- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
pria indonesia pertama yang berlayar sendirian [keren gan]


TS
sampoernakretex
pria indonesia pertama yang berlayar sendirian [keren gan]
semoga ga 
yah gan. keren gan solo sailor dari indonesia pertama nih, langsung aja yah gan cekidot


Spoiler for bukti no repost:
![pria indonesia pertama yang berlayar sendirian [keren gan]](https://dl.kaskus.id/i1211.photobucket.com/albums/cc438/abeng_satria/kaskus7.jpg)
Spoiler for solo sailor:
![pria indonesia pertama yang berlayar sendirian [keren gan]](https://dl.kaskus.id/i1211.photobucket.com/albums/cc438/abeng_satria/28052011113912boksss.jpg)
Rob Rama Rambini telah dikukuhkan sebagai orang Indonesia pertama yang berani berlayar seorang diri dari Pantai Oakland, California, Amerika Serikat, ke Bali. Selama 10 bulan 27 hari dia menempuh jarak sekitar 10 ribu nautical mile (18.520 kilometer). Hanya karena rindu sang ibu?
UMURNYA sudah berkepala lima. Tapi, soal semangat dan keberanian, jangan ditanya. Dialah Rob Rama Rambini, pelaut tangguh yang telah menorehkan sejarah dengan menjadi orang Indonesia pertama yang mengarungi ganasnya Samudera Pasifik dari California (AS) hingga ke Bali, dengan perahu layar, seorang diri. Berkat keberaniannya itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) memfasilitasi pemberian rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) untuk Rama.
Pria dengan nama asli Mahindra Wahyu Pramacipta Wondowisastro itu memang sosok pengembara. Hidupnya yang berpindah-pindah sejak kecil menempanya hingga berjiwa petualang. Dia lahir di Roma, 20 November 1958, saat Sartono Wondowisastro, ayahnya yang diplomat, bertugas di Italia. Menginjak usia balita, Rama dibawa orangtuanya balik ke Indonesia. Dia menghabiskan masa kecil hingga SMA di Medan dan sebagian di Jakarta.
Pada 1981, Rama meninggalkan Indonesia menuju Amerika Serikat (AS). Sempat kuliah di Utah State University, Rama akhirnya memilih ke luar pada tahun kedua. Dia kemudian berpindah ke Rusia dan beberapa negara Eropa selama dua tahun. Kemudian, Rama kembali dan menetap di San Francisco, California, AS. Dulu, saya memang bandel, sering tidak cocok dengan orangtua, ujarnya saat ditemui di rumah orangtuanya nan asri di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu (17/5).
Karena itulah, sejak 1983, pria dengan ciri khas kepala plontos ini tidak pernah lagi melakukan kontak dengan keluarga di Indonesia. Keluarga yang sempat mencarinya ke AS pun kehilangan jejak karena dia mengganti namanya menjadi Rama Rambini. Namun, karena orang-orang AS sering memanggilnya dengan sebutan Rob, ditambahkanlah nama Rob di depan nama Rama Rambini.
Di AS, berbagai pekerjaan pernah dilakoni Rama. Mulai bartender, front officer, penjaga toko, travel agent, hingga terakhir menjadi fotografer profesional. Namun, jiwa petualangnya terus bergolak. Pada 2003, keinginannya untuk berpetualang semakin membara seusai membaca buku kisah Tania Aebi, perempuan yang pada Mei 1985-November 1987, berhasil mengelilingi dunia dengan kapal layar seorang diri.
Saat memulai petualangan itu, usia Tania baru 18 tahun. Kalau Tania Aebi bisa mengelilingi dunia, saya juga harus bisa. Apalagi, setelah 20 tahun lebih di Amerika, ada rasa boring (bosan, red), tekad Rama kala itu. Akhirnya, pada 2005 Rama membeli sebuah kapal layar bernama Kona. Itu adalah nama sebuah distrik di Hawaii atau bisa juga nama sebuah kopi campuran.
Kapal berbobot 14 ton itu memiliki panjang 30 feet/kaki atau sekitar 9 meter dan lebar 9,5 feet atau sekitar 3 meter, dengan tiga tiang layar setinggi 12 meter. Kapal dua silinder dengan jenis motor diesel berdaya 16 PK itu hanya dilengkapi alat sederhana, seperti kompas dan GPS (global positioning system).
Tidak ada peralatan canggih seperti radar maupun pembaca cuaca. Kona memang bukan kapal baru, melainkan kapal bekas yang dibuat pada 1966. Berarti umurnya sudah 39 tahun. Karena itu, saat dibeli Rama, harganya cukup murah, sekitar USD 10 ribuatau Rp90juta (dengan kurs Rp9.000= 1USD).
Rama yang betah melajang ini pun terus mengasah kemampuan berlayar dan memperkuat mental. Namun, pada awal 2009 tiba-tiba ingatannya melayang ke Indonesia. Saat itu pula terbetik ide untuk pulang ke Indonesia dengan perahu layar miliknya. Persiapan pun terus dimatangkan. Rama sempat menghubungi pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di San Francisco, mengabarkan rencana keberangkatannya.
Dia juga menyusun jadwal perjalanan dan mengirimkan e-mail pemberitahuan jadwal pelayaran kepada otoritas pelayaran negara yang akan dilalui, seperti Australia. Dia pun menjual barang-barangnya untuk bekal perjalanan. Rama juga mencari seorang public relation untuk mengabarkan rencana perjalanannya ke Indonesia. Melalui internet, dia menemukan Wayan Heru Young, sukarelawan di Bali, yang akhirnya menjadi public relation perjalanan CaliforniaBali tersebut.
Akhirnya, petualangan itu pun dimulai. Pada 8 Mei 2010, Rama beserta Kona-nya meluncur meninggalkan pantai Oakland, California. Lokasi tujuan pertama adalah Hawaii. Sebagai bekal, Rama mengisi Kona dengan berbagai makanan, seperti makanan kaleng, corned beef, mi goreng, pan cake dan peanut butter, serta 100 liter air bersih. Tanki kapal terisi 80 liter bahan bakar solar, serta satu pak berisi sekitar 10 pasang pakaian. Tak lupa, laptop 14 inci dan kamera digital.
Pada 13 Mei 2010, ketika beranjak 100 nautical mile atau sekitar 185,2 km (1 nautical mile=1,852 kilometer) dari lepas pantai San Francisco, Rama sudah harus menyabung nyawa. Badai dan ombak setinggi 12 meter menghajar kapalnya. Layar utama robek, railing layar rusak, dan pintu kapal copot.
Saat itu ada dua opsi. Pertama, kembali ke Oakland untuk memperbaiki kapal dan layar. Kedua, melanjutkan perjalanan dengan layar seadanya ke Hawaii yang masih berjarak 2.000 nautical mile. Saya membuka kotak makanan. Kira-kira masih cukup untuk tiga bulan. Akhirnya, saya putuskan untuk terus jalan, katanya. Butuh waktu 2 bulan 7 hari untuk sampai ke Hawaii.
Pada 25 Oktober 2010, Rama tiba di Port Moresby, Papua Nugini. Di sana paspor Rama sempat ditahan oleh petugas imigrasi. Pasalnya, gambar di paspor sudah luntur terkena air laut. Pihak imigrasi akhirnya menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Namun, petugas KBRI juga menyangsikan bahwa Rama adalah warga Indonesia. Maklum, sudah puluhan tahun dia hidup di AS, sehingga bahasa Indonesianya pun tidak lagi lancar.
Rama tak kurang akal. Dia meminta petugas KBRI menghubungi keluarganya di Jakarta. Berbekal alamat, nomor telepon pun ditemukan. Saat itulah keluarganya memastikan bahwa Rama adalah warga negara Indonesia (WNI). Waktu itu saya berbicara dengan Ibu saya. Itu adalah pembicaraan pertama saya dengan Ibu sejak 1983, katanya lirih.
Pada 12 November 2010, Rama meninggalkan Port Moresby menuju Nusa Tenggara. Saat memasuki perairan Australia, Rama terus dipantau oleh petugas Torres Strait Regional Authority melalui radio. Sepanjang yang saya tahu, perairan Australia ini salah satu yang paling ketat di dunia, ucapnya.
Pada 13 Desember 2010, Rama mendarat di Tanimbar, Sumlaki. Setelah itu, sembari menunggu cuaca kondusif, dia singgah di Alor, NTB serta Flores, kemudian Lombok. Akhirnya, pada 3 April pukul 01.30 dini hari, Rama tiba di Marina Bay, Benoa, Bali. Tiba di Benoa, Bali, sekitar 100 orang sudah menyambutnya, termasuk Ibu dan sauda ranya. Saya tak mengira akan mendapat sambutan seperti itu. Saya terharu, saya menangis ketika bertemu Ibu saya, ceritanya.
sumber : http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=4925
bantu di
yah gan,
berharap dapet
ane jangan di lempar

![pria indonesia pertama yang berlayar sendirian [keren gan]](https://dl.kaskus.id/cdn-u.kaskus.co.id/46/xrfjd1ox.gif)
berharap dapet



ane jangan di lempar


0
5.4K
Kutip
65
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan