- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pidato Bung Karno Tanggal 1 Juni 1945 di Jakarta,"LAHIRNYA PANCASILA"


TS
yoga4599
Pidato Bung Karno Tanggal 1 Juni 1945 di Jakarta,"LAHIRNYA PANCASILA"
mari kita menyimak dan menghayati Pidato Bung Karno 1 juni 1945 di Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai di Jakarta (tanpa teks)
Quote:
Saudara‐saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran tlah dikemukakan macam‐macam,tetapi alangkah benarnya perkataan dr. Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadi‐koesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan,mencari persetujuan paham. Kita bersama‐sama mencari persatuan philosofische grondslag, mencari satu Weltanscahuung yang kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju! Yang Saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang Sdr. Sanoesi setujui, yang Sdr. Abikoesno setujui, yang Sdr. Liem Koen Hian setujui, pendeknya kita semua mencari satu modus[26]. Tuan Yamin, ini bukan kompromis, tetapi kita bersama‐sama mencari satu hal yang kita bersama‐sama setujui. Apakah itu? Pertama‐tama, Saudara‐saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan? Mendirikan Negara Indonesia Merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan?
Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik Saudara‐saudara yang bernama kaum Kebangsaan yang di sini, maupun Saudara‐saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan Negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu Negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya tetapi semua buat semua. Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ini, akan teapi sejak tahun 1918 25 tahun lebih ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan.
Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik Saudara‐saudara yang bernama kaum Kebangsaan yang di sini, maupun Saudara‐saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan Negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu Negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya tetapi semua buat semua. Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ini, akan teapi sejak tahun 1918 25 tahun lebih ialah: Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan.
Quote:
Saudara‐saudara. Tetapi
tetapi
memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya ! Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme[34], sehingga berfaham Indonesia uber Alles[35]″. Inilah bahayanya! Kita cinta tanah air yang satu, merasa berbangsa yang satu, mempunyai bahasa yang satu. Tetapi Tanah Air kita Indonesia hanya satu bahagian kecil saja dari pada dunia! Ingatlah akan hal ini!
Gandhi berkata: Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan. My nationalism is humanity.
Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai dikobar‐kobarkan orang di Eropah, yang mengatakan Deutschland uber Alles, tidak ada yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo, berambut jagung dan bermata biru ‐ bangsa Aria ‐ yang dianggapnya tertinggi di atas dunia, sedang bangsa lain‐lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas demikian, Tuan‐tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia.
Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa‐bangsa.
Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch princiep yang nomor dua, yang saya usulkan kepada Tuan‐tuan, yang boleh saya namakan internasionalisme. Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain‐lainnya.
Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman‐sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara‐saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama‐tama saya usulkan kepada tuan‐tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.
Gandhi berkata: Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan. My nationalism is humanity.
Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan chauvinisme, sebagai dikobar‐kobarkan orang di Eropah, yang mengatakan Deutschland uber Alles, tidak ada yang setinggi Jermania, yang katanya, bangsanya minulyo, berambut jagung dan bermata biru ‐ bangsa Aria ‐ yang dianggapnya tertinggi di atas dunia, sedang bangsa lain‐lain tidak ada harganya. Jangan kita berdiri di atas azas demikian, Tuan‐tuan, jangan berkata, bahwa bangsa Indonesialah yang terbagus dan termulya, serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia.
Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa‐bangsa.
Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch princiep yang nomor dua, yang saya usulkan kepada Tuan‐tuan, yang boleh saya namakan internasionalisme. Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain‐lainnya.
Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman‐sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara‐saudara, prinsip 1 dan prinsip 2, yang pertama‐tama saya usulkan kepada tuan‐tuan sekalian, adalah bergandengan erat satu sama lain.
Quote:
Kemudian, apakah dasar yang ke‐3? Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan.
Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita, sayapun, adalah orang Islam, ‐‐ maaf beribu‐ribu maaf, keislaman saya jauh belum sempurna, ‐‐ tetapi kalau saudara‐saudara membuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan‐tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat. Apa‐apa yang belum memuaskan, kita bicarakan di dalam permusyawaratan.
Untuk pihak Islam, inilah tempat yang terbaik untuk memelihara agama. Kita, sayapun, adalah orang Islam, ‐‐ maaf beribu‐ribu maaf, keislaman saya jauh belum sempurna, ‐‐ tetapi kalau saudara‐saudara membuka saya punya dada, dan melihat saya punya hati, tuan‐tuan akan dapati tidak lain tidak bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung karno ini, ingin membela Islam dalam mufakat, dalam permusyawaratan. Dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal, juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan atau permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat. Apa‐apa yang belum memuaskan, kita bicarakan di dalam permusyawaratan.
Quote:
berlanjut dibawah..
Spoiler for sumber:
http://www.nasionalis.com/pidato-bung-karno-lahirnya-pancasila
Klo agan/sis berkenan boleh
dan 
TERIMA KASIH


TERIMA KASIH

0
10.3K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan