan di GP Eropa 2009 yang ia raih kemudian juga ia persembahkan kepada Massa. Sedangkan idola masa kecil Rubens yang turut mempengaruhinya agar turun ke ajang balapan adalah almarhum Ayrton Senna. Sehari sebelum Senna wafat di 1 Mei 1994, Rubens sempat mengingat bahwa Senna-lah yang pertama kali menjenguknya di medical centre ketika Rubens mengalami kecelakaan di sesi latihan GP San Marino 1994. Seminggu sebelumnya juga Rubens sempat terkenang akan idolanya tersebut yang secara tidak sengaja mengajak Rubens makan di sebuah restoran cepat saji di Jepang.
Quote:
Pra Formula 1
Barrichello memenangi lima gelar karting di Brazil sebelum akhirnya ia pergi ke Eropa untuk membalap di ajang Formula Vauxhall Lotus series di 1990. Di tahun pertamanya tersebut ia langsung memenangi kejuaraan tersebut. Lantas kemudian ia pindah ke ajang Formula 3 Inggris pada 1991 dengan bergabung bersama West Surrey Racing, dimana di sana ia mengalahkan David Coulthard, dan kemudian menjadi juara di akhir musim. Tahun 1992 ia pindah ke ajang F3000, walaupun prestasinya terbilang biasa saja, ia mampu finish di P3 klasemen akhir, dan membuat Eddie Jordan (EJ) tertarik untuk meminangnya membalap di ajang F1 musim 1993, dalam usia 21 tahun.
Quote:
Formula 1
Quote:
Jordan F1 1993 - 1996
Barrichello memulai debut F1-nya pada GP Afrika Selatan 1993, berbarengan dengan debut tim Sauber di ajang F1. Pada balapan ketiganya di GP Eropa di Donington Park, Barrichello start dari P12, dan secara brilian mampu naik ke P4 saat lap pertama. Lantas kemudian ia naik lagi ke P2 setelah menyalip Damon Hill dan Alain Prost, sebelum kemudian akhirnya menyerah karena kegagalan pasokan bahan bakar ke mesin. Selama 1993, Barrichello mampu secara regular mengalahkan dua rekan setimnya yang jauh lebih berpengalaman, Ivan Capelli dan Thierry Boutsen. Rubens nyaris saja mencatat poin pertamanya di GP Perancis sebelum akhirnya disalip Michael Andretti di lap terakhir. Raihan poin Rubens akhirnya bisa tercetak di GP Jepang saat ia finish keenam, diatas rekan setim barunya, Eddie Irvine. Dua poin yang Rubinho raih menempatkannya di P18 klasemen akhir 1993.
Musim 1994 dimulai Rubens dengan baik. Ia berada di P4 saat GP Brazil dan P3 di GP Pasifik di Aida, Jepang, yang memberikannya podium pertama dalam karier F1-nya. Namun di GP San Marino di Imola, Rubens harus mengalami musibah, dimana saat sesi latihan Jumat mobilnya menabrak tembok di Variante Bassa. Karier Rubens di F1 sempat terancam, namun akhirnya ia bisa selamat dengan baik berkat kecepatan penanganan dari tim medis. Besoknya di Sabtu, Imola kembali memakan korban saat Roland Ratzenberger (Simtek) menabrak tembok di Villeneuve curva. Roland lantas tewas di tempat. Dan yang paling menyakitkan adalah di hari Minggu, saat mentor sekaligus idola Rubens, Ayrton Senna wafat setelah Williams-nya menabrak tembok di tikungan Tamburello. GP San Marino 1994 kemudian dikenang oleh seluruh fans F1 di dunia sebagai balapan terhitam dalam sejarah F1.
Setelah F1 kembali memasuki masa normal di GP Spanyol 1994, yang ditandai dengan masuknya pembalap muda David Coulthard ke tim Williams untuk menggantikan posisi Ayrton Senna, Barrichello kembali beraksi sampai musim berakhir, dimana di Belgia ia meraih pole, dan sekaligus mencatatkan dirinya sebagai peraih pole position termuda saat itu (sebelum dipecahkan Fernando Alonso di Malaysia 2003). Ia juga sempat memimpin balapan beberapa lap di GP Portugis, dan juga P4 di Adelaide. Hasil akhir Rubens di musim tersebut adalah P4 klasemen dengan 19 poin.
Tahun 1995 Rubens hanya mampu mencatatkan P2 di GP Kanada dibelakang Jean Alesi. Sisanya ia kerap dirundung sial karena mobil Jordan 1995 tidak sebagus musim sebelumnya. Barrichello di akhir musim hanya mampu menempati P11 dengan raihan 11 poin. Musim 1996 Jordan kedatangan mesin baru, Peugeot. Namun meskipun mesin Peugeot menjanjikan, Barrichello tetap gagal memberikan hasil yang bagus untuk timnya. Hubungannya yang memburuk dengan EJ di pertengahan 1996 membuat beberapa tim besar tertarik meminangnya, diantaranya Ferrari dan McLaren. Namun akhirnya Barrichello memilih untuk bergabung dengan tim debutan Stewart Grand Prix untuk musim 1997. Di musim terakhirnya bersama Jordan, Barrichello hanya mampu mencatatkan 14 poin.
Quote:
Stewart Grand Prix 1997 - 1999
Musim F1 1997 merupakan musim yang sulit bagi tim debutan Stewart GP, dimana Rubens Barrichello hanya mampu finish tiga kali di musim tersebut. Namun salah satu finishnya adalah podium kedua di GP Monaco dibelakang sang master, Michael Schumacher. Di akhir musim ia berada di P13 klasemen akhir dengan 6 poin, sementara rekan setimnya, Jan Magnussen gagal meraih sebiji poin pun sampai akhir musim. Musim 1998 Stewart mengalami sedikit perbaikan, dua posisi finish kelima adalah hasil terbaik yang bisa Barrichello berikan kepada tim. Sementara rekan setimnya, Jan Magnussen bahkan harus rela dipecat di pertengahan musim dan digantikan oleh Jos Verstappen.
Musim 1999 merupakan musim terbaik bagi Stewart GP. Barrichello memulainya dengan baik saat ia start ketiga di GP Brazil, dibelakang Schumi, dan kemudian sempat memimpin beberapa lap sebelum mesinnya meledak di dekat 'Subida dos Boxes'. Barrichello lantas meraih pole di Perancis dan tiga podium finish, yaitu di San Marino, Perancis, dan Eropa/Nurburgring dimana rekan setimnya, Johnny Herbert memenangi balapan GP Eropa tersebut. Mendekati akhir musim, talenta Rubinho kemudian tertangkap dengan baik oleh Jean Todt dari Ferrari, dan Rubinho akhirnya masuk ke Ferrari sebagai pengganti Eddie Irvine untuk musim 2000.


tata604 memberi reputasi
1
14.9K
Kutip
384
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan