- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
menyusuri jejak sejarah di kumandangkannya pekik "MERDEKA"


TS
mulsgan
menyusuri jejak sejarah di kumandangkannya pekik "MERDEKA"

sebelumnya rate 5 dulu ya gan
[CENTER]BUKTI GAK EPOST[/CENTER][/QUOTE]
Quote:



Quote:

Quote:
awal mula "merdeka" menjadi salam nasional
kata merdeka tak asing di telinga agan,pekik merdeka biasanya santer di pekikkan,menjelang hari kemerdekaan RI.
Pasca Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, setiap kali orang bertemu pasti akan mengucapkan salam Merdeka. Bahkan, pekik perjuangan Merdeka ditetapkan Maklumat Pemerintahan tanggal 31 Agustus 1945 sebagai salam nasional, yang berlaku mulai 1 September 1945. Caranya ialah dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu cumiikkan Merdeka.
Pekik Merdeka menggema dimana-mana kala itu. Semboyan seperti Sekali Merdeka Tetap Merdeka atau Merdeka atau Mati juga kerapkan diucapkan para pemuda dan pejuang, yang menunjukkan tekad untuk mempertahankan kemerdekaan.
Adalah Soekarno yang membumikan pekik Merdeka. Ia menjadikannya senjata untuk menggembleng rakyat Indonesia agar semangat perjuangan terus menyala. Dalam banyak kesempatan bertemu rakyat, Bung Karno tak pernah lupa pekik Merdeka. Tapi Bung Karno sempat terpeleset gara-gara pekik itu.
Menurut Roso Daras, penulis buku Bung Karno: The Other Stories, Serpihan Sejarah yang Tercecer (2009) ini, pada 1955, Bung Karno berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan rukun Islam kelima. Jika para jemaah haji Indonesia umumnya pergi ke Tanah Suci menggunakan moda transportasi laut, Bung Karno menggunakan pesawat terbang.
Pertama-tama, Bung Karno dan rombongannya singgah di Singapura. Dari Singapura, pesawat tidak langsung menuju Arab, melainkan singgah di Rangoon, New Delhi, Karachi, Baghdad, Mesir barulah mendarat di Saudi Arabia.
Ketika di Singapura, ribu rakyat Indonesia yang berada di sana antusias menyambut Bung Karno. Mereka meminta Bung Karno memberi wejangan. Bung Karno pun berpidato. Dalam pidatonya yang berapi-api, beberapa kali Bung Karno cumiik kata Merdeka Merdeka Merdeka..., kata Roso Daras.

Usai berpidato, Bung Karno melanjutkan perjalanannya. Belum lama pesawat take off dari bandara Singapura, para wartawan geger. Mereka menyoal pekik Merdeka yang berkali-kali Bung Karno teriakkan di hadapan rakyat Indonesia.
Keesokan harinya, pers Singapura menulis besar-besar: Presiden Sukarno menjalankan ill-behaviour. Bung Karno dituding tak tahu sopan-santun. Kata pers Singapura, Singapura bukan negeri merdeka (waktu itu). Bung Karno tahu itu. Tapi, mengapa ia cumiikkan Merdeka?
Selama Bung Karno di Tanah Suci, pers Singapura terus saja geger menyoal Bung Karno yang dituding ngompori rakyat Singapura untuk merdeka. Mereka bersiap menunggu kepulangan Bung Karno, yang pasti transit di Singapura.
Setibanya di Singapura, wartawan langsung menodong Bung Karno dengan berbagai pertanyaan seputar bom pekik merdeka.
Tahukah Paduka Yang Mulia Presiden, bahwa tatkala Paduka Presiden meninggalkan kota Singapura di dalam perjalanan ke Mesir dan Tanah Suci, Paduka dituduh kurang ajar, kurang sopan, ill behaviour, oleh karena Paduka Presiden cumiikkan pekik merdeka dan mengajarkan kepada bangsa Indonesia di sini cumiikkan merdeka! Apa jawab Paduka Presiden atas tuduhan itu? tanya wartawan kepada Bung Karno.
Bung Karno tenang menjawab, Jikalau orang Indonesia berjumpa dengan orang Indonesia, warganegara Republik Indonesia berjumpa dengan warganegara Republik Indonesia, pendek kata jikalau orang Indonesia bertemu dengan orang Indonesia, selalu cumiikkan merdeka! Jangankan di surga, di dalam neraka pun.
Quote:
bagaimana kata merdeka bisa di kenal?
[QUOTE]

DUA pegawai beraktivitas di ruang utama percetakan Sjarikat Tapanoeli. Percetakan yang pernah berjaya sebelum era kemerdekaan ini tetap beroperasi. Sjarikat Tapanoeli kini mencetak kartu undangan, faktur, dan dokumen kantor lain. (KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT/Kompas Images)
JAUH sebelum proklamasi kemerdekaan republik ini, kata merdeka sudah menjadi slogan sebuah koran di Medan, Sumatera Utara. Belum ada satu koran pun yang berani menyatakan slogan kemerdekaan saat itu. Namun, Benih Merdeka sudah memulainya di Medan tahun 1916.
Kata merdeka bahkan menjadi nama surat kabar harian yang pada awal penerbitannya dipimpin Mohammad Samin. Benih Merdeka bukan saja nama sebuah koran, melainkan juga menjadi awal tersebarnya semangat pembebasan dari belenggu penjajah.
Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari mengatakan, Benih Merdeka menjadi pelopor penanaman ideologi kemerdekaan kepada pembacanya sebelum proklamasi.
Dalam semboyannya, Benih Merdeka menyatakan sebagai koran Orgaan Oentoek Menoentoet Keadilan dan Kemerdekaan. Koran ini telah berjuang untuk kemerdekaan sejak 29 tahun lebih awal dari proklamasi. Pada September 1919, Benih Merdeka memuat pantun seorang penulis dengan nama samaran Van Arde. Pantun itu berbunyi Hindia bukan tanah wakaf, Hindia bukan nasi bungkus, Hindia bukan rumah komedi.
Akibat pemuatan pantun ini, Pemerintah Belanda marah. Belanda memerkarakan Mohammad Yunus yang menjadi pimpinan saat itu. Muhammad To Wan Haria dalam bukunya, Sejarah Perjuangan Pers Sumatera Utara, menulis, pemerintah kolonial menilai Benih Merdeka melanggar ranjau pers. Namun, delik ini kandas karena tuduhan pelanggaran pers kepada Benih Merdeka tidak terbukti.
Surat kabar ini tetap terbit setiap hari, kecuali hari Senin, Jumat, dan Minggu. Koran ini dijual dengan harga 2,5 gulden per tiga bulan. Sebagaimana media cetak umumnya, koran ini juga memuat iklan aneka produk, salah satunya iklan buku. Dalam edisi Selasa 2 Juli 1918, Benih Merdeka mengiklankan sebuah buku Sekoentoem Boenga Jang Bermala. Dalam iklannya dibumbui dengan kalimat Satoe tjerita jang penting soedah terdjadi di Sumatra Timoer.
Buku yang diiklankan ini jelas bercerita tentang keadaan yang berkembang di Sumatera Timur (saat ini terdiri atas Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, dan Asahan, Labuhan Batu). Iklan ini sekaligus bukti pembaca koran ada di kawasan Sumatera Timur.
Meski banyak dibaca di Sumatera Timur, Benih Merdeka terbukti menjadi pelopor di seluruh wilayah Sumut. Kata merdeka selanjutnya dipakai penerbit koran lain. Berdasarkan data dari Museum Pers Sumatera Utara, di Padang Sidimpuan pada 1919 terbit surat kabar Sinar Merdeka. Koran ini dipimpin oleh Parada Harahap yang kemudian dikenal sebagai tokoh pers. Dalam dua tahun penerbitannya, 12 kali Pemerintah Belanda memperkarakan tulisan koran ini.
Quote:
berkut beberapa fhoto dokumentasi perjuangan,untuk mengingatkan,betapa besar arti mempertahankan kemerdekaan RI
Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

Spoiler for 1:

agan yg baik kasi ane cendol yag

0
8.7K
Kutip
60
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan